Published On: 16 September 2022Categories: Berita, Berita Daerah, Headline

Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Zainul Hakim, SH, MH Didampingi Oleh Kepala Sekolah SMPN 14, Siti Nurul Izzah, Saat Mendapatkan Cinderamata Hasil Karya Antologi Peserta Didik

Kota Pekalongan- – SMP Negeri 14 sebagai Sekolah Penggerak telah melaksanakan kegiatan kokurikuler Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu tema projek yaitu “Bangunlah Jiwa Raga” dengan topik “Stop Perundungan dengan Karya”.

Kepala Sekolah SMPN 14, Nurul Izzah menyampaikan bahwa projek ini dilatarbelakangi bahwa SMP Negeri 14 Pekalongan telah melaksanakan Program Roots Indonesia dan terbentuk 30 Agen Perubahan anti perundungan yang dikukuhkan oleh Walikota Pekalongan.

“Kasus perundungan dikalangan remaja masih banyak terjadi, sehingga agen perubahan perlu mengadakan aksi pencegahan. Sementara itu perluasan keanggotaan agen perubahan juga dilakukan pada peserta didik yang menjadi Pengurus OSIS yang sebelum pengukuhan telah dibekali dengan materi anti perundungan”. Terangnya.

Disisi lain peserta didik kelas VII belum banyak memiliki kemampuan komunikasi dan kemampuan berliterasi, sehingga perlu dikembangkan suatu projek yang menguatkan kemampuan berkomunikasi dan literasi.

“Peserta didik perlu dibekali dengan kegiatan yang meningkatkan gotong royong, menghasilkan gagasan yang orisinal dan hasil karya dengan tindakan orisinal”. Terangnya lagi.

Stop Perundungan dengan Karya

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Agen Perubahan, sekolah menentukan tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yaitu” Bangunlah Jiwa Raga” dengan topik kegiatan “STOP PERUNDUNGAN DENGAN KARYA”.

“Projek ini melibatkan Kepala Sekolah, Koordinator projek, Fasilitator projek, Agen Perubahan antiperundungan dan seluruh peserta didik kelas VII Tahun Pelajaran 2021/2022” Menerangkan alasan melaksanakan program ini.

Tantangan untuk mencapai tujuan yaitu: 1) tidak semua fasilitator projek memahami materi anti perundungan, 2) Tidak semua agen perubahan memiliki persepsi yang sama tentang kegiatan projek pencegahan perundungan, 3) peserta didik tidak terbiasa mengomunikasikan pendapatnya dan menuangkan gagasan atau opini dalam sebuah karya.

“Strategi yang digunakan untuk mengatasi tantangan yaitu: 1) melaksanakan kegiatan pembekalan untuk fasilitator projek yang disampaikan oleh narasumber anti perundungan (Fasilitator guru pada Program Roots), 2) melaksanakan pembekalan untuk agen perubahan agar ada persepsi yang sama tentang kegiatan projek 2, dan 3) mendesain kegiatan dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun tulisan”. Tambahnya lagi.

Kegiatan pembekalan dilakukan baik oleh Kepala Sekolah maupun oleh fasilitator guru berjalan sesuai dengan program seperti yang diharapkan melalui beberapa tahapan yang di ikuti oleh guru dengan narasumber Kepala Sekolah.

“Pembekalan kepada guru ini perlu dilakukan agar semua guru memiliki kemampuan dan persepsi yang sama terkait Program Roots Indonesia dan terbentuk 30 Agen Perubahan antiperundungan”. Jelasnya.

Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan oleh SMPN 14 Kota Pekalongan  dalam memulai program sesuai dengan foto berikut:

Sedangkan Tahapan dalam pelaksanaan projek meliputi: 1) Tahap pengenalan, 2) Tahap kontekstualisasi, 3) Tahap Aksi, dan Tahap Refleksi. Setiap pagi kegiatan dimulai dengan senam pagi seperti disajikan pada Gambar 3 seperti di bawah ini.

Peserta didik melakukan kegiatan secara berkelompok. Salah satu kegiatan kelompok disajikan pada Gambar 5.

Nurul Izzah menambahkan bahwa dengan Projek “Stop Perundungan dengan Berkarya” memberikan kesempatan bagi peserta didik di SMP Negeri 14 Pekalongan untuk memperoleh pengetahuan secara nyata tentang perundungan dan bagaimana menyikapinya.

“Sikap yang ditumbuhkan pada projek kali ini sesuai dengan dimensi pada Profil Pelajar Pancasila. Secara spesifik tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni 1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) gotong royong dan, 3) kreatif”. Menceritakan praktik baiknya.

Peserta didik mendapatkan pendalaman materi tentang perundungan di bawah bimbingan fasilitator. Tindak lanjutnya adalah peserta didik mampu menuangkan kreativitas melalui karya-karya. Karya-karya ini berupa poster, cerpen, puisi, dan cerpen yang menginspirasi untuk mencegah perundungan di lingkungan sekolah. Karya tersebut dibukukan dalam sebuah antologi.

“Tiap kelas memiliki buku antologi karya siswa terkait pencegahan perundungan. Sampai saat ini, 3 buku yang sudah diterbitkan dan berISBN, yaitu antologi dari kelas VII A, VII B, dan VII C seperti disajikan pada Gambar 6, 7, dan 8. Adapun 4 buku yang lain sedang dalam proses ISBN”. Terangnya lagi sambil menunjukkan buku-buku karya siswa tentang “Stop Perundungan”. hasil karya antologi peserta didik

Hasil refleksi menunjukkan bahwa peserta didik secara sadar menunjukkan perubahan perilaku yang positif di sekolah dengan melaksanakan sesuai dimensi pada Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

“Dimensi Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, gotong royong, dan dimensi kreatif. Fasilitator projek menunjukkan peningkatan dalam hal: 1) pengetahuan dan keterampilan mengenai program antiperundungan, 2) kolaborasi antarmapel, dan 3) kreativitas”. Pungkas Ibu Kepsek ini.

Syaifulloh, Konsultan BBPMP Provinsi Jateng dan yang secara langsung melakukan kunjungan sangat mengapresiasi hasil karya dari sekolah pinggiran ini yang berbatasan langsung dengan beberapa Kabupaten. Ternyata semua anak memiliki potensi tinggal bagaimana memerankan anak sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi yang dirancang oleh para pendidik di satuan pendidikan.

Sedangkan Pujiadi, Widyaprada BBPMP Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus Wali Wilayah Kota Pekalongan menyambut baik hasil karya buku yang sudah diterbitkan dan berISBN, yaitu antologi dari kelas VII A, VII B, dan VII C, ini menunjukkan bahwa Pendampingan yang dilakukan oleh BBPMP Provinsi Jawa Tengah telah menunjukkan hasil yang luar biasa dan ini di iyakan oleh Kepsek SMPN 14 Kota Pekalongan.

@SNI)