Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 23 May 2020Categories: Artikel Populer, Headline

Lulud Prijambodo Ario Nugroho

Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda

 

Pandemi covid-19 secara tidak langsung ikut berperan dalam mendewasakan masyarakat Indonesia. Demikian juga pada lingkup Pendidikan. Pendidikan di Indonesia terjadi proses pendewasaan yang luar biasa besarnya. Dari target awal pembelajaran adalah hasil nilai UN yang tinggi, sejak terjadinya pandemi covid-19 hal tersebut menjadi bukan target utama lagi. Standar Kompetensi Lulusan dicapai dengan menggunakan strategi yang berbeda. Terlebih dengan terbitnya SE permendikbud no 4 tahun 2020, SE permendikbud secara langsung sangat mendukung inovasi guru dalam melakukan proses pembelajaran. Hal ini membuat pelaksanaan pembelajaran menjadi berkembang. Perkembangan proses pembelajaran lebih cenderung pada koridor pembelajaran dalam jaringan (daring). Tentu saja pembelajaran daring berkembang karena pembelajaran di sekolah, pada akhirnya di rumahkan.

Pandemi covid-19 telah berhasil merubah cara mengajar guru yang pada awalnya adalah “UN- orientasi” menjadi pembelajaran berbasis produk. Karena satu satunya alat penilaian yang paling mungkin dilakukan adalah penilaian portopolio. Perubahan proses dan alat penilaian, tentu saja juga merubah cara guru mengajar. Perubahan dari mengajar secara langsung menjadi mengajar dengan cara tidak langsung. Walaupun demikian sebagian besar guru masih selalu terbayang dengan pola mengajar secara langsung, yaitu “ ceramah – latihan soal siswa – latihan soal ulangan” walau saat pembelajaran daring, konsep ceramah berubah menjadi siswa mempelajari sendiri materinya.

Konsep anak sudah menguasai materi masih selalu diukur dengan menggunakan soal soal yang mirip dengan soal ujian nasional. Selain itu, guru masih terpaku pada pola pembelajaran saat bertatap muka secara langsung yaitu jam pelajaran. Dan satu lagi masalah yang guru masih lupa untuk meninggalkan, masalah itu adalah pada ketercapaian target kurikulum. Padahal target kurikulum pada darurat covid-19, sudah harus ditinggalkan. Beberapa permasalahan lupa tersebut mengakibatkan siswa kebanjiran tugas-tugas dari guru.

Permasalahan utama dunia Pendidikan saat pandemic covid-19 adalah “Bagaimana supaya siswa, walaupun harus di rumah tetapi tetap belajar. karena belajar merupakan sarana utama bagi siswa supaya dapat tumbuh secara maksimal. Kajian ini disusun untuk memberi gambaran pada pembaca tentang perlunya menggunakan model pembelajaran saat melakukan proses pembelajaran secara daring, sehingga proses belajar secara asinkronus tetap dapat berlanjut dan juga dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah.

 

Trend Pembelajaran Daring

Pembelajaran dalam jaringan beberapa saat ini sudah merupakan hal biasa. Hampir seluruh guru sudah melakukan pembelajaran daring, baik dari guru PAUD sampai dengan perguruan tinggi. Proses pembelajaran saat ini sudah berpindah ke rumah, orang tua menjadi guru bagi putra putrinya, dan guru menjadi pendamping bagi orangtua dan tutor bagi siswanya. Atau dengan Bahasa sederhana, semua sekolah telah menjadi “sekolah terbuka”.

Saat ini,  telah berkembang banyak cara bagi guru untuk membelajarkan siswa-siswa nya  yang berada di rumah. Guru juga belajar banyak pengetahuan baru tentang teknik dan strategi pembelajaran, supaya anak tetap dapat terus belajar walau berada di rumah. Guru sekarang juga sudah menguasai banyak platform yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pembelajaran. Ada juga sekolah yang memfasiliasti para guru dengan berlangganan platform tertentu yang di dalamnya terdapat fasilitas LMS (learning Management System).

Pembelajaran daring pada dasarnya adalah pembelajaran dengan menggunakan teknik berkomunikasi secara asinkronus. Komunikasi asinkronus merupakan cara berkomunikasi tidak langsung. Deskripsi sederhana dari asinkronus adalah apabila kita menyampaikan pesan pagi hari jam 08.00, maka penerima pesan kita sangat dimungkinkan untuk menerima pesan saat itu. Masih banyak guru yang belum menyadari pola asinkronus yang terjadi saat proses pembelajaran.

Gambar 1. Ranah belajar dengan komunikasi sinkronus dan asinkronus

Gambar 1, menjelaskan bagaimana cara belajar dilihat dari cara berkomunikasi yang terjadi. Pada gambar tersebut dapat kita lihat secara detil mengenai perbedaan cara belajar siswa saat menggunakan cara berkomunkasi baik secara sinkronus dengan cara berkomunikasi asinkronus. Pada bahasan ini dapat saja kita sebut dengan pola belajar sinkronus dan pola belajar asinkronus. Guru sebaiknya mulai belajar mengenali pola belajar secara asinkronus, sehingga saat melaksanakan pembelajaran daring tidak perlu terganggu dengan respon siswa. respon siswa bermacam macam, ada yang cepat, tetapi banyak yang lambat. Jujur belajar mandiri belum menjadi lebiasaan anak anak kita. Disinilah peranan guru, yaitu memberikan motivasi kepada siswa dan mendampingi orang tua dalam membelajarkan putra putri mereka. Dalam hal ini, Guru harus bisa berprinsip “anggap menulis pesan dalam botol” dan lemparkan ke laut. Pada saat yang sama, guru juga harus bisa menjaga sikap simpati dan empati “pada siswa dan orangtuanya”. Sehingga kesulitan belajar siswa secara mandiri dapat teratasi. Frustasi guru saat mengajar akan sangat cepat menular pada frustasi anak saat belajar mandiri.

Pada saat pembelajaran di rumahkan, guru harus mampu beradaptasi secepatnya. Pola komunikasi asinkronus yang digunakan saat pembelajaran daring, kata kunci yang pertama adalah sabar. Respon cepat dari siswa atas pesan kita harus kita tinggalkan. Pada saatnya harus memberikan pesan kedua, pesan ketiga, sampaikan saja. Jangan menunggu respon dari siswa. sementara respon siswa dapat kita upayakan dengan menanyakan ke orangtua siswa tentang tersampaikannya pesan yang kita kirimkan.

Dan tentu saja, guru memerlukan strategi yang tepat, sehingga anak tergerak untuk belajar secara mandiri dengan bersemangat. Tanpa strategi, atau pemberian tugas yang monoton, maka siswa pasti sangat bosan. Pola belajar mandiri dapat berjalan dengan baik jika guru menggunakan strategi yang sesuai dan tentu saja menggunakan paket belajar bagi siswa. Saat ini prioritas kementerian adalah terjaganya Kesehatan generasi penerus bangsa dan pertumbuhan keterampilan anak sesuai dengan jamannya, sehingga proses belajar membosankan harus dihindari.

Gambar 2. Pola belajar asinkronus

Gambar 2 mendeskripsikan bagaimana pembelajaran asinkronus dapat dilaksanakan. Apabila guru diminta untuk memilih, tentu saja guru akan memilih menggunakan pola pembelajaran sinkronus. Pembelajaran asinkronus merupakan pembelajaran kreatif, karenanya guru dituntut untuk memberikan pembelajaran dengan memberikan pengalaman bervariasi. Sementara itu, pola pembelajaran sinkronus sebenarnya juga menuntut guru untuk kreatif dan berinovasi. Tapi hal ini sering dilupakan oleh guru. Karenanya target akhirnya toh nilai hasil belajar yang tinggi. Nilai ini dapat dicapai oleh siswa dengan membiasakan siswa untuk mengerjakan beragam Latihan soal ulangan.

 

Pengaruh Pengalaman Belajar

Pembelajaran bermakna akan terjadi jika ada kegiatan belajar yang bervariasi. Karena kegiatan belajar akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa secara memadai. Proses belajar, semakin kaya pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa, maka pembelajaran semakin bermakna dan melekat kuat di benak siswa kita. Seharusnya pemberian pengalaman belajar merupakan faktor yang diperhitungkan oleh guru

Gambar 3. Kerucut Pengalaman Belajar

Gambar 3. Menunjukkan keterserapan materi berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa. Pada kerucut pengalaman belajar, dapat kita ketahui bahwa semakin banyak pengalaman belajar yang diperoleh siswa berarti semakin tinggi pola persentase penguasaan siswa. walaupun mungkin cara mengajar guru menggunakan aplikasi yang sangat sederhana.

 

Peranan Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah“template pembelajaran” . pernyataan ini mempunyai arti apabila guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tertentu, berarti  guru membelajarkan siswa dengan menggunakan aturan dan prosedur yang sudah dirancang oleh si pembuat model. Dan sebuah model  pembelajaran biasanya sudah terdesain dengan lengkap. Isi sebuah model pembelajaran biasanya meliputi metode, strategi, materi yang sesuai, media yang digunakan, prosedur pembelajaran dan cara menilai hasil belajar siswa. sebenarnya model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam membelajarkan siswanya, baik itu pada pola sinkronus maupun pola asinkronus.

Mengapa belum semua guru belum menerapkan model pembelajaran pada proses pembelajarannya? Pada saat pembelajaran sinkronus berlangsung, seringnya guru tidak menggunakan suatu metode atau strategi tertentu. Walaupun pada RPP guru tertulis berbagai macam, guru lebih suka memberikan ceramah setelah itu mengajak siswa untuk Latihan soal.

Metode ceramah dan Latihan soal, jujur saja  merupakan metode dan strategi yang tepat untuk kondisi sebelum pandemi. Pola kurikulum di Indonesia merupakan kurikulum yang bagus dan lengkap. Sayangnya guru tidak mempunyai waktu yang cukup dan sesuai dengan keinginan kurikulum (permasalahan ini merupakan kajian tersendiri) dan saat guru memberikan informasi melalui metode ceramah dan latihan soal ternyata kegiatan belajar itu dapat memberikan hasil belajar yang memadai. Karena alat ukur yang berlaku sampai sebelum pandemi adalah tes kognitif dalam bentuk soal pilihan ganda atau uraian. Tapi pada saat pandemi, semua harus berubah. Penilaian portofolio pada masanya dikatakan sebagai alat ukur yang terlalu bias, saat ini ternyata justru alat ukur portopolio menjadi alat penentu kenaikan kelas.

Gambar 4. Beberapa ragam model Pembelajaran dan media yang digunakan

Gambar 4 memberikan deskripsi tentang ragam model pembelajaran dan media pembelajaran. Pada gambar dapat dilihat dengan jelas bahwa model pembelajaran terdapat tiga jenis, yaitu model pembelajaran sinkronus, model pembelajaran asinkronus dan model pembelajaran blended. Sementara itu, posisi model pembelajaran daring, dapat masuk ranah ketiganya. Pembelajaran daring menjadi bervariasi, karena penggunaan platform yang beragam, juga menggunakan media yang beragam. Semakin sederhana platform yang digunakan, semakin sulit bagi guru untuk memproses pembelajaran secara maksimal. Memaksimalkan pembelajaran daring dengan menggunakan platform sederhana, akan memacu guru untuk sekreatif mungkin, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Saat pelaksanaan daring, guru tentunya sangat berharap bahwa siswanya memiliki semua sarana yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran. Hal inilah yang harus disadari oleh guru, sehingga saran saya “ guru sebaiknya melakukan pembelajaran dengan menggunakan platform yang dapat digunakan oleh seluruh siswanya tanpa menambah beban orang tua siswa, missal harus mempunyai laptop, desktop atau HP android”.  Guru, silakan memilih dan mempelajari model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di kelas masing masing. Dalam hal ini model pembelajaran berperan sebagai “template” mengajar bagi guru secara instan. Guru tidak perlu lagi memikirkan metode, strategi, media dan Langkah pembelajaran sekaligus cara menilainya. Karena model yang dipilih sudah meliputi kebutuhannya.

Pada saat guru semakin terampil menggunakan beragam model pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa guru tersebut dalam memproses pembelajaran juga sudah bervariasi. Dalam hal ini, model pembelajaran berperan sebagai bentuk inovasi guru dalam memproses pembelajaran, baik menggunakan pola sinkronus, asinkronus ataupun blended.

Pada pembelajaran dalam jaringan, model pembelajaran sebenarnya lebih bersifat menjadi panduan atau tuntunan bagi guru. Panduan pembelajaran daring sangat diperlukan, karena tidak semua guru terampil membelajarkan siswanya dengan menggunakan pola pembelajaran asinkronus. Dengan menggunakan suatu model pembelajaran daring tertentu guru dapat beradaptasi dan mengenali kelebihan dan kelemahan yang terjadi saat melakukan pembelajaran. Model pembelajaran daring sudah menyiapkan indikator indikator keberhasilan mengajar, sehingga guru dapat selalu memperbaiki kekurangannya dalam mengajar atau kekurangan model pembelajaran yang dipilih. Proses ini disebut proses evaluasi keberhasilan mengajar. Dan pada proses pembelajaran berikutnya, tentu saja harus sudah ada perbaikan atas kelemahan atau kekurang yang muncul. Dan pembelajaran daring yang guru lakukan semakin berkembang.

Guru, sebenarnya masih banyak peran yang dapat dimainkan oleh model pembelajaran, tetapi alangkah baiknya jika model model tersebut dipelajari untuk diaplikasikan saat “panjenengan” melakukan proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran juga memberi manfaat bagi panjenengan tentang perlunya beragam model pembelajaran yang dapat diterapkan secara bervariasi. Dan tentu saja, akan mengakibatkan tulisan ini tidak akan berhenti pada tataran diskusi saja.  Karena, guru mau mencoba menerapkan model pembelajaran dari sebuah model yang paling sederhana.

Penutup

Guru, demikianlah peran model pembelajaran. Supaya guru dapat bekerja dengan baik harus berpikir lagi “apa yang belum aku lakukan”, atau “ribet, karena banyak sekali yang harus kukerjakan untuk dapat membelajarkan siswa dengan”.  maksimalkan pembelajaran guru tanpa harus ribet dengan berbagai macam persiapan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, hasil belajar siswa dapat dicapai secara maksimal.

Selamat berjuang.

 

Daftar Rujukan :

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis Dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kusniyah & Hakim,L . (2019). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Daring: Sebuah Bukti pada Pembelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, Vol. 17 No.1

Sofyana & Abdul. 2019. Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika. Volume 8 Nomor 1, Halm. 81-86.

Caley, P., Philp, D. J., & Mccracken, K. (2008). Quantifying Social Distancing Arising from Pandemic Influenza. Journal of The Royal Society Interface, Vol. 5, 631-639.