Published On: 16 March 2023Categories: Pojok Sastra, Puisi

Sebungkus Cinta di dalam Laci
Oleh: Dr. Mampuono, M.Kom
(Tali Bambuapus Giri)

Tuhan,
Beri aku waktu,
Agar saatnya nanti,
Aku masih bisa membuatnya mengerti,
Ada sebungkus cinta,
Yang dulu kutaruh dengan hati-hati
Di dalam laci.

Tuhan,
Beri aku tenggat,
kuncinya yang kupegang erat,
biarlah kelak kupasrahkan
pada dia, yang kini entah di mana.
agar dia sempat membukanya,
menyeduhnya dengan secawan rindu,
lalu menaburkan sejumput kemesraan.
agar pulih siksa hatinya.

Tuhan,
Beri dia bisikan,
Sesungguhnya cintaku memang sederhana.
Rinduku hanyalah sepotong kain kumal.
Membungkus cinta di dalam laci
dengan harap kasih tak lebih.
Namun kekal untuknya.

(Sampangan, Hari Pahlawan)

DESKRIPSI PUISI SEBUNGKUS CINTA DI DALAM LACI

Puisi “Sebungkus Cinta di dalam Laci” ini menggambarkan sebuah cinta yang disimpan dengan hati-hati dalam “sebuah laci” atau relung hati dan harapan untuk dapat menyatukan kembali cinta itu dengan penerima yang pantas, pada suatu waktu.

Maksud dari bait pertama puisi ini menggambarkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan agar diberikan waktu untuk bisa membuat seseorang yang penting dalam hidupnya mengerti bahwa ada rasa cinta yang ia sebut sebagai “sebungkus cinta” yang ia simpan dengan hati-hati di dalam relung hatinya yang ia sebut “ laci”.

Hal ini menunjukkan bahwa orang itu merindukan kesempatan untuk dapat menunjukkan dan mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dicintainya dengan cara yang baik dan benar. Puisi tersebut mencerminkan harapan dan keinginan seseorang untuk dapat menyampaikan cinta yang telah ia simpan dalam hatinya dengan penuh kasih sayang dan harapannya agar cinta tersebut dapat diterima oleh orang yang ia cintai.

Maksud dari bait kedua puisi ini adalah tentang permohonan seseorang kepada Tuhan untuk memberikan batas waktu atau tenggat agar dia dapat “menyerahkan kunci yang ia pegang erat” atau ikrar yang dipegang teguh untuk “membuka laci tempat ia menyimpan sebungkus cinta” atau suatu ketika bisa menjalin lagi cinta yang selama ini terpendam di dalam hati kepada orang yang ia cintai, yang saat ini berada di tempat yang tidak diketahui.

Dia berharap agar orang yang ia cintai tersebut dapat “membuka laci” atau mengetahui sesungguhnya isi hatinya” dan merasakan cinta yang ia simpan selama ini, sehingga ia dapat merasakan kesembuhan dari rasa sakit hatinya. Penulis juga berharap agar orang tersebut dapat menyeduh cinta tersebut dengan secawan rindu dan menaburkan sejumput kemesraan untuk memperbaharui hubungan cinta di antara mereka.

Bait ini mencerminkan keinginan seseorang itu untuk menyatukan kembali hubungan cinta yang pernah mereka miliki dengan orang yang ia cintai dan memohon kepada Tuhan untuk membantu mengabulkan doanya.

Sedangkan maksud dari bait ketiga puisi ini adalah permohonan orang tersebut kepada Tuhan untuk memberikan bisikan atau ilham pada orang yang ia cintai, bahwa cintanya sebenarnya sederhana tetapi tulus. Ia tidak menginginkan hal-hal yang besar dan mewah, tetapi hanya rindu yang sederhana yang diibaratkan seperti sepotong kain kumal karena saking sederhananya.

Penulis menyimpan cintanya dengan hati-hati di dalam laci hatinya, dengan harapan agar cintanya tidak lebih dari kasih sayang yang sederhana, namun tetap abadi dan kekal untuk orang yang ia cintai. Dalam bait puisi ini, penulis ingin menunjukkan bahwa cinta sejati tidak selalu tentang hal-hal besar atau kekayaan materi, tetapi bisa berasal dari hal-hal sederhana yang bersumber dari hati yang tulus dan ikhlas.