Published On: 6 April 2023Categories: Puisi

Panggah!
Tirta Nursari

 

dan pucuk merah di pelataran rumah tak lagi meranggas,
meski angin kemarau berembus mematah ranting
bunga-bunga mengering,
daun-daun gugur,

; pagi masih menyisa embun

yang ngilu, serupa biru, mengibas rindu
denyut syahdu tak lagi menguntai tasbih
pekat doa meluntur,
saat lagu sorga untukmu telah kau usir pergi sendiri
;menepi

serupa kidung bisu, laguku memang sejenak sendu
sunyi menerkamku

Ada yang harus kuempas pergi
Duri-duri yang menikam kaki dan memasung ngilu
Hingga langkahku tak mampu berlari
Maka kubilang padamu, kau harus pergi!
Dan biarkan bersama angin ku tetap menari
Meriang riung bersama mentari
Tanpa bayang dan jebak ilusi

Kokoh, aku di sini
Panggah!

Wapas, 20 Maret 2023

 

 

Tak ada Lagi Pesta Barbeque

 

setelah hariku berselimut ilalang kemarin,
pagi ini bibirku berkudung kembang,
meski tak semerah mawar,

hari ini, usai kemarin,
saat lelaki tanpa jubah putih kebesarannya
menyapaku tanpa senyum
dan basa basi terasa basi

“Kau tak ingin segera menjemput kematian, bukan?”

aku menatapnya dengan senyuman

lalu sederet data dia jabarkan
lewat kertas putih dan lembar hitam berpola
yang dia hamparkan

Lelaki berkaca mata itu kembali menatapku,
nafasnya memberat
“Kau memahaminya?” Dia bertanya

“Tentu saja,” jawabku pula, “dari Google aku telah mempelajarinya.”

Lelaki berkaca mata kembali berkata,
“Kau harus hati-hati dengan makanmu, hindari daging. jangan pula barbeque.”

sejak itu pesta tahun baru aku coret dari daftarku
Agar aku terhindar dari barbeque
Maka suguh saja aku dengan pisang rebus berbumbu

Karena tak akan ada lagi pesta barbeque

Ken Saras, 10 Maret 2023