Program Studi Doktor S3 Manajemen Kependidikan, Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali meluluskan Doktor dengan nilai sempurna, yakni Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd. Ujian dilaksanakan pada tanggal 14 November 2023 di ruang sidang lt 1 Gedung G 101, SPS UNNES Bendan Ngisor, Semarang. Dengan tim penguji Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., (Direktur SPS UNNES, sekaligus Ketua Tim Penguji, Prof. Dr. Wasino, M.Hum (Wakil Direktur I, sekaligus sekretaris Penguji), Prof. Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd., selaku Koordinator Prodi Doktor Manajemen Kependidikan, S3 SPS UNNES, sekaligus sebagai Penguji III, Prof. Dr. Samsudi, M.Pd. selaku Promotor, sekaligus penguji VI, Dr. Eko Supraptono, M.Pd., selaku Co-Promotor, sekaligus sebagai penguji V, Prof. Dr. Eng Yeri Sutopo, M.Pd., MT., selaku Anggota Promotor, sekaligus penguji IV. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., selaku penguji II dan Dr. I Made Sudana, M.Pd. Selaku penguji I atau Penguji Eksternal.
Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd. yang merupakan guru SMK Negeri 4 Kendal, tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor S3 Manajemen Kependidikan UNNES pada September 2020. Dipromotori oleh Prof. Dr. Samsudi, M.Pd., Dr. Eko Supraptono, M.Pd., selaku Co-Promotor, dan Prof. Dr. Eng Yeri Sutopo, M.Pd., MT., sebagai Anggota Promotor. Beliau berhasil menyelesaikan studi Doktor tepat waktu selama tiga tahun dua bulan dengan judul “Model Manajemen Teaching Factory (TEFA) Berorientasi Pengembangan Kecakapan Kewirausahaan Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”
Penelitian Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd. bertitik dari kondisi awal (faktual) manajemen Teaching Factory (TEFA), bagaimana model konseptual (hipotetik) manajemen TEFA, bagaimana implementasi model final manajemen TEFA, dan bagaimana efektivitas model final manajemen TEFA yang dapat meningkatkan kecakapan kewirausahaan siswa di SMK. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme, karena lebih dekat dengan definisi pendidikan di masa sekarang. Teori belajar ini cocok dengan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang diterapkan di Indonesia. Sebagai landasan pembelajaran TEFA berorientasi kecakapan kewirausahaan. Bertujuan agar siswa memiliki pemahaman yang benar tentang kecakapan kewirausahaan. Diperkuat teori prosser, bahwa pendidikan kejuruan akan efektif dan efisien jika lingkungan di mana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana akan bekerja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian & pengembangan (Research and Development; R & D), yang meliputi kegiatan : studi pendahuluan, pengembangan draft awal model pembelajaran kolaboratif, produk, project, TEFA, validasi ahli dan revisi, implementasi model, dan uji keefektifan model. Pendekatan yang digunakan dalam uji keefektifan adalah kuasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kondisi awal Manajemen TEFA bersifat konvensional, masih belum menyentuh tata kelola manajemen, belum terintegratif, belum berorientasi kecakapan kewirausahaan, 2) validasi ahli telah menghasilkan model konseptual Manajemen TEFA dalam meningkatkan kecakapan kewirausahaan. 3) implementasi model dapat menghasilkan model manajemen TEFA untuk meningkatkan kecakapan kewirausahaan siswa SMK, dan 4) model manajemen TEFA yang dikembangkan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil analisis kualitatif maupun kuantitatif. Hasil pengujian telah efektif meningkatkan kecakapan kewirausahaan siswa SMK.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa model Manajemen TEFA patut direkomendasikan kepada pihak terkait dengan memberdayakan siswa SMK agar implementasi TEFA lebih efektif dan optimal. Model manajemen TEFA yang integrative dapat diterapkan dalam pengembangan kecakapan kewirausahaan siswa SMK.
Penelitian tersebut tentunya tidak lepas dari kendala-kendala yang dijumpai selama pelaksanaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd: ”Metode penelitian atau model yang saya gunakan merupakan model yang dari teori prosser. Belum banyak, literatur utama terkait model tersebut. TEFA lebih banyak kepada pembahasan bagaimana bisa menghasilkan produk dan membuat siswa kompeten dan siap memasuki dunia kerja. Penelitian ini lebih dari sekedar itu, Namun, bagaimana TEFA mampu menyiapakan dan membangun mindset kecakapan kewirausahaan siswa.
Ia juga menjelaskan bahwa proses running model harus dilakukan berulang untuk mendapatkan hasil yang sesuai dalam proses penerapan di SMK. Dengan model selama ini yang ada, TEFA masih konvensional belum terintegrated dengan Planing, Organiting, Actuating dan Controlling (POAC) pada aspek pengembangan model lima pilar TEFA yang dikembangkan dengan “MTF-5P Kerisku”. Sehingga proses tersebut memerlukan dedikasi pikiran dan waktu. Selama kegiatan eksperimen, juga dijumpai kendala terkait uji coba model bagaimana model efektif layak dan praktis diterapkan SMK yang baru menerapkan TEFA. Banyak strategi yang digunakan dalam menyelesaikan studi Doktoral tepat waktu. Menurut pengalaman saya, ada tiga agenda yang dapat ditempuh.
Pertama, pendekatan instensif kepada tim Promotor. Bangun komunikasi, silaturahmi, dan informasi baik melalui whatsapp, maupun tatap muka secara terjadwal dengan konsisten, Tahapan sekecil apapun ditempuh komunikasi tetap dibangun dengan pembimbing. Jangan sampai putus. Karena kalau sekali putus komunikasi, tidak ada bimbingan akan susah memulainya lagi. Muncul rasa “males” membangkitkan dan memulainya menjadi susah. Prinsip tersebut dapat menjadi penghambat bagi mahasiswa untuk melangkah maju dalam batasan waktu yang ada. Ini yang harus disiasati “melawan kemalasan”. Sebagai orang yang bekerja mesti bisa mengatur waktu.
Kedua, harus ada action nyata yang dilakukan. “Masalah benar salah urusan belakang”. Karena perasaan yang kita lakukan jika dicermati pasti merasa kurang, dan masih salah terus. Kalau dipelihara “perasaan” kurang sempurna, “masih belum lengkap”, dan sebagainya. Terus kapan akan selesainya?. Dalam setiap tahapan lalui saja, perkara benar salah urusan belakang. Persiapkan dengan baik, dibaca dan dipelajari dipahami. Saat menghadapi proses pembimbingan, sudah paham. Karena biasanya ada rasa malas sebagi penghambat.
Merasa belum siap, merasa kurang sempurna ingin perfectionist dalam menyusun naskah. Sering terjadi pada mahasiswa yang sedang menyusun penelitian. Memang semua ingin sempurna sebagai bentuk idealisme. Tetapi kapan sempurnanya? Kapan jadinya?. “Disertasi yang baik adalah Disertasi yang selesai”. Dalam proses bimbingan, hendaknya disertai langkah nyata.
Ketiga. jadwalkan secara rutin bimbingan dengan tim Promotor, Co-Promotor dan Anggota Promotor. Usahakan ada komunikasi baik online maupun offline, lebih baik lagi bisa offline seminggu sekali, atau minimal dua minggu sekali maksimal sebulan sekali. Karena jika sudah sebulan apalagi lebih ini bisa rasa malas akan menjangkiti kita. Akan susah memulai Kembali.
Keempat, menetapkan target tujuan syarat publikasi. Target tujuan publikasi idealnya telah ditentukan dan disampaikan pada saat ujian Proposal Doktor sehingga mempunyai gambaran mengenai ketentuan publikasi, meliputi format penulisan dan batas waktu penulisan naskah”, jawabnya saat ditanya mengenai tips bisa menyelesaikan studi S3 tepat waktu.
Bagi mahasiswa maupun calon mahasiswa Doktor Manajemen Kependidikan UNNES, ia menyarankan untuk membuat target akademis, jadwal konsultasi rutin, serta memanfaatkan forum seminar mingguan yang ada dikampus maupun forum terbatas dengan sesama mahasiswa. Bangun relasi, komunikasi dan silaturahmi terus dengan mahasiswa seangkatan dan tim promotor. Program studi telah memberikan pedoman waktu ideal untuk menempuh masing-masing tahap ujian. Mengikuti pedoman ideal tersebut dapat membantu untuk dapat lulus tepat waktu. Menurutnya, jadwal ideal konsultasi rutin dalam studi doktoral setidaknya berkisar dua minggu hingga empat minggu sekali supaya materi yang didiskusikan cukup signifikan tanpa mengendurkan semangat karena terlalu lama.
Selanjutnya didukung juga dengan saling berbagi ide dengan sesama mahasiswa pada kegiatan forum seminar mingguan dan juga memanfaatkan kesempatan tertentu dosen-dosen yang terlibat dalam seminar sehingga ide-ide baru mengenai novelty dalam penelitian kita bisa berkembang. Memiliki teman diskusi secara personal juga merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun ide-ide penelitian.
Hal itu selaras dengan pernyataan Prof. Dr. Samsudi, M.Pd., selaku Promotor, bahwa sejak awal menjadi mahasiswa S3 di UNNES, Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd. telah memiliki konsep proposal penelitian dengan arah yang jelas sesuai kemampuannya dalam manajemen pendidikan vokasi. Selain itu, ia juga dapat memanfaatkan waktunya dengan baik dan efektif untuk tetap semangat dalam penelitiannya, sehingga berhasil menulis publikasi dan disertasi dalam waktu yang bersamaan.
Lulusnya Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd. menambah panjang daftar lulusan UNNES yang lulus tepat waktu kurang lebih tiga tahunan dengan hasil cumlaude. Tentunya hal ini merupakan suatu prestasi yang diraih bersama-sama antara pihak mahasiswa dan UNNES. Dapat meluluskan alumninya yang berkualitas. Selanjutnya berkiprah di bidang profesional masing-masing. Sebagaimana juga Dr. Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd., setelah kelulusannya berencana mengembangkan modelnya lebih lanjut. Membuat target luaran penelitian yang direncanakan dengan baik sehingga lebih terarah dan menjadi wahana dalam menapaki jenjang karirnya sebagai pendidik.
Harapannya target luaran penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut bagi kemajuan Pendidikan di Indonesia. Bisa mengamalkan ilmunya lebih bermanfaat lagi. Yang jelas kegiatan mengajar untuk membagikan ilmu kepada generasi berikutnya merupakan tugas mulia penuh kepuasan, kebahagiaan dan semakin merasa haus akan keilmuan. Jika ilmu terus diamalkan, ilmunya akan berkembang. Kita akan merasa kurang, sehingga terus belajar, belajar dan belajar. Ibarat ilmu, ada tiga tingkatan, jika masih S1, setelah lulus merasa angkuh dan sombong, atau merasa serba bisa. S2 mulai merasa tawadhu”. Justru setelah S3 merasa banyak hal yang tidak mengerti dan tidak tahu. Ibarat ilmu padi maki berisi makin menunduk. Semakin tidak tahu dan yang tahu merasa sedikit. Itulah ilmu semakin tinggi ilmu seseorang hendaknya bukan malah makin congkak dan sombong.