Published On: 21 March 2023Categories: Pojok Sastra, Puisi

MATEMATIKA CINTA SEGITIGA
Oleh: Dr. Mampuono, M. Kom.
(Menemu baling on the way, Tali Bambuapus Giri)

Benakku bergumul tanya,
Memburu makna tanpa jeda
Ketika frasa itu mendaulat rasa
Benarkah ada puisi matematika?

Aneh sungguh, tetapi nyata itu niscaya
Khidmat mengangguk tunduk
Baku, pasti, dan kaku berbentuk
Eksakta terhimpun, mutlak tanpa ampun
Puaskan dahaga logika, tepiskan rasa

Lalu ada yang menghentak
Merenggut logika, mencerai berai makna
Cinta segitiga yang melanda
Insan-insan pendamba cinta
Akankah melahirkan puisi matematika?

Enam suku kata,
Tiga belas huruf penyusunnya,
Bangun geometrika mudah dilogika,
Sejak Mesir Kuno, Babilonia, Yunani, dan India,
Akankah puisi tentangnya itu puisi matematika?

Selama masa Renaisans,
Sir Isaac Newton, Leonardo da Vinci, dan Galileo Galilei,
Logika matematika berkata hingga kini
Cinta segitiga itu matematis
Himpunan sudutnya adalah pasti, 180° tak kurang tak lebih

Jika cinta segitiga tak setara,
Panjang sisi yang tak adil
Besar sudut yang tak fair
Masihkah cinta segitiga layak dipuisikan?

Cinta segitiga sejati tak berimbang memang
Ketika menimbang kasih pada dunia,
dan kasih pada Yang di Atas Sana
Cinta segitiga bahkan harus tak sepadan
Ketika cinta itu, antara Yang Mencipta dan yang diciptakan
————————————————–
Senin, 20 Maret 2023. Draf ditulis dengan metode Menemu Baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga di bukit Gombel dalam perjalanan menuju ke Srondol

DESKRIPSI PUISI CINTA SEGITIGA MATEMATIKA

Puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M. Kom. membahas tentang konsep cinta segitiga dalam perspektif matematika. Puisi ini mulai dengan kebingungan tentang kemungkinan adanya puisi matematika, namun kemudian menjelaskan bahwa cinta segitiga memang dapat dilihat dari sudut pandang matematis. Meskipun konsep matematika tampak kaku dan pasti, puisi ini mengajukan pertanyaan apakah cinta segitiga yang tidak setara atau tidak seimbang masih layak untuk dipuisikan. Puisi ini kemudian mengajukan bahwa cinta segitiga yang sejati bahkan mungkin tidak dapat diungkapkan secara matematis, ketika mempertimbangkan cinta kepada Yang Mencipta dan yang diciptakan. Puisi ini menunjukkan pemikiran yang menarik dan kreatif dalam menggabungkan dua konsep yang berbeda.

Bait Pertama

Bait pertama dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr.Mampuono,M.Kom ini menggambarkan kebingungan dan pertanyaan dalam benak sang penyair tentang kemungkinan adanya puisi matematika. Penyair merasa bergumul dengan pertanyaan dan sedang mencari makna tanpa henti ketika frasa “puisi matematika” muncul dan membangkitkan perasaannya. Penyair mempertanyakan apakah hal ini mungkin terjadi atau tidak, dan meragukan kemungkinannya. Bait ini menunjukkan bahwa penyair berusaha mencari jawaban dari pertanyaannya dan bersedia untuk membuka diri terhadap kemungkinan yang ada. Berikut adalah arti perbaris dari bait pertama puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom:

  • “Benakku bergumul tanya”: Penyair merasa bingung dan pikirannya penuh tanda tanya dalam mencari jawaban atas pertanyaannya.
  • “Memburu makna tanpa jeda”: Penyair berusaha keras mencari makna dari sesuatu yang membingungkannya tanpa henti atau berhenti sejenak.
  • “Ketika frasa itu mendaulat rasa”: Frasa “puisi matematika” memicu perasaan penyair dan membangkitkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran dalam dirinya.
  • “Benarkah ada puisi matematika?”: Penyair mempertanyakan kebenaran adanya puisi matematika, karena hal itu mungkin terdengar aneh atau tidak mungkin bagi beberapa orang.

Bait Kedua

Berikut adalah arti perbaris dari bait kedua dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom::

  • “Aneh sungguh, tetapi nyata itu niscaya”: Meskipun terdengar aneh, kenyataannya memang seperti itu.
  • “Khidmat mengangguk tunduk”: Menunjukkan penghormatan atau pengakuan terhadap fakta bahwa hal tersebut memang benar, dan penyair merasa terkesan.
  • “Baku, pasti, dan kaku berbentuk”: Menggambarkan sifat matematika yang konsisten, pasti, dan tidak berubah-ubah.
  • “Eksakta terhimpun, mutlak tanpa ampun”: Matematika adalah ilmu pasti yang tidak memberi ruang bagi kesalahan atau perdebatan, dan selalu mencari jawaban yang benar.
  • “Puaskan dahaga logika, tepiskan rasa”: Matematika dapat memuaskan kebutuhan logika dan pemikiran yang jernih, sedangkan emosi dan perasaan kurang relevan dalam hal ini.

Bait Ketiga

Berikut adalah arti perbaris dari bait ketiga dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom::

  • “Lalu ada yang menghentak”: Mungkin ada yang mempertanyakan kebenaran tentang puisi matematika, atau ada sesuatu yang mengganggu kesimpulan logis tersebut.
  • “Merengut logika, mencerai berai makna”: Terdapat ketidakselarasan antara logika dan makna yang dimiliki puisi, sehingga menjadi tidak jelas atau tidak memiliki arti yang jelas.
  • “Cinta segitiga yang melanda”: Pengenalan topik dari puisi, yaitu tentang cinta segitiga.
  • “Insan-insan pendamba cinta”: Menggambarkan manusia sebagai makhluk yang membutuhkan kasih sayang dan cinta, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan mengalami cinta.
  • “Akankah melahirkan puisi matematika?”: Muncul pertanyaan apakah mungkin ada puisi tentang cinta segitiga yang juga memiliki unsur matematika.

Bait Keempat

Berikut adalah arti perbaris dari bait keempat dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom::

  • “Enam suku kata dalam cinta segitiga”: Mengacu pada frase “cinta segitiga” yang terdiri dari enam kata.
  • “Dua belas huruf penyusunnya”: Mengacu pada jumlah huruf yang terdapat dalam frase “cinta segitiga”, yaitu dua belas.
  • “Bangun geometrika mudah dilogika”: Mengacu pada sifat-sifat geometri yang diterapkan pada bentuk segitiga, sehingga terdapat unsur matematika dalam cinta segitiga.
  • “Sejak Mesir Kuno, Babilonia, Yunani, dan India”: Mengacu pada sejarah perkembangan geometri dan matematika di berbagai negara, yang menunjukkan betapa pentingnya geometri dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • “Akankah puisi tentangnya itu puisi matematika?”: Mengacu pada pertanyaan yang sama dengan bait sebelumnya, yaitu apakah mungkin ada puisi tentang cinta segitiga yang juga memiliki unsur matematika.

Bait Kelima

Berikut adalah arti perbaris dari bait kelima dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom::

  • “Selama masa Renaisan”: Selama periode waktu yang disebut Renaisans, yang terjadi antara abad ke-14 hingga ke-17.
  • “Sir Isaac Newton, Leonardo da Vinci, dan Galileo Galilei:” Ini merujuk pada Sir Isaac Newton, Leonardo da Vinci, dan Galileo Galilei sebagai tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah ilmu pengetahuan dan matematika.
  • “Logika matematika berkata hingga kini:” ini artinya pandangan atau konsep matematika yang ada sekarang masih dipengaruhi oleh pemikiran dan karya-karya dari masa lalu.
  • “Cinta segitiga itu matematis:” Ini maksdunya bahwa konsep cinta segitiga dapat diterapkan dalam matematika.
  • “Himpunan sudutnya adalah pasti, 180° tak kurang tak lebih”: ini maksudnya adalah jumlah total sudut dalam sebuah segitiga selalu sama dengan 180 derajat, tidak kurang dan tidak lebih.

Bait Keenam

Bait keenam karya dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” Dr. Mampuono, M.Kom: “Jika cinta segitiga tak setara, panjang sisi yang tak adil, besar sudut yang tak fair, masihkah cinta segitiga layak dipuisikan?” dapat diartikan perbaris sebagai berikut:

  • “Jika cinta segitiga tak setara”, artinya ukuran dan posisi segitiga tidak simetris.
  • “Panjang sisi yang tak adil”, artinya ukuran sisi-sisi segitiga tidak seimbang.
  • “Besar sudut yang tak fair”, artinya sudut-sudut di dalam segitiga tidak seimbang.
  • “masihkah cinta segitiga layak dipuisikan?” adalah pertanyaan akhir yang menyatakan keraguan apakah cinta segitiga yang tidak ideal seperti itu masih pantas dipuisikan.

Bait Ketujuh

Bait ketujuh merupakan jawaban terhadap cinta segitiga yang tak seimbang yang dipertanyakan kepantasannya di dalam bait keenam. Berikut adalah arti perbaris dari bait ketujuh dari puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M.Kom:

  • “Cinta segitiga sejati tak berimbang memang”: Menunjukkan bahwa cinta segitiga yang sejati memang tidak memiliki keseimbangan, karena melibatkan tiga pihak yang melibatkan perasaan cinta.
  • “Ketika menimbang kasih pada dunia, dan kasih pada Yang di Atas Sana”: Merujuk pada fakta bahwa cinta tidak hanya berkaitan dengan hubungan antarmanusia, tetapi juga dengan hubungan manusia dengan Tuhan yang berkuasa ata smakhluknya.
  • “Cinta segitiga bahkan harus tak sepadan”: Menggambarkan bahwa dalam konteks cinta segitiga tertentu, ketidakseimbangan di antara tiga pihak yang terlibat justeru menjadi keharusan
  • “Ketika cinta itu, antara Yang Mencipta dan yang diciptakan”: Menunjukkan bahwa ketika hubungan cinta segitiga itu melibatkan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan makhluk yang diciptakan, maka manusia harus tahu diri, siapa yang seharusnya lebih diutamakan.

Secara keseluruhan, puisi “Matematika Cinta Segitiga” karya Dr. Mampuono, M. Kom. berhasil menggabungkan dua konsep yang berbeda, yaitu cinta segitiga dan matematika, dan mengajukan pertanyaan yang menarik tentang kecenderungan manusia untuk mencari keseimbangan dalam cinta. Puisi ini menunjukkan bahwa meskipun matematika terlihat kaku dan pasti, tetapi cinta tidak selalu dapat dijelaskan dengan rumus matematika yang baku, terutama ketika cinta melibatkan hubungan antara manusia dan Yang Mencipta. Puisi ini mendorong pembaca untuk berpikir kreatif dan terbuka terhadap kemungkinan yang berbeda dalam mencari makna dan arti dari suatu konsep atau perasaan.