Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho *)
Model Pembelajaran BaKuLiKan merupakan model pembelajaran yang dikembangkan pada tahun 2004 oleh Nugroho. Model ini diberi nama sesuai dengan prosedur belajar yang dilalui oleh peserta didik selama proses pembelajaran, yaitu BAca-disKUsi-meLIhat-melakuKAN (BaKuLiKan). Akronim Bakulikan memang tidak diambil menggunakan tata penyingkatan baku, supaya memudahkan mengingat urutan proses pembelajaran. Hal ini membuat model Bakulikan dapat mudah diterapkan di sekolah.
Beberapa penelitian, menunjukkan bahwa model ini mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sebenarnya peningkatan hasil belajar disebabkan dari proses peningkatan keterampilan literasi peserta didik. Keterampilan literasi merupakan suatu keterampilan untuk memahami isi bacaan yang seperti apakah ? Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan literasi merupakan factor pengungkit utama bagi peserta didik untuk dapat mengetahui dan memahami pengetahuan. Saat ini, literasi sudah berkembang menjadi enam ranah, yaitu literasi membaca dan tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewargaan.
Awalnya , model ini dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik pada pembelajaran fisika, saat itu, ditengarai semakin praktisnya para guru dalam melakukan proses pembelajaran. Guru lebih suka langsung membelajarkan peserta didik langsung menuju seperti apa peserta didik nanti akan diluluskan. Dengan cara seperti apa, pesertda didik akan diuji, sehingga guru lebih suka untuk memberikan ‘Drilling” bagi peserta didiknya. Padahal kunci utama peningkatan kreativitas peserta didik adalah pada keterampilan literasi.
Saat ini, model pembelajaran Bakulikan, dicoba untuk di upgrade menjadi sebuah model pembelajaran elektronik. Model pembelajaran elektronik merupakan model proses pembelajaran yang dilakukan secara online. Ciri utama pada pembelajaran online ini adalah guru melakukan proses pembelajaran dengan memanfaatkan hypermedia pembelajaran hypermedia pembelajaran adalah suatu media pembelajaran baik dalam bentuk text, gambar audio maupun video. Namun ke semua media pembelajaran tadi tersimpan dalam ruang penyimpanan maya dan dapat dimanfaatkan menggunakan alamat atau link internet tertentu. Pada penerapan pembelajaran, model pembelajaran elektronik dapat di”blended”kan dengan menggunakan model pembelajaran bakulikan tatap muka.
Studi kelayakan ini, pengembang sebenarnya menerapkan pada beberapa mata pelajaran, yaitu matematika, PJOK, Bahasa dan pengetahuan social. Namun pada tulisan ini, pengembang hanya menuliskan bagimana aktivitas pembelajaran yang terjadi pada mata pelajaran matematika. Permasalahan utama pada pengembangan model pembelajaran elektronik BaKuLiKan ini, apakah model ini juga mampu memberikan peningkatan literasi pada peserta didik saat diterapkan pada pembelajaran matematika. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa mata pelajaran matematika merupakan pembelajaran dengan kecenderungan untuk melatih atau men “drilling” peserta didiknya. Selama ini dapat dikatakan mata pelajaran ini cenderung menjadi pembelajaran bebas model pembelajaran, karena, yah apapun model pembelajaran, bagi sang guru tetap berujung pada taktik “drilling”.
Sistematika penulisan artikel ini, dibuat berbeda dari biasanya. Pada tulisan ini, pengembang sengaja menulis menggunakan alur keilmiahan suatu kegiatan study kelayakan. Diharapkan teknik penulisan ini dapat ditiru oleh pengembang pembelajaran lainnya. Sistematika penulisan artikel ini, berturut turut dimulai dari latar belakang, tujuan, metodologi study kelayakan, hasil pengumpulan data, pembahasan dan diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan. Adapun kerangka teoretis disatukan dengan pembahasan untuk menghindari pengulangan penulisan teori.
Tujuan
Penelitian ini merupakan study kelayakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran elektronik BaKuLiKan layak untuk dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika serta dapat :
- Meningkatkan keterampilan literasi membaca,
- Menguatkan karakter;
- Meningkatkan keterampilan numerasi;
- Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik;
- Meningkatkan kreativitas peserta didik;
- Kenyamanan peserta didik saat belajar;
- Memberikan kemudahan bagi guru dalam memproses sebuah pembelajaran.
Metodologi study kelayakan ini dilakukan secara sederhana. Pengembang hanya melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika di suatu sekolah, dengan jumlah guru sejumlah satu orang. Study kelayakan ini, merupakan bagian dari penelitian pengembangan model pembelajaran elektronik BaKuLiKan. Dalam melakukan pengamatan, pengembang menggunakan panduan pengamatan. Adapun panduan pengamatan, sudah pengembang rangkumkan pada kegiatan hasil pengumpulan data. Secara sederhana, isi panduan, memberikan “guidance” bagi pengembang untuk mengamati interaksi peserta didik, guru dan hypermedia pembelajaran.
Study kelayakan dilaksanakan pada tahun 2020, pada awal bulan Agustus. Metode untuk mengumpulkan data, dilakukan menggunakan Teknik pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta didik sejumlah 12 orang dan guru saat proses pembelajaran. Kegiatan belajar dilakukan menggunakan metode mikro teaching. Sehingga peserta didik sejumlah 12 orang saat proses belajar dikelompokkan menjadi 3 orang setiap kelompok. Waktu pengamatan lebih kurang dua minggu.
Hasil Pengumpulan data
Penerapan pembelajaran elektronik BaKuLiKan, dilakukan oleh guru matematika. Adapun kerangka pembelajaran dilakukan menggunakan pembelajaran blended. penerapan pembelajaran Bakulikan di blended kan oleh guru, sehingga ada bagian pembelajaran tatap muka, ada juga pembelajaran yang dilakukan secara daring. pengembang hanya pada kegiatan ini sama sekali tidak ikut campur pada proses pembelajaran. hanya saat merancang proses pembelajaran, pengembang ikut terlibat dengan cara memberikan deskripsi singkat tentang model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Secara umum, pembelajaran matematika dengan konsep materi realistik, mereka tetap memerlukan banyak waktu untuk melatih peserta didik dalam menyelesaikan beragam soal matematika.
Adapun hasil pengamatan disajikan pada tabel 1. Sajian data diupayakan ditulis dengan jelas, sehingga dapat mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran pada tiap tahap model pembelajaran, yaitu baca-diskusi-lihat dan Lakukan.
Tabel 1. Hasil Pengamatan proses pembelajaran guru matematika
Tabel 2. Hasil Pengamatan keterampilan sesuai dengan tujuan studi kelayakan
Pembahasan
Pembelajaran elektronik, merupakan suatu model pembelajaran yang dilakukan secara daring. Model pembelajaran elektronik lahir karena munculnya perubahan ragam lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut antara lain adalah lingkungan belajar tatap muka dan pembelajaran jarak jauh luring. Guru sebaiknya melengkapi sumber belajar peserta didik di dalam kelas, sehingga guru tersebut mengembangkan konsep belajar dalam kelas dan belajar di luar kelas, tetapi tetap dalam satu alur belajar. selanjutnya pemanfaatan Teknologi informasi merupakan kunci sukses peda pembelajaran daring. Inilah awal mula berkembangnya model pembelajaran elektronik. Seiring dengan pertumbuhan teknologi informasi, kemudian lahir konsep pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dan sarana belajar peserta didik. Sampai saat ini telah muncul beragam metode pembelajaran elektronik. beberapa pendekatan yang lekat dengan konsep pengembangan model pembelajaran elektronik sampai saat ini antara lain pendekatan pembelajaran inkuiri, konstruktivisme dan konektivisme. Salah satu pengembangan pembelajaran elektronik, adalah BaKuLiKan. Pada awalnya memang BaKuLiKan sudah mengembangkan konsep elektronik juga, akan tetapi tujuannya adalah untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Kata kunci kreativitas adalah meningkatnya keterampilan literasi peserta didik. Untuk menumbuhkan keterampilan literasi, guru harus melepas fungsinya dari sumber belajar utama menjadi pendamping bagi peserta didik saat mereka belajar. Sementara itu, sumber belajar utamanya berpindah ke hypermedia pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru pula. Guru harus pula legowo, saat peserta didik sudah mulai terampil untuk menggali informasi secara mandiri. Inilah konsep belajar siswa aktif atau biasa kita kenal sebagai “active learning”. Roh pembelajaran elektronik BaKuLiKan adalah active learning.
Pada tabel 1, menunjukkan aktivitas pembelajaran matematika saat menggunakan model pembelajaran elektronik BaKuLiKan. Aktivitas pembelajaran elektronik dengan jelas dideskripsikan langkah pembelajaran. Deskripsi singkat tabel 1, sudah dapat menunjukkan aktivitas apa saja bagi guru dan peserta didik. Pada tabel juga ditunjukkan peranan hypermedia pembelajaran pada proses tersebut. Hasil desain pembelajaran tersebut, ternyata dapat memudahkan guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran BaKuLiKan. Pada gambar 1. Menunjukkan hubungan proses belajar peserta didik dengan memanfaatkan hypermedia. Sementara peran guru pada proses belajar tersebut sebagai pendamping.
Proses belajar bukanlah proses keterpaksaan, melainkan proses ketertarikan. Supaya terjadi proses belajar aktif, maka hypermedia pembelajaran harus dipilih semenarik mungkin dan disajikan strategi belajar tepat waktu. Pada pengamatan proses belajar matematika, Nampak terjadi proses belajar saling perlu, hal ini terjadi karena guru perlu menyampaikan materi tepat waktu, dan anak perlu adanya pembiasaan tentang cara belajar. dari belajar dengan sajian materi dari guru menjadi materi dalam bentuk teks pdf ataupun video pembelajaran. Proses belajar ini tentu saja menarik bagi peserta didik, tetapi saat mulai masuk pada kegiatan peserta didik menyelesaikan soal soal realistic, tampak sekali mereka kesulitan. Mengapa? Tentu saja serealistiknya sebuah persoalan matematika, peserta didik tetap harus terlatih untuk mengerjakan permasalahan literasi numerasi dasar, yaitu menghitung. Solusinya tentu saja guru harus menyiapkan materi supaya peserta didik pada waktu senggangnya berlatih secara mandiri tentang keterampilan numerasi dasar ini.
Secara umum tujuan study kelayakan tercapai. Pada tabel 2, telah ditunjukkan bahwa 12 orang peserta didik, telah muncul pada indicator keterampilan literasi, penguatan karakter dan kenyamanan saat pembelajaran secara virtual. Sementara pada indicator yang lain memang belum keseluruh peserta didik dapat muncul, tetapi jumlahnya sudah lebih dari 50% jumlah peserta didik, yaitu 7 pada keterampilan numerasi, 8 pada berpikir kritis, 10 pada kreativitas. Belum diamati, apakah model pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan HOTS, walaupun tingginya indicator pada keterampilan berpikir kritis dan kreatif, sebenarnya juga dapat menjadi indicator bahwa peserta didik juga memiliki keterampilan berpikir HOTS tinggi.
Pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa guru juga nyaman menggunakan model ini, tetapi pembiasaan diperlukan.
Penutup
Hasil study kelayakan model pembelajaran elektronik BaKuLiKan dengan memanfaatkan hypermedia menunjukkan bahwa model blended bakulikan layak untuk diterapkan pada pembelajaran dengan menggunakan strategi elektronik. Hypermedia pembelajaran merupakan keniscayaan pemanfaatannya saat guru membelajarkan peserta didik menggunakan model ini.
Tujuh Tujuan study kelayakan secara umum dapat dicapai, hanya pada keterampilan literasi numerasi belum memberikan hasil memuaskan. Data ini memberikan dua alternative jawaban, yaitu pertama, model pembelajaran ini memang bukan model yang sesuai untuk meningkatkan numerasi peserta didik. Kedua, guru perlu lebih jeli dalam meningkatkan literasi numerasi peserta didik saat menggunakan model pembelajaran ini, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan oleh pengembang saat menggunakan model ini. Hasil study kelayakan juga menunjukan kebermanfaatan model pembelajaran elektronik bagi guru, walau mungkin keterampilan memanfaatkan hypermedianya masih agak kurang tajam, tetapi hal ini dapat ditingkatkan seiring dengan proses pembiasaan guru mata pelajaran tersebut. Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran elektronik Bakulikan layak untuk diterapkan pada pembelajaran matematika, walaupun kurang mendukung peningkatan literasi numerasi secara signifikan.
Model Pembelajaran Blended Bakulikan, tentu saja hanya merupakan satu inovasi pembelajaran saja. Seorang guru tentu saja harus memiliki ragam model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di kelasnya menjadi dinamis. Model pembelajaran ini sangat cocok bila dimanfaatkan untuk melakukan proses belajar dengan materi cukup banyak, tetapi memiliki keterbatasan waktu untuk menyampaikan secara langsung.
Saran dari pengembang supaya terjadi peningkatan manfaat bagi pengguna model pembelajaran ini adalah untuk mencoba mengembangkan satu lembar perangkat kerja sebagai kendali pemanfaatan media pembelajaran.
PUSTAKA ACUAN
Dwiyogo, Wasis D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Raja Grafindo.
Hwang, A. 2018. ‘Online and Hybrid Learning’, Journal of Management Education, 42(4), pp. 557–563. doi: 10.1177/1052562918777550
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Darmawan, D. (2014). Pengembangan E-Learning: Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Nugroho, LPA, 2004.Penerapan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. UNNES; Thesis. Semarang
N.A. Shofiah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Bakulikan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersikap Ilmiah Pada KOnsep Pemantulan Cahaya Kelas VIII. UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Vol. 5. No 1). Semarang.
Febriani. 2016. Pengaruh Strategi Pembelajaran Bakulikan Terhadap Hasil Belajar Pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri I Bajeng Barat. UIN.Jurnal Pendidikan Islam: Makasar
Putri Limilia* & Nindi Aristi. 2019. Literasi Media dan Digital di Indonesia: Sebuah Tinjauan Sistematis. Jurnal KOMUNIKATIF Vol. 8 No. 2
*) Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Jawa Tengah