Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Memasuki akhir Januari 2021 kasus Covid-19 di Indonesia menyentuh angka 1 juta. Senin, 25 Januari angka kasus di Indonesia mencapai 999.256, keesokan harinya, angkanya berubah menjadi 1.012.350 kasus (worldometers, 2021). Dalam satu hari jumlah kasus baru mencapai 13 ribu lebih.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia Pendidikan di Indonesia sangat luar biasa. Sekolah-sekolah harus ditutup dari aktifitas pembelajaran tatap muka (PTM) dan memaksa guru-guru untuk membelajarkan siswa dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ). Berdasarkan survey LPMP Jawa Tengah di awal tahun 2021, mayoritas sekolah di Jawa Tengah melaksanakan PJJ (98%), sebagian kecil melaksanakan blended learning (2%) dan bisa dikatakan tidak ada yang menerapkan PTM penuh.
Pro-Kontra PJJ
Pro dan kontra terkait PJJ berkembang di masyarakat. Pihak yang pro PJJ biasanya sangat mementingkan masalah kesehatan. Karenanya, orang tua legowo anaknya melaksanakan pembelajaran di rumah, meskipun dengan berbagai konsekwensi, misalnya harus menyediakan sambungan internet di rumah hingga membelikan gadget bagi anak-anaknya. Bagi yang memiliki ekonomi terbatas, mereka pun rela berbagi penggunaan gadget dengan anaknya.
Kebanyakan pihak yang kontra terhadap PJJ merasa bahwa pandemi tidak sebahaya yang dibayangkan banyak orang, sehingga menganggap PJJ adalah langkah yang terlalu ekstrim dalam menyikapi pandemic. Berbagai alibi pun muncul demi mempertahankan ke-kontraannya. Sebagai missal, ada pihak yang berpendapat bahwa posisi guru tidak tergantikan dengan teknologi, sedangkan PJJ melemahkan peran guru. Para penyokong pendapat ini menginginkan agar sekolah-sekolah segera melaksanakan pembelajaran tatap muka, tak peduli pandemic covid-19 masih terjadi.
Banyak pula muncul bumbu-bumbu teori konspirasi. Ada yang menyatakan pandemi corona hanyalah upaya pihak tertentu untuk melemahkan Pendidikan di Indonesia. Bahkan, pada tingkat yang paling hiperbol, tidak sedikit yang mengatakan corona sebenarnya tidaklah ada.
Tidak Ada Pertentangan antara Pentingnya Peran Guru dengan Pelaksanaan PJJ
Bahwa kedudukan guru tidak bisa tergantikan dengan teknologi menurut pandangan penulis adalah benar. Pandangan ini banyak yang mendukung, dari akademisi, praktisi hingga masyarakat luas. Namun menjadikan hal ini sebagai pembenaran untuk menghilangkan PJJ sangat perlu untuk dikoreksi.
Ada baiknya kita merenungkan apa yang disampaikan seorang pakar di bidang Pendidikan Prof. R. Eko Indrajit “Teknologi tidak akan bisa menggantikan guru, tapi guru yang tidak menggunakan teknologi akan tergantikan. Karena itu, guru harus senantiasa belajar sepanjang hayatnya karena jika seorang guru berhenti belajar, dia sejatinya sudah berhenti menjadi guru,” (sebagaimana dikutip dari mediaindonesia.com).
Jadi, siapa yang akan menggantikan guru yang tidak bisa menggunakan teknologi? Bukan teknologinya yang menggantikan dia, tetapi guru lain yang bisa memanfaatkan teknologi yang akan menggesernya.
Kemampuan berteknologi sangat penting dikuasai guru, sehingga guru tidak akan mengalami masalah ketika dihadapkan pada kondisi yang mengharuskan ber-PJJ. Bahkan tanpa adanya halangan tertentu, seperti pandemi, pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran sudah menjadi keharusan di era teknologi informasi ini.
Tetap Optimis dan Belajar
Mari tetap optimis. Yakinlah PJJ tidak dimaksudkan untuk menggeser peran guru. Karena pada PJJ, dengan aplikasi apapun, peran guru tetap sama. Siapa yang merencanakan PJJ, siapa yang menjalankan zoom, siapa yang menshare materi, siapa yang mengarahkan siswa untuk menjawab melalui media sosial, dan siapa yang mengevaluasi? Semua dilakukan dan dikontrol oleh guru, bukan robot.
Yakinlah pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara penuh tidak akan selamanya. Ada masanya, suatu saat nanti, pandemi berhenti, dan pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan kembali. Justru kita harus memanfaatkan masa pandemi untuk secara aktif mempelajari dengan maksimal bagaimana menggunakan teknologi untuk pembelajaran.
Pada saatnya nanti, ketika pandemi berhenti, kita akan menjadi guru yang berkompeten dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka maupun jarak jauh. DdG.
References
worldometers. (2021, Februari 2). Coronavirus Updates. Retrieved from worldometers: https://www.worldometers.info/