Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho *)
Perubahan sistem pengukuran hasil belajar dari sistem capaian komptensi kurikulum menjadi tingkat terampil dalam berliterasi peserta didik telah terjadi. Perubahan ini tentunya juga mengubah proses pembelajaran yang akan mereka alami. Strategi pembelajaran, dapat memberikan pengalaman belajar terutamanya untuk meningkatkan literasi. saat ini masih sedikit.
Terus terang saja, saat ini masih sangat sedikit pendidik yang telah memiliki pengalaman belajar supaya dapat meningkatkan keterampilan literasi pada dirinya. Pendidik seakan terjebak pada satu ritme tertentu, seperti bedah soal, analisis kisi-kisi dan “drilling” soal ke peserta didiknya. Strategi ini diakui memang tepat, pada kondisi sistem Ujian Sekolah yang lalu. Karena sistem ujian saat itu seolah olah hanya menguji “hafalan” peserta didik. pendidik perlu diberi pengelaman belajar tentang meningkatkan keterampilan literasi, bukan konsep tentang literasi.
Proses fasilitasi selama ini belum memberikan kesempatan bagi pendidik supaya dapat meningkatkan keterampilan literasinya. Pendidik selama ini hanya diberi semacam prosedur pembelajaran, tanpa pendidik mengetahui makna prosedur dan bagaimana memberikan suatu pengalaman belajar bermakna. Padahal menurut ausubel, pembelajaran bermakna perlu tetap diberikan kepada pendidik, supaya mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini tentu saja sesuai dengan disampaikan oleh Siberman.
Perubahan tentang bagaimana memfasilitasi pendidik supaya cara memproses pembelajaran, memang harus dirubah secepatnya, sebelum pendidik kembali terjebak dengan pola lama pembelajaran, perubahan ini tentu saja harus dilakukan di seluruh proses fasilitasi bagi pendidik diseluruh Indonesia. Untuk keperluan itulah, pengembang melakukan pengembang model pembelajaran, dengan konsentrasi pada pengembangan prosedur pembelajaran. Prosedur pembelajaran dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar bagi pendidik supaya dapat meningkat keterampilan literasi mereka.
Saat ini telah berkembang beragam model pembelajaran yang diterapkan pada proses fasilitasi. Diantaranya adalah penerapan pembelajaran konstruktivis oleh Coiriyah (2020). Menurut choiriyah, penerapan pembelajarn konstruktivis pada suatu pelatihan dapat meningkatkan kinerja karyawan, karena meraka diduga dapat membangun konsep kinerja yang efektif menurut ranah tugasnya. Sementara itu, pengembang telah menggunakan prosedur BaKuLiKan sejak masih mengajar di SMP. Kemudian, pengembang menulis thesis pengembangan, dengan mengambil tema pada pengembangan model pembelajaran Bakulikan. Ciri khas model pembelajaran ini adalah pada prosedur pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan literasi.
Beberapa penelitian telah dilakukan yang hasilnya mendukung prosedur pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan literasi peserta didik diantaranya adalah Febriani (2016) dan sofiah(2012). Dalam hal ini seperti ada kesepakatan perlunya keterampilan literasi bagi para peserta didik, supaya menguasai materi dan kebutuhan kontekstual. Sementara itu dijelaskan pula oleh putri (2019) perlunya memanfaatkan hypermedia pada suatu pembelajaran atau fasilitasi, sehingga terjadi peningkatan keterampilan literasi digital. Mengapa keterampilan digital perlu, karena suatu yang pasti atau pengembang istilahkan keniscayaan bahwa pembelajaran pasti bermigrasi pada proses belajar atau proses fasilitasi digital.
Nah beberapa fakta empirik ini, kemudian diimplementasikan oleh pengembang saat merancang fasilitasi bagi pendidik yang dilaksanakan secara blended. Rancangan kegiatan fasilitasi ini, pendidik diajak untuk bersurfing secara merdeka menggunakan jaringan online, meskipun proses fasilitasi atau belajar mereka dilakukan secara tatap muka offline. Dampaknya adalah kemerdekaan bagi pendidik saat mereka melakukan proses belajar melalui kegiatan fasilitasi. Istilahnya “ bagaimana siswa dapat belajar merdeka, jika gurunya belum merdeka”
Gembaran sederhana proses empirik rancangan fasilitasi dengan menggunakan prosedur Bakulikan disajikan sebagaimana gambar 1.
Tujuan penulisan ini, tentu saja memberikan praktik baik penerapan prosedur Bakulikan pada kegiatan fasilitasi bagi para pendidik.
Pembahasan
Kebaruan pada pelaksanaan fasilitasi ini adalah, pengembang menerapkan prosedur atau langkah-langkah tertentu pada proses belajar pendidik. Dalam hal ini, pengembang menggunakan asumsi, jika suatu model pembelajaran dapat diterapkan pada proses pembelajaran bagi peserta didik usia 15 ke atas, tentunya juga dapat diterapkan dengan baik jika digunakan untuk membelajarkan orang dewasa. Pada kasus ini, adalah fasilitasi pembelajaran bagi pendidik. Secara empirik penerapan model pembelajaran pada suatu pelatihan telah dibuktikan kebermanfaatannya oleh Coiriyah(2020).
Penggunaan prosedur baca-tulis-diskusi dan lakukan, sudah diterapkan oleh pengembang sejak masih mengajar di sebuah SMP dan SMA di kota Semarang. Penerapan prosedur tersebut terbukti mampu meningkatkan literasi peserta didik. hal ini juga disetujui oleh Fitriani (2016) dan sofiah (2012). Peningkatan literasi ini sesuai dengan kebutuhan peningkatan fasilitasi bagi pendidik. Salah satu strategi pengembangan suatu fasilitasi menurut siberman adalah membuat rancangan fasilitasi dengan mendewasakan peserta fasilitasi. Atau menurut istilah pengembang adalah “jangan menggurui guru”. Dengan dasar tersebut, sementara ada beberapa alasan lain yang perlu dijadikan sebagai suatu sasaran fasilitasi. Alasan tersebut antara lain: 1) perlunya meningkatkan keterampilan literasi peserta fasilitasi; 2) perlunya melibatkan peserta fasilitasi secara aktif pada proses fasilitasi; 3) perlunya memberikan pengalaman belajar secara aktif bagi peserta fasilitasi tentang proses belajar supaya literasi peserta fasilitasi meningkat; dan 4) perlunya strategi untuk meningkatkan ragam prosedur pembelajaran dengan waktu singkat.
Hands On Activity Menurut pengembang, dapat memberikan pengalam belajar beragam. Selain itu pada penerapan pembelajaran siswa aktif, pendidik perlu memberikan masalah bagi peserta. Sebab dapat memfokuskan peserta didik dalam mencari sumber belajar yang sesuai dan dapat dikembangkan lagi sumber belajar itu, sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan kompleksitas peserta didik. Pada fasilitasi ini peserta diajak belajar bersama untuk mengatasi atau merumuskan masalah yang sedang mereka hadapi. Trend masalah mereka saat ini adalah memilih model model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. gambaran sederhana perkembangan literasi pendidik dapat diamati pada gambar 2.
Maksimalisasi Fasilitasi dapat dilakukan dengan melakukan persiapan matang. Pada tahap persiapan, pengembang merancang kegiatan fasilitasi dengan teliti. Hal hal yang diperhatikan oleh pengembang saat melakukan persiapan antara lain adalah a) tema kegiatan fasilitasi; b)durasi kegiatan;c)ragam artikel yang akan dijadikan sebagai materi fasilitasi, materi harus dalam bentuk hypermedia, sehingga peserta dapat mencari secara mandiri artikel tersebut; dan d) ruang kerja kolaboratif, ruang kerja kolaboratif adalah pengganti istilah lembar kerja fasilitasi. Bagi pengembang makna “ruang kerja kolaboratif” memberi kesan dinamis pada proses fasilitasi. Produk dari kegiatan persiapan ini tentu saja meliputi: a) materi dalam bentuk artikel hypermedia pembelajaran dan video pembelajaran yang tersimpan pada link youtube, b) paparan pengantar dalam bentuk googleslide; c) strategi fasilitasi; dan d) beberapa ruang kerja kolaborasi, dalam hal ini pengembang siapkan dua ruang kerja kolaboratif yang disiapkan menggunakan google slide.
Rekomendasi
Penerapan prosedur pembimbingan BaKuLiKan pada kegiatan fasilitasi bagi pendidik, perlu dicoba. Karena Kompleksitas Pendidikan dan pembelajaran semakin meningkat. Pada beberapa penerapan yang telah dilakukan oleh pengembang, dapat disimpulkan bahwa hasilnya masih sederhana, tetapi pengembang yakin bahwa keterampilan pendidik dapat meningkat dengan pesat. Tentu saja, perlu dilakukan pembimbingan pendidik secara berkelanjutan. Secara umum terdapat tiga hasil pembimbingan telah dapat dicapai, antara lain: a) meningkatkan literasi peserta fasilitasi; b) memberikan pengalaman belajar literasi bagi peserta fasilitasi; dan c) membiasakan peserta fasilitasi untuk selalu memilih model pembelajaran siswa aktif.
Ada satu catatan penting pada kegiatan fasilitasi ini, yaitu peserta fasilitasi dapat terlibat langsung secara aktif, selama proses fasilitasi berlangsung. Aktivitas peserta fasilitasi ini memunculkan rekomendasi bahwa prosedur pembimbingan BaKuLiKan dapat digunakan untuk kegiatan fasilitasi bagi pendidik. Tentu saja diperlukan prosedur-prosedur lainnya, sehingga keberagaman pola faslitasi dapat muncul. Dampaknya tentu saja pola pembelajaran bagi orang dewasa semakin beragam, inovatif dan menggairahkan.
Daftar Rujukan
Melvin L. Siberman & Elaine Biech.2015.Active Training: A Handbook of Techniques, Designs, Case Examples, and Tips. New Jersey: John Wiley & Son.
Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.
Choiriyah, Siti .2020.Desain Pelatihan Pada Masa Pendemi Covid-19 (Studi Kasus Penerapan Metode Constructive Learning Pada Penyampaian Pembelajaran Virtual Learning). Syntax Idea : Vol. 2, No. 8, Agustus 2020
Putri Limilia* & Nindi Aristi. 2019. Literasi Media dan Digital di Indonesia: Sebuah Tinjauan Sistematis. Jurnal KOMUNIKATIF Vol. 8 No. 2
Febriani. 2016. Pengaruh Strategi Pembelajaran Bakulikan Terhadap Hasil Belajar Pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri I Bajeng Barat. UIN.Jurnal Pendidikan Islam: Makasar
N.A. Shofiah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Bakulikan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersikap Ilmiah Pada KOnsep Pemantulan Cahaya Kelas VIII. UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Vol. 5. No 1). Semarang.
Nugroho, LPA, 2004.Penerapan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. UNNES; Thesis. Semarang
*)Pengembang Ahli Muda, LPMP Jawa Tengah