Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
PTP Ahli Muda
“Kapur dan Tutur” merupakan senjata ampuh bagi guru dalam mentransfer pengetahuan kepada para peserta didik. Strategi pengajaran ini, merupakan strategi pengajaran paling dasar. Sejak awal perkembangan pola Pembelajaran dan pengajaran muncul, maka strategi “kapur dan tutur” inilah yang digunakan sebagai model pembelajaran.
Model pembelajaran ini berkembang karena di awal munculnya pola pembelajaran, karena belum berkembangnya sumber belajar di masa itu. Pada masa itu jangankan buku, alat tulis saja belum semua peserta didik memiliki. Pernah berkembang pula suatu alat belajar yang bernama sabak. Dimana setelah ditulis, maka sorenya hasil tulisan tadi harus dihapus. Peserta didik pada masa itu harus memiliki daya ingat yang kuat, karena sebelum dihapus, tentu saja harus dihafalkan isinya.
Sementara itu, guru pada masa itu tentu saja harus memiliki pengetahuan yang luas dan menyeluruh. Mengapa, ya tentu saja pada saat itu, guru merupakan satu satunya sumber belajar. Guru saat itu merupakan pusat pengetahuan.
Sekarang, tentu saja kebutuhan belajar peserta didik sudah berubah. Faktor hafalan sudah bukan merupakan keterampilan dominan. Keterampilan menghafal peserta didik, saat ini sebaiknya lebih difokuskan kepada menghafal dan memahami isi Kitab suci sesuai dengan agama masing masing. Tingginya hafalan mereka terhadap kita sucinya dapat memperluas kesempatannya dalam mempelajari dan memahami isi nya. Dan pada gilirannya dapat memperbaiki tatanan kehidupannya, terutama pada karakter kepribadiannya.
Kebutuhan peserta didik saat ini, mereka lebih perlu dikuatkan keterampilan literasi. Sebenarnya keterampilan literasi bukan merupakan ranah baru, karena setelah penulis baca berulang kali, ternyata keterampilan literasi memiliki arti, kurang lebih sama dengan istilah “keterampilan belajar”. Keterampilan belajar adalah kegiatan dari membaca, menemukan salah sampai dengan memberikan solusi atas masalah yang ditemukan. Keterampilan belajar, merupakan suatu keterampilan yang sudah lama hilang bagi sebagian besar peserta didik. Hilangnya keterampilan ini, karena Sebagian proses pembelajaran di sekolah lebih terpaku pada proses administrasi, dimana target belajar semata mata pada hasil belajar, dan capaiannya adalah “dapat melanjutkan dimana, atau bekerja dimana”. Selama lebih dari satu dekade, proses belajar kita adalah “berapa banyak soal beserta jawabnya” yang dapat dihafal oleh peserta didik kita, bukan seberapa dalam jawab peserta didik kita saat diberi permasalahan, bukan apa yang dikerjakan oleh peserta didik kita, saat mereka menemukan masalah.
Perubahan kebutuhan belajar peserta didik inilah, yang membuat guru secara berangsur angsur harus mengubah gaya mengajar mereka. Berawal dari gaya mengajar “kapur dan tutur” berubah menjadi “pemberian Kesempatan seluas luasnya” bagi peserta didik, untuk menggali informasi baru.
Tujuan
Tujuan penulisan ini antara lain, untuk memberikan :
- Informasi tentang perlunya guru untuk dapat membelajarkan peserta didik, supaya terjadi peningkatan keterampilan literasi pada mereka secara cepat
- Informasi tentang peranan sebuah model pembelajaran dalam merubah cara mengajar guru
Apa Saja Sih Komponen Model Pembelajaran Itu ?
Model pembelajaran merupakan sebuah replika tentang pola dan urutan mengajar. Dengan menerapkan sebuah model pembelajaran, berarti guru sudah melakukan suatu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tertentu, strategi pembelajaran tertentu, metode dan teknik pembelajaran tertentu.
Setiap model pembelajaran dibangun berdasarkan dengan kebutuhan siswa belajar. Kebutuhan peserta didik dalam belajar tersebut, dirangkum menjadi empat komponen pembangun sebuah model pembelajaran. Keempat komponen tersebut adalah: a) alasan sebuah model pembelajaran dibangun; b) tujuan yang akan akan dicapai; c) lingkungan belajar yang mendukung sebuah model pembelajaran dapat diterapkan; dan d) prosedur pembelajaran (sintak/ langkah pembelajaran).
Prosedur pada sebuah model pembelajaran, dapat digambarkan secara sederhana seperti gambar 2. Pada gambar, jelas terlihat peranan masing masing komponen dari sebuah model pembelajaran. Pada gambar 2, tampak terdapat 3 komponen pembangun sebuah model, yaitu alasan, tujuan dan lingkungan belajar. Ketiga komponen tersebut, selanjutnya dimanfaatkan untuk memilih pendekatan, metode, strategi dan teknik pembelajarannya. Nah, setelah itu barulah ditemukan solusinya. solusi langkah langkah pembelajaran atau prosedur pembelajaran itu biasa dikenal dengan sebutan sintak pembelajaran. Guru dapat memproses pembelajaran secara penuh dengan menggunakan sebuah model pembelajaran, apabila seluruh prosedur pembelajaran sudah diikuti pula secara utuh.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah kita pahami bersama, bahwa sebuah model pembelajaran sudah meliputi semua perangkat yang diperlukan pada suatu proses pembelajaran. Bahkan, media atau hypermedia serta cara menilai hasil belajar yang akan digunakan pun sudah termasuk dalam model pembelajaran tersebut. Dan inilah peranan sebuah model pembelajaran, sebagai upaya untuk mengubah pola guru mengajar. Dengan menerapkan satu model pembelajaran secara penuh, berarti guru sudah mempunyai tujuan pembelajaran yang pasti.
Darimana Guru Mulai Mengubah Pola Mengajarnya?
Tentu saja dimulai dengan pengenalan kembali ragam model pembelajaran. Guru perlu mengenali tentang karakter dari masing masing model-model pembelajaran. Setelah guru dapat mengenali keragaman bentuk dan tujuan dari beragam model pembelajaran, maka mereka sebaiknya diberi kesempatan untuk merubah cara mengajarnya.
Perlu waktu bagi guru untuk membiasakan dirinya supaya dapat mengajar dengan menggunakan model pembelajaran secara utuh. Karena, mengubah kebiasaan mengajar bukan hal yang mudah.
Pendampingan intensif bagi guru merupakan suatu program yang baik, sehingga guru secara perlahan dapat mengubah cara mengajarnya. Pendampingan, dapat diberikan dalam bentuk fasilitasi, pembimbingan maupun konsultasi , tentu saja terkait dengan kesulitan guru dalam menerapkan satu model pembelajaran. Tentu saja layanan pendampingan tidak akan dapat tuntas jika hanya diberikan satu kali setiap tahun. Pendampingan guru yang baik, memerlukan waktu minimal 6 bulan secara terus menerus, untuk selanjutnya guru dapat mengembangkan secara Bersama sama dan mandiri pada kelompok profesinya. Sebagai perumpamaan, 6 bulan diawal tersebut adalah starter charge bagi tim guru di satuan pendidikan tersebut. Kegiatan berkelanjutan ini biasa dikenal dengan sebutan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Tumbuhkan kembali pembinaan guru dengan menggunakan konsep CPD (continuous Professional Development) di tiap satuan Pendidikan. Pengembangan professional secara berkelanjutan, sangat diperlukan untuk mengubah pola mengajar guru. Pada pembinaan guru tersebut, dapat saja dikembangkan pola pola kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru. Sebagai contoh dihidupkan Kembali kegiatan micro teaching ataupun peer teaching. Dimana topik yang dikaji pada kegiatan itu adalah praktek langsung dan berkelanjutan guru tentang cara menerapkan model-model pembelajaran. Dengan mengaktifkan kegiatan peer teaching ataupun micro teaching ini diharapkan, guru dapat merubah cara mengajarnya.
Penutup
Perubahan pola mengajar guru, tentu saja sangat diperlukan. Seiring dengan perkembangan sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah maupun para peserta didiknya, perkembangan budaya belajar dan tentu saja perubahan tujuan belajar para peserta didik.
Upaya-upaya untuk merubah pola guru mengajar, harus dilakukan. Perlu beragam cara, strategi maupun program. Karena, tentu saja kondisi guru kita juga memiliki beragam karakter dan gaya belajarnya sendiri. Perbedaan inilah, yang pastinya akanmenimbulkan keberagaman cara guru mengajar. Sudah saatnya kita tinggalkan gaya mengajar guru yang monoton, yaitu gaya atau strategi mengajar “kapur dan tutur”.
Mudah mudahan bulan November 2020, ini merupakan tonggak perubahan cara mengajar guru, walau terlambat, tidak salah juga jika ikut mengucapkan selamat hari guru nasional.
Daftar Rujukan
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020).Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 2, 214-224.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis Dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bahri, Syaiful, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pollard, Andrew. 2005. Reflective Teaching (2nd edition).London:Continuum.