By: Dr. MRT (Mampuono R. Tomoredjo)
Ditulis dengan strategi Tali Bambuapus Giri
A. Pendahuluan
Strategi Tali BambuApus Giri merupakan singkatan dari Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI. Penemu strategi Tali BambuApus Giri adalah Dr. Mampuono, M.Kom. yang saat ini berprofesi sebagai widyaprada dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Tengah sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas (PTIC). Beliau yang baru baru ini juga terpilih sebagai wakil ketua Dewan Pendidikan provinsi Jawa Tengah sangat konsen dalam mendukung percepatan peningkatan literasi di masyarakat.
Strategi ini adalah hasil evolusi dari metode Menemu Baling (Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) memperoleh pengakuan sebagai metode tercepat dalam menciptakan karya literasi, dengan prestasi yang mencatatkan rekor MURI pada tahun 2018. Bahkan, metode ini telah menjadi subjek penelitian oleh banyak pendidik dan penggerak literasi. Metode ini juga sempat diteliti dan dilaporkan dalam sebuah disertasi yang ditulis oleh pencipta metode tersebut, Dr. Mampuono, M. Kom.
Gambar: Dr. Mampuono, M.Kom bersama Jaya Suprana saat menerima piagam pemecahan Rekor MURI menulis tercepat terbanyak dengan metode Menemu Baling (Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga).
Di tengah laju perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dengan munculnya berbagai aplikasi AI generatif yang bisa menciptakan tulisan dan ilustrasi, Dr. Mampuono mengembangkan metode tersebut menjadi sebuah strategi yang disebut “Tali BambuApus Giri”. Strategi ini dirancang pada tahun 2022 untuk memberikan kontribusi lebih besar dalam peningkatan literasi, terutama di kalangan pendidik dan pengguna literasi. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), strategi ini mendorong kolaborasi yang produktif dalam menciptakan pustaka digital atau referensi digital yang relevan dan bermanfaat bagi semua.
Dalam strategi ini, pengguna diajak untuk menciptakan karya literasi digital, seperti buku, artikel, video, ataupun teks multimodal lainnya. Proses penciptaan dipercepat berkat pemanfaatan teknologi tinggi, termasuk konversi teks suara ke tulisan dengan menggunakan teknologi pengubah suara menjadi teks, serta konversi teks menjadi suara untuk membantu dalam membaca. AI juga digunakan untuk mengelola draft tulisan yang sudah dibuat dengan mulut atau ditulis dengan suara. Ini memungkinkan pengguna untuk memperbaiki, memperbarui, dan meningkatkan kualitas produk literasi mereka. Sedangkan QR Code digunakan untuk mempermudah akses ke hasil-hasil literasi ini di dunia online. Setelah selesai, karya-karya tersebut diunggah secara online dan dibentuk menjadi pustaka digital mandiri yang dapat diakses oleh siapa saja dengan melakukan pemindaian pada QR Code yang tersedia.
B. Makna Filosofis
Makna filosofis dari “Tali BambuApus Giri” mengandung pesan penting yang dapat diuraikan lebih terstruktur.
1. Tali
Kata “tali” dalam konteks filosofis sebagai metafora untuk menghubungkan tulisan dengan pengetahuan mengandung makna yang dalam. Tali, sebagai simbol, dapat mewakili konsep ikatan, penghubung, dan keterkaitan antara kata-kata yang tertulis dengan pengetahuan yang tersimpan dalam tulisan tersebut.
Tali dalam konteks ini mencerminkan peran penting tulisan dalam menyatukan dan mengikat pengetahuan. Seperti tali yang mengikat beberapa elemen bersama, tulisan adalah medium yang menghubungkan pemikiran, gagasan, dan pengalaman dengan orang-orang yang membacanya. Dengan cara ini, tulisan menjadi “tali” yang menghubungkan penulis dengan pembaca, serta pengetahuan yang ingin disampaikan.
Selain itu, tali juga mengingatkan pada konsep kekuatan pengikat. Tulisan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah pandangan seseorang tentang dunia. Tulisan yang kuat dapat mengikat pemikiran seseorang dengan erat, memungkinkan pengetahuan untuk tetap ada dan bertahan lama dalam sejarah.
Dalam pandangan filosofis, kata “tali” mencerminkan pentingnya komunikasi, pengetahuan, dan pemikiran yang saling terkait. Tulisan, sebagai tali, menghubungkan masa lalu dengan masa kini, manusia dengan pemikirannya, dan pengalaman dengan pembelajaran. Oleh karena itu, filosofi tali dalam konteks ini menggambarkan bahwa tulisan bukan hanya sekadar medium komunikasi, tetapi juga alat yang kuat dalam mempertahankan pengetahuan dan hubungan antara manusia dan dunianya.
Sebuah pesan dari Sayyidina Ali, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat konsen dengan literasi bahkan menekankan pentingnya mengikat ilmu dengan tulisan, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya,” pesan beliau. Lebih jauh lagi, salah seorang tokoh besar yang juga Imam mazhab yaitu Imam Syafi’i membandingkan ilmu dengan hewan buruan dan tulisan sebagai tali pengikatnya. Dalam hal ini Imam Syafi’i mengatakan “Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan adalah tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Adalah sebuah kebodohan jika kau berburu kijang, setelah tertangkap lalu kau biarkan terlepas begitu saja.”
2. Bambu Apus
Kata “Bambu Apus” digunakan sebagai nama dalam strategi ini karena jenis bambu ini secara khusus telah menjadi simbol kekuatan, keuletan, dan daya tahan yang luar biasa, menciptakan jembatan yang menarik di antara dunia fisik dan filosofi, khususnya dalam kaitannya dengan aktivitas menulis dan pengikatan pengetahuan. Bambu Apus, dengan kekuatannya yang istimewa, telah dipilih sebagai bahan untuk tali temali dan berbagai kerajinan, serta digunakan sebagai tulang beton dalam konstruksi bangunan. Ini mencerminkan keunikan bambu ini dalam berbagai konteks, mulai dari seni kerajinan hingga ketahanan konstruksi yang teruji.
Dalam konteks aktivitas menulis, kita dapat melihat bagaimana Bambu Apus menyiratkan ide pengikatan yang kuat. Sama seperti bambu yang digunakan untuk mengikat berbagai elemen dalam struktur fisik, menulis berfungsi sebagai medium yang menghubungkan pemikiran, gagasan, dan pengalaman menjadi suatu kesatuan yang kuat dan berkesinambungan. Ketahanan Bambu Apus mencerminkan keberlanjutan pengetahuan, dan menulis berperan sebagai fondasi yang kuat dalam melestarikan dan meneruskan pengetahuan. Dalam sudut pandang filosofis, baik Bambu Apus maupun aktivitas menulis menjadi simbol kuat tentang bagaimana pengetahuan, seperti “tali” yang mengikat, memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan akar sejarah dan mengantarkan pesan-pesan kebijaksanaan kepada generasi yang akan datang.
Dengan cara ini, Bambu Apus dan aktivitas menulis tidak hanya menjadi penjelasan praktis tentang pengikatan pengetahuan tetapi juga menjadi kisah filosofis tentang bagaimana keuletan, ketahanan, dan pengikatan memainkan peran penting dalam menjaga kesinambungan pengetahuan dan peradaban manusia. Mereka memungkinkan kita untuk menjelajahi hubungan yang mendalam antara bahan fisik dan intelektual, mengingatkan kita akan pentingnya mempertahankan dan mengikat pengetahuan untuk generasi yang akan datang sebagai “tali” yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan.
3. Giri
Kata “Giri” pada strategi ini merujuk pada sebuah tempat bersejarah yang digunakan oleh Sunan Giri untuk memulai penyebaran agama Islam dan menjaga spiritualitasnya, menjadi simbol penting yang menggambarkan hubungan mendalam antara literasi dan agama. Lokasi ini menciptakan ikatan filosofis yang kuat antara literasi dan ketuhanan, mengingatkan kita akan peran penting literasi dalam memahami dan menjalankan perintah ketuhanan. Dalam konteks ini, perintah untuk belajar sepanjang hayat menjadi sebuah panggilan spiritual yang memandu umat manusia untuk menjalankan ajaran agama dengan baik.
Giri, dengan nilai-nilai spiritual yang dipegang teguh oleh Sunan Giri, menegaskan bahwa perintah berliterasi memiliki akar dalam pencarian makna yang lebih tinggi dan transendental. Di berbagai tradisi agama, literasi dan tulisan dipandang sebagai alat utama dalam menyampaikan ajaran ilahi. Contoh yang mencolok adalah dalam agama Islam, di mana ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca. Dengan cara ini, literasi tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran agama dan ketuhanan.
Dengan memahami pentingnya Giri sebagai tempat yang mewakili literasi dan spiritualitas, kita dapat merenungkan bahwa literasi dan pembelajaran sepanjang hayat adalah perintah ketuhanan yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh umat manusia. Literasi menjadi jalan untuk mencari kebijaksanaan, mendalami pengetahuan, dan merenungkan makna yang lebih tinggi dalam hidup. Dengan demikian, literasi tidak hanya menjadi keterampilan praktis, tetapi juga sebuah perjalanan yang mengarahkan kita kepada pemahaman yang lebih dalam tentang keberadaan dan tujuan kita dalam dunia ini, sejalan dengan tugas spiritual yang diwarisi oleh tempat bersejarah seperti Giri.
Inilah bukti konkret bahwa manusia tidak hanya diperintahkan untuk membaca, tetapi juga untuk menulis sebagai sarana untuk menjaga dan menyebarkan pengetahuan. Dengan demikian, aktivitas membaca dan menulis diakui sebagai langkah integral dalam mendukung proses belajar sepanjang hayat, memungkinkan pengetahuan untuk tetap hidup dan berguna dalam pengembangan spiritual dan intelektual manusia. Hal ini menunjukkan bahwa berliterasi bukan hanya sebuah tugas dunia, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam yang melibatkan ketaatan kepada perintah ketuhanan yang mendasari agama-agama yang dianut di seluruh dunia.
C. Penjabaran Nomenklatur
Strategi yang bernama Tali BambuApus Giri adalah singkatan dari “Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI.” Nomenklatur ini muncul berlatar belakang hal-hal filosofis bagaimana sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, sedangkan penjelasan perbagian nomenklatur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Implementasi
Tahap pertama adalah “Implementasi,” yang mengacu pada proses penerapan konsep literasi produktif bersama dalam pembuatan pustaka digital mandiri berbasis kecerdasan buatan (AI).
2. Literasi
Komponen “Literasi” ini mencerminkan penekanan pada aktivitas utama di dalam strategi, yaitu literasi, yang mencakup kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi, namun dalam konteks ini, juga mencakup pada literasi digital dan literasi dalam menggunakan AI.
3. Produktif
Komponen “Produktif” menggambarkan tujuan untuk menghasilkan hasil yang berguna dan efektif serta efisien melalui strategi ini, seperti menciptakan pustaka digital yang berkualitas tinggi dengan cepat, mudah, dan proses yang sederhana.
4. Bersama
“Bersama” menunjukkan Kolaborasi dan partisipasi kolektif dalam pengembangan pustaka digital, yang melibatkan banyak pihak.
5. Pembuatan
Komponen “Pembuatan” ini mengacu pada proses pembuatan pustaka digital mandiri, yang melibatkan pengumpulan, pengorganisasian, dan penerbitan konten secara elektronik.
6. Pustaka
“Pustaka” adalah sumber informasi dan referensi yang terkait dengan topik tertentu, dan dalam hal ini, itu akan menjadi digital, berarti bersifat virtual dan biasanya dapat diakses secara online.
7. Digital
Konsep “Digital” ini menekankan penggunaan teknologi digital dalam pembuatan, penyimpanan, dan distribusi pustaka. Dalam konteks ini pengunggahan di ranah online dan akses melalui QR Code menjadi hal penting.
8. Mandiri
Komponen “Mandiri” menunjukkan bahwa pustaka ini dapat diproduksi, dikelola dan diakses secara independen, tanpa ketergantungan pada entitas eksternal.
9. Berbasis AI
Ini merujuk pada penggunaan kecerdasan buatan dalam memproduksi pustaka digital, yang dapat menghasilkan rekomendasi, analisis, atau interaksi yang lebih cerdas.
Jadi, singkatan “Strategi Tali BambuApus Giri” menggambarkan strategi yang berfokus pada implementasi literasi produktif bersama dalam pembuatan pustaka digital mandiri yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan (AI).
D. Ciri Khas Strategi Tali BambuApus Giri
Strategi ini diciptakan dalam usaha untuk menggabungkan literasi produktif, teknologi, Kolaborasi, dan kearifan lokal. Berikut ini penjelasannya.
1. Literasi Produktif
Strategi Tali Bambu Apus Giri adalah gebrakan penting dalam meningkatkan literasi masyarakat dengan menekankan literasi produktif. Literasi produktif adalah kegiatan menghasilkan karya literasi secara kreatif dan inovatif, menciptakan peluang bagi individu untuk mengekspresikan ide-ide kreatif mereka dalam berbagai bentuk seperti puisi, cerpen, novel, artikel, dan banyak lagi. Dengan berfokus pada literasi produktif, strategi ini memberikan manfaat signifikan.
Dengan mendorong masyarakat untuk menjadi produsen karya literasi, strategi ini membantu meningkatkan keterampilan menulis mereka. Individu dapat terus mempraktikkan dan mengasah kemampuan menulis mereka melalui berbagai jenis karya literasi.
Selain itu literasi produktif juga meningkatkan kreativitas dalam berkarya Ketika individu diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide mereka, ini dapat menghasilkan karya yang inovatif dan kreatif, memperkaya dunia literasi dengan beragam perspektif.
Tidak hanya itu beli terasi produktif juga akan meningkatkan pemahaman terhadap dunia sekeliling, baik dalam lingkup kecil maupun lebih besar. Dengan mengekspresikan ide-ide mereka dalam bentuk karya literasi, individu menjadi lebih terlibat dengan isu-isu dunia. Mereka dapat menyelidiki topik-topik yang mereka kuasai dalam karya mereka, yang pada gilirannya meningkatkan pemahaman mereka terhadap dunia di sekitar mereka.
Ini dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan individu dalam berkomunikasi. Literasi produktif tidak hanya melibatkan pembuatan karya, tetapi juga berbagi karya-karya tersebut dengan orang lain. Ini membantu dalam mengembangkan kemampuan komunikasi individu, termasuk kemampuan berbicara, mendengarkan, dan memberikan umpan balik.
Strategi Tali Bambu Apus Giri membawa literasi produktif ke pusat perhatian, memungkinkan masyarakat untuk bukan hanya menjadi konsumen pasif dari informasi, tetapi juga menjadi pencipta, memberikan mereka rasa kepemilikan dalam dunia literasi sambil meningkatkan keterampilan dan pemahaman mereka.
2. Teknologi
Strategi Tali BambuApus Giri telah mengambil langkah inovatif dalam memanfaatkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong literasi yang lebih produktif dan akses yang lebih luas di ranah virtual. Salah satu elemen kunci dalam pendekatan ini adalah penggunaan Text to Speech (TTS) dan Speech to Text (STT). Dengan TTS, pengguna dapat mengubah teks menjadi suara, menghilangkan hambatan penulisan manual, dan memberikan akses yang lebih mudah kepada mereka yang mungkin memiliki kesulitan membaca. Sebaliknya, STT memungkinkan pengguna untuk dengan cepat menerjemahkan ucapan mereka menjadi teks, mempercepat proses penciptaan konten literasi.
Selain itu, telah diintegrasikan teknologi QR Code ke dalam strategi ini. QR Code memfasilitasi distribusi konten literasi. Dengan QR Code yang terpasang pada karya literasi, pembaca dapat dengan mudah mengakses lebih banyak informasi, video, atau audio yang mendukung konten tersebut. Hal ini membantu dalam memberikan perspektif yang lebih mendalam dan menyeluruh pada materi literasi.
Pemanfaatan AI tidak hanya terbatas pada proses kreatif dan produksi, tetapi juga pada distribusi dan promosi literasi. Algoritma AI digunakan untuk menyusun konten literasi ke dalam format yang lebih menarik dan dapat disesuaikan dengan preferensi pembaca. AI juga berperan dalam mengidentifikasi audiens yang paling relevan dan menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Dengan cara ini, memastikan bahwa produk-produk literasi mencapai audiens yang tepat dengan cara yang paling efisien di ranah virtual.
Pada intinya, strategi ini memberdayakan teknologi TTS, STT, QR Code, dan AI untuk memungkinkan literasi yang lebih produktif dan akses yang lebih luas di dunia virtual. Pendekatan ini menghilangkan banyak hambatan yang mungkin dihadapi dalam menghasilkan dan menyebarluaskan karya literasi, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan literasi yang berkelanjutan dan inklusif.
3. Kolaborasi
Salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan dalam strategi Tali BambuApus Giri adalah Kolaborasi. Dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks, Kolaborasi adalah kunci keberhasilan. Melalui strategi ini, masyarakat diajak untuk bekerja bersama dalam pengembangan karya literasi. Kolaborasi ini menghasilkan karya-karya yang lebih berkualitas, bervariasi, dan bahkan lebih banyak. Dalam proses ini, mereka belajar satu sama lain, memperkaya gagasan, dan memperluas perspektif. Dengan Kolaborasi yang kuat, hasilnya adalah ekosistem literasi yang hidup dan makmur, yang melibatkan berbagai kelompok dan individu dengan beragam latar belakang dan minat.
Kolaborasi dalam implementasi strategi ini membawa manfaat yang signifikan yang perlu dipahami lebih rinci. Pertama, Kolaborasi memungkinkan munculnya kolaborasi yang kuat antara individu, komunitas, dan lembaga pendidikan. Ini menciptakan lingkungan di mana ide-ide, sumber daya, dan dukungan dapat beredar dengan lancar. Kolaborasi semacam ini mendorong terciptanya sinergi di antara mereka, memungkinkan mereka untuk bersama-sama mengembangkan konsep literasi yang lebih kaya dan bervariasi.
Kedua, Kolaborasi juga memainkan peran penting dalam memungkinkan berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dalam konteks literasi, baik yang berpengalaman maupun yang baru memulai memiliki sesuatu yang berharga untuk diberikan. Melalui Kolaborasi, mereka dapat memanfaatkan wawasan yang beragam ini untuk memperkaya diri dan mengembangkan kemampuan mereka dalam literasi. Ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, di mana orang dengan berbagai tingkat pengetahuan dapat saling mendukung dan tumbuh bersama.
Terakhir, Kolaborasi membuka peluang untuk menggabungkan berbagai perspektif dan keahlian. Ini mendorong terciptanya inovasi dalam metode literasi dan pendekatan yang didasarkan pada teknologi. Dengan menyatukan berbagai pandangan, strategi literasi dapat berkembang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, Kolaborasi dalam strategi Tali BambuApus Giri bukan hanya tentang bekerja bersama, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang kreatif dan inklusif untuk pertumbuhan literasi yang berkelanjutan.
4. Kearifan Lokal
Strategi Tali BambuApus Giri menghubungkan dengan erat kearifan lokal, yang mencakup nilai-nilai dan pengetahuan tradisional yang telah lama dipegang oleh masyarakat. Kearifan ini mencakup kebiasaan tradisional seperti menyimak cerita dari generasi ke generasi dan berbicara, yang kini menjadi fondasi utama untuk menghasilkan karya literasi yang memikat dan berharga. Dalam inovasi yang revolusioner, kebiasaan tradisional ini bertransformasi menjadi kebiasaan membaca dan menulis, membawa dampak yang signifikan pada pemahaman dan pengembangan literasi. Proses ini bukan hanya merawat warisan budaya, tetapi juga memotivasi masyarakat untuk menggali lebih dalam dalam literasi mereka.
Dengan memanfaatkan kearifan lokal, strategi ini mengukuhkan akar budaya yang kuat yang terus menjadi sumber inspirasi. Kearifan lokal membantu membentuk kedalaman budaya yang dalam, menghidupkan kembali praktik lama yang dulu mungkin terabaikan, dan mempromosikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dan tradisi lokal. Lebih dari sekadar melestarikan warisan budaya, strategi ini mendorong masyarakat untuk menjalankan fungsi literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui strategi ini, masyarakat menjadi lebih terlibat dalam literasi, dan kearifan lokal menjadi alat untuk mengilhami minat dalam membaca dan menulis. Hal ini mendorong pertumbuhan literasi yang lebih beragam dan menyeluruh. Dengan memadukan teknologi dengan kearifan lokal, strategi ini menciptakan budaya batal dan tulis yang memadukan unsur-unsur tradisional dengan literasi produktif. Ini memungkinkan masyarakat untuk mengungkapkan diri mereka dalam cara yang sebelumnya mungkin tidak mereka eksplorasi, menciptakan literasi yang unik dan mendalam.
Pendeknya, penggabungan kearifan lokal dengan teknologi dalam strategi Tali BambuApus Giri membawa perubahan yang signifikan dalam literasi masyarakat. Itu tidak hanya menghidupkan kembali tradisi, tetapi juga mengubahnya menjadi sumber daya berharga yang mendukung pertumbuhan literasi produktif. Dengan pendekatan ini, literasi menjadi lebih beragam, inklusif, dan mendalam, membantu masyarakat untuk berkontribusi dan terlibat dalam literasi secara lebih bermakna.
Strategi Tali BambuApus Giri bukan sekadar sebuah konsep; ini adalah transformasi. Ini mendorong masyarakat untuk menjadi produsen literasi yang berdaya, memberikan akses ke teknologi canggih, mempromosikan Kolaborasi yang kuat, dan merangkul nilai-nilai tradisional. Dengan cara ini, strategi ini membantu menciptakan masyarakat yang literat, kreatif, dan terhubung secara global. Ini adalah evolusi dalam literasi yang tidak hanya meningkatkan kemampuan individu, tetapi juga membawa manfaat besar bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dengan implementasi strategi Tali BambuApus Giri yang mencakup empat komponen ini, masyarakat dapat merasakan manfaat besar dalam pengembangan literasi, pemanfaatan teknologi, Kolaborasi, dan pelestarian kearifan lokal, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan pengembangan individu serta komunitas secara keseluruhan.
(Bersambung).
***
(Penulis, Dr. MRT atau Dr. Mampuono R. Tomoredjo, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC (Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas), dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Penulis juga pernah menjadi juara Guru Inovatif Asia Pasific Microsoft yang terus berbagi tentang penggunaan ICT Based Learning ).