Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 3 March 2020Categories: Artikel, Headline

Dunia berkembang begitu cepat. Penguasaan terhadap kebutuhan di dunia nyata sangat penting. Sehingga pemahaman terhadap suatu hal menjadi keharusan yang  mutlak. Segalanya harus dimulai sejak dini. Maka saya sebagai guru merasa terpanggil untuk sedikit banyak memecahkan persoalan ini. Khususnya pada anak didik saya di SDN Ringinputih 3.

Pemahaman siswa pada suatu materi menjadi hal yang sangat penting. Karena kendala ini sering terjadi di sekolah. Maka Realistic Mathematics Education (RME) dirasa mampu membantu siswa memahami materi. Menurut Aristoteles Pendidikan adalah salah satu fungsi dari suatu negara, dan dilakukan, terutama setidaknya, untuk tujuan Negara itu sendiri. Negara adalah institusi sosial tertinggi yang mengamankan tujuan tertinggi atau kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah persiapan/bekal untuk beberapa aktivitas/pekerjaan yang layak. Pendidikan semestinya dipandu oleh undang-undang untuk membuatnya sesuai (koresponden) dengan hasil analisis psikologis, dan mengikuti perkembangan secara bertahap, baik secara fisik (lahiriah) maupun mental (batiniah/jiwa).

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Dari pemahaman para pakar tersebut, maka penulis berupaya mengembangkan RME untuk mengurai permasalahan pemahaman siswa. Langkah pertama adalah observasi seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi ajar. Kemudian penguasaan materi ajar ini, seberapa berpengaruh dalam kehidupan nyata siswa. Dari data ini, kemudian dikembangkan dalam penugasan mandiri siswa. Setiap siswa tentunya akan mendapatkan tugas yang berbeda. Hal ini disesuakan dengan 2 elemen tadi. Yaitu seberapa pemahaman tiap siswa terhadap materi. Dan seberapa aplikasi materi yang dilakukan siswa di lingkungannya.

Langkah ke 2 adalah merancang sistem pasar yang diadakan di sekolah. Lingkup kecilnya adalah di kelas. Beberapa siswa diberi tugas utuk menjadi penjual. Beberapa yang lain menjadi pembeli. Hal ini akan terjadi real aktifitas perdagangan. Sehingga materi pemahaman tentang menjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian berlangsung dalam pasar ini. Siswa akan langsung dihadapkan pada permasalahan yang nyata dan bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Ketika proses jual beli selesai, dan barang telang terjual. Maka mereka akan berfikir bagaimana untuk memenuhi permintaan barang. Maka dibentuk tim yeng bertugas menjadi penjual besar sebagai tempat belanja para pedagang eceran. Disini pedagang eceran akan berhadapan dengan proses pembelian barang. Bagaimana mereka harus membeli barang semurah-murahnya. Agar mereka bisa menjual lagi barang dengan mendapatkan keuntungan. Proses yang berlangsung akan terjadi tawar menawar barang. Masalah belanja para pedagang eceran telah berlangsung.

Permasalah berikutnya akan dihadapi. Yaitu menentukan harga jual agar mereka mendapatkan keuntungan. Ini akan terjadi proses penjumlahan. Maka realitas yang dihadapkan pada siswa akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan sekaligus meningkatkan pemahaman terhadap materi ajar.

Beberapa keuntungan model Realistic Mathematics Education (RME) ini diantaranya adalah siswa membangun sendiri pengetahuannya, proses pembelajaran menyenangkan, memupuk kerja sama dalam kelompok.

 
Oleh : Hamid faozi, S.Pd. – Guru SDN Ringinputih 3 Kab. Magelang
Pengelola laman: hesty