SEMARANG – Kebugaran jasmani merupakan unsur penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari siswa. Derajad kebugaran jasmani perlu diukur secara akurat, sehingga perlu disediakan instrumen tes dan pengukurannya. Kolaborasi kebijakan dan dukungan yang berkesinambungan perlu menjadi perhatian bersama para pemangku kepentingan dari ekosistem pendidikan, untuk memberi kontribusi yang nyata pada kebugaran siswa.
Demikian dikatakan Kepala Bagian Umum BBPMP Provinsi Jawa Tengah Mohammad Adi Hartono, saat menyampaikan sambutan sekaligus arahan mewakili Kepala BBPMP Jawa Tengah pada pembukaan kegiatan Sosialisasi dan Advokasi Tes Kebugaran Siswa Indonesia (TKSI) Angkatan I di Kantor BBPMP Jawa Tengah, Selasa, 16 Juli 2024. Pada kesempatan tersebut, Adi Hartono didampingi Ketua Tim Kerja III Ahmad Mudlofir, penanggungjawab kegiatan Febri Hartanti Purbaningrum, Tim Satgas serta Konsultan Pendidikan BBPMP Jawa Tengah.
Dihadapan peserta yang merupakan para guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dan operator sekolah binaan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) tahun 2024 dan Wali wilayah BBPMP Jawa Tengah, Adi menyampaikan PJOK dapat diartikan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek. Diantara aspek tersebut antara lain kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani.
Kebugaran jasmani bagi siswa sambut Adi, merupakan salah satu lingkup materi pembelajaran jasmani yang sekaligus sebagai ranah tujuan pembelajaran yang harus dipenuhi oleh mata pelajaran lain. “Didalam Rapor Pendidikan terdapat hasil pengukuran terhadap beberapa indikator. Didalamnya termasuk iklim keamanan sekolah, iklim kebhinekaan dan iklim inklusivitas,” jelas Adi.
Lebih lanjut dikatakan Adi, dampak dari proses pembelajaran selama pandemi Covid-19 yang aktivitas siswa serba terbatas, lebih banyak berdiam dan duduk di rumah, sehingga banyak sekali terjadi permasalahan permasalahan kesehatan, sehingga Kemendikbudristek mengeluarkan kebijakan untuk mengkampanyekan melalui Gerakan Sekolah Sehat (GSS).
Sementara dari segi kualitas proses, Adi menilai di sekolahnya siswa merasa belajar kurang menyenangkan. Pembelajaran menurut banyak siswa dinilai semata-mata untuk menyelesaikan kurikulum. “Sementara kebugaran siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang diperhatikan,” kata Adi.
Dengan adanya kegiatan ini harap Adi, salah satu program Kemendikbudristek yakni Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah. Serta selanjutnya sekolah dapat melakukan asesmen awal dan menempatkan kebugaran jasmani siswa sebagai salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut kata Adi, perlu adanya komitmen dan kolaborasi antar pemangku kepentingan di daerah.
Pada akhir sambutannya, Adi menekankan kembali agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah dalam kondisi yang bugar. “Seperti dalam semboyan olahraga Mens sana in corpore Sano yang maksudnya jika jiwa seseorang sehat, maka tubuhnya akan sehat juga,” ungkapnya.
Sementara Febriyanti Hartanti Purbaningrum, selaku Penanggungjawab kegiatan Sosialisasi dan Advokasi TKSI ini menjelaskan, tujuan dari kegiatan ini agar para guru PJOK di seluruh jenjang sekolah mampu menggunakan instrumen TKSI dalam mengukur tes kebugaran peserta didik. Sementara untuk narasumber kegiatan berasal dari internal BBPMP Jawa Tengah dan berasal dari Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikbudristek.
(TIB/LUB)