Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
‘Sungguh, setiap bangsa akan tetap jaya selama masih memiliki akhlak mulia. Jika akhlak sudah ditinggalkan, maka kejayaan akan sirna’. Kata mutiara tersebut memberikan pelajaran yang nyata kepada kita semua bagaimana pentingnya akhlak tersebut.
Akhlak merupakan ilmu tertinggi, karna tolak ukur dikatakan pandai manakala akhlaknya baik. Pada zaman sekarang ini akhlak cenderung di kesampingkan sehingga tak jarang kita lihat rasa tepo sliro (dalam bahasa jawa), saling menghargai/ menghormati, sudah mulai luntur bahkan hilang. Hal ini tentu banyak faktor penyebabnya yaitu:
- Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang paling utama membentuk dan mendidik akhlak baik untuk diri kita sendiri maupun untuk penghuni keluarga kita. Hal ini bisa diterapkan dari hal-hal yang sepele dan mudah contohnya ketika masuk rumah adab /akhlak yang baik adalah dengan cara mengetuk pintu kemudian salam sekalipun rumah kita sendiri. Dengan membiasakan ini maka secara otomatis mendidik dan memberikan konstribusi pada anggota keluarga kita untuk membiasakan hal-hal tersebut. Jika ini diterapkan setipa hari saja sudah mencerminkan kalau seluruh penghuni keluarga kita adalah keluarga relegius dan memiliki akhlak yang baik.
Contoh lain, ketika anak berbicara kepada orang tua harus menggunakan bahasa yang bagus dan sopan, begitu juga orang tua membiasakan berbicara dengan baik sesama anggota keluarga agar bisa di contoh oleh anak-anaknya.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjadi anak yang memiliki akhlak yang baik dan mulia, salah satunya dengan meniru apa yang dilakukan orang tuanya, untuk itu pembiasaan orang tua di rumah menjadi pendidikan karakter bagi anak dan anggota keluarga yang lain. Pentingnya pendidikan keluarga sebagai dasar penannaman karakter anak terutama akhlak.
- Sekolah
Pendidikan formal merupakan pendidikan kedua setelah keluarga, pada dasarnya pendidikan formal memiliki peran masih jauh dari pendidikan di dalam keluarga, namun kadang pendidikan formal menjadi penyebab yang disalahkan manakala prilaku anak menyimpang atau tidak baik. Tak jarang orang tua menyalahkan guru atau sekolah jika anaknya terlibat hal-hal yang bertentangan dengan norma ataupun tata tertib sekolah, sebab kadang anak seharian di sekolah, orang tuanya sibuk bekerja hingga larut malam dan seolah-olah pasrah terhadap anaknya dan mengharap menjadi anak yang baik, berprestasi sesuai keinginan orang tua. Ini banyak terjadi di lapangan dan bisa kita saksiakan dalam kehidupan sehari-hari. Andai anak ini bermasalah sedikit saja di sekolah baik sama temanya atupun sama gurunya tak sedikit yang langsung komplain dan menyalakan.
Letak pendidikan sebenarnya bukan membentuk anak berprestasi dan sukses, namun kembali bahwa manakala akhlak ini terbentuk maka dengan sendirinya prestasi akan mudah di raih dan kesuksesanpun akan mengikutinya, sebab cermanan anak itu pandai adalah prilaku yang baik tanpa prilaku baik mustahil prestasi akan diraih oleh anak tersebut.
Banyaknya pendidikan formal menjadi menu utama bagi para orang tua yang akan menentukan tempat belajar anaknya dan saya yakin semua pendidikan formal itu baik dan mengajarkan pola pikir, akhlak mulia dan pembiasaan-pembiasan yang mampu memberi tauladan dan contoh anak didiknya. Tidak sedikit juga tawaran pendidikan formal yang memberikan menu terbaik kepada warga sekolahnya mulai visi-misi, kurikulum,ekskul yang kesemua itu mempunyai target kedepannya, menawarkan fasilitasnya,metode pembelajaranya supaya anak dalam belajar mendapatkan kenyamanan sehingga memperoleh ilmu yang terbaik dan berkarakter. Maka biaya tidak menjadi faktor utama bagi orang tua dalam memilihkan tempat belajar untuk anak-anaknya.
- Lingkungan
Dunia tak sekecil daun kelor ini adalah kalimat yang menggambarkan bahwa luasnya jendela pengetahuan tak bisa kita bandingkan dengan suatu ukuran, luas seluas kemampuan kita mengarungi dan mempelajari ilmu tersebut.
Sumber pendidikan karakter berbasis akhlak yang ketiga adalah lingkungan, dimana ini menjadi sumber belajar yang luar biasa pengaruhnya, untuk itu kita harus benar-benar memfilter lingkungan di sekitar kita karena akan memberikan pengaruh yang luar biasa pada anggota keluarga kita. Jika lingkungan baik maka pendidikan yang tercetak akan terus bersifat positip namun sebaliknya jika lingkungan tersebut rusak maka akan menjadi virus terhadap lingkungan sekitar.
Jika ketiga faktor di atas menjadi dasar, kita dalam berpijak untuk menanamkan pendidikan, khususnya dalam keluarga kita maka contoh kecil pendidikan karakter berbasis akhlak ini akan mancul dan sangat indah dinilai dan dibangun.
Contoh tersebuat antara lain,
- Indahnya berbagi kepada sesama
Ini awal muncul sebagai dampak pendidikan dalam keluarga dimana orang tua berperan sebagai pabrik figur. Hal ini bisa tergambar jika anak memiliki sesuatu, berbagilah dengan orang lain. Jika anak kita membeli jajanan melihat kawanya tidak membawa uang saku atau tidak mampu membelinya maka anak ini akan memberikan sebagian jajanya kepada kawannya.
- Menjenguk orang sakit
Gambaran ini mungkin muncul dalam pelajaran-pelajarn pendidikan formal yang nanti akan tercermin dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Menjenguk orang sakit adalah perbuatan ibadah yang mendatangkan pahala. Menjenguk orang sakit dapat pula membantu meringankan penderitaanya, bisa juga sebagai pelajaran untuk mengungkapkan rasa syukur kita atas kesehatan yang telah diberikan pada kita, sehingga kita sadar bahwa ternyata sehat itu sangat mahal.
Luar biasa bukan jika akhlak menjadi tumpuan dalam menerapkan pendidikan baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan.
- Jangan bersikap sombong
Contoh pendidikan bahwa bersikap sombong menjadi penekanan terpenting agara tidak timbul efek negatif pada diri dan keluarga kita, salah satu peredam prilaku sombong ini adalah akhlak yang mulia.
Ingatlah, jangan sekali pun kamu menunjukan kesombongan atau meremehkan kawanmu/orang lain. Siapapun orang lain baik miskin, atau mempunyai kekurangan, janganlah bersikap sombong kepadanya.
Jagalah perasaan, perkataan, dan perbuatan kepada mereka. Jangan sampai kamu membuat hati mereka merasa terhina. Jangan sampai kamu membuat merekan semakin berkecil hati. Jangan sampai kamu menambah kesusahan mereka dengan siksaan bathin. Sebaliknya kamu harus bersikap baik, menghargai, bahkan jika perlu membantu mereka.
Inilah sekelumit untaian kata sebagai pengantar pembuka hati dan pikiran kita bahwa pendidikan berbasis akhlak jauh lebih penting dari segalanya, kadang kita sibuk bekerja tanpa memperhartikan keluarga kita, anak kita sekalipun kita cukupi dengan materi dan fasilitas namun jika akhlaknya tidak di sentuh justru menjadikan penyebab kehancuran masa depan anak dan keluarga kita. Tapi sebaliknya jika kita mau belajar dan mengedepankan pendidikan akhlak sebagai pijakannya maka semua akan bermanfaat dan berkah.
Syamsodin, S.Pd. – SDIP H.M.Subandi, Kab. Semarang