Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 21 June 2020Categories: Artikel Populer, Headline

Lulud Prijambodo Ario Nugroho

Pengembang Teknologi Pembelajaran

LPMP Jawa Tengah

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu model pembelajaran memiliki strategi pembelajaran yang dapat menguatkan karakter bergotong royong. Ide awal dari pengembangan pembelajaran ini adalah, bahwa membangun konsep itu harus berpasangan, tidak mandiri. Pembelajaran kolaboratif ditawarkan pada musim pembelajaran new normal. Mengapa? Karena secara umum pembelajaran pada masa new normal sangat mengimajinasi siswa untuk mampu belajar secara mandiri. Kalaupun harus bekerja sama, itupun dengan orang tua atau saudara. Padahal prinsip dasar manusia adalah makhluk sosial.

Seiring dengan ide awal pengembangan pembelajaran kolaboratif, yaitu belajar harus berpasangan, maka dikembangkanlah pembelajaran kolaboratif versi online-nya. Mungkin kah? melihat teknologi informatika yang telah ada, pembelajaran kolaboratif sangat memungkinkan dilaksanakan secara daring. Hal ini seperti mengembalikan porsi manusia sebagai mahkluk social…belajar bersama, membangun konsep secara bergotong royong. Sesuai dengan salah satu asas yang membangun negara ini. Dengan menerapkan pembelajaran kolaboratif secara daring, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial sebagai upaya untuk  mewujudkan pembelajaran bermakna.

[caption id="attachment_3876" align="aligncenter" width="307"] Gambar 1. Belajar Kolaboratif[/caption]

Tujuan

Artikel disusun untuk memberikan deskripsi singkat tentang penerapan pembelajaran kolaboratif sebagai sebuah model pembelajaran daring

Model Pembelajaran Kolaboratif

Pada suatu proses pembelajaran, seseorang harus memiliki pasangan. Ditulis oleh Dewey (dalam bukunya Democracy and Education) pada tahun 1916, bahwa proses pembelajaran hendaknya dapat mengaktifkan siswa, membangun motivasi belajar siswa, memberi kesempatan pada pengetahuan untuk berkembang. Dari ketiga hal tersebut, maka  kegiatan pembelajaran  sebaiknya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, menggunakan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain dan materi pembelajaran lebih dikembangkan kepada konteks (mengkaitkan dengan tujuan praktis). Berdasarkan konsep inilah pembelajaran kolaboratif dikembangkan.

[caption id="attachment_3875" align="aligncenter" width="638"] Gambar 2 struktur belajar kolaboratif[/caption]

Metode kolaboratif dibangun dengan menggunakan beberapa asumsi tentang cara membangun proses belajar bermakna pada diri siswa (Smith & MacGregor, 1992). Asumsi tersebut antara lain:

a.     Belajar aktif dan konstruktif

Pembelajaran bermakna dapat terjadi jika siswa terlibat aktif. Secara aktif siswa mempelajari bahan pelajaran baik yang berbentuk cetak ataupun yang tersedia dalam jaringan internet. Kemudian siswa mengintegrasikan materi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pada akhirnya, Siswa membangun makna baru yang terkait dengan materi pelajaran dan perkembangan konteks.

b.    Belajar berkembang sesuai dengan konteks:

Kegiatan pembelajaran sebaiknya dikaitkan dengan konteks yang berkembang dan tentu saja sudah dikenal oleh siswa. Kaitan ini dapat menstimulus motivasi belajar siswa. Stimulus yang terbangun diharapkan dapat siswa tertarik untuk terlibat pada proses pembelajaran secara aktif dan tuntas.

c.    Kompleksitas latar belakang siswa:

Perbedaan latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi siswa pasti terjadi. Siswa dibiasakan untuk menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang terjadi, sehingga belajar secara bergotong royng dapat berlangsung dengan baik. Bahkan, perbedaan keahlian sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu hasil belajar.

d.    Belajar merupakan proses sosial:

Proses belajar merupakan proses interaksi social.pada proses pembelajaran yang dibangun pada pola kolaboratif, siswa dibiasakan untuk membangun makna yang diterima dengan cara bergotong royong atau bersama.

Secara sederhana, metode pembelajaran pada pembelajaran kolaboratif lebih menekankan pada pembermaknaan hasil belajar karena proses sosial yang dibangun oleh siswa dengan bertumpu pada konteks belajar. Pembelajaran bermakna terjadi karena interaksi sosial.

Pada pembelajaran kolaboratif, proses pembentukan makna diterima karena melibatkan proses negosiasi. Negosiasi merupakan proses saling menyesuaikan diri para individu pada  proses berinteraksi sosial. Strategi untuk dapat memahami peristiwa pada setiap insan pasti berbeda. Strategi tersebut sangat bergantung pada pengetahuan dan latar belakang. Sehingga, tiap insan pasti membentuk konteks makna guna menafsirkan objek atau kejadian itu secara berbeda pula. Pada pembelajaran kolaboratif, negosiasi diperlukan supaya hasil belajar dapat diterima bersama.

Proses negosiasi antar siswa dapat terjadi, jika guru memberi bantuan, supaya siswa dapat membentuk hasil belajar bersama. Dan batuan guru biasanya diberikan dalam bentuk penjelasan dan penyajian materi. Akan tetapi bantuan guru diberikan betul-betul bersifat sebagai “jembatan keledai” bagi siswa. akibat dari Tindakan guru ini antara lain adalah terbentuknya hasil belajar bermakna berdasarkan hasil negosiasi tersebut. Dan sekali lagi terbentuk pula suatu konsop bergotong royong antara guru dengan siswa dalam membangun konsep baru bagi siswa dan guru tentu saja. Lingkungan belajar kolaboratif berpusat pada usaha bersama, baik antar siswa maupun antara siswa dan guru, dalam membangun pemahaman, pemecahan masalah, atau makna, atau dalam menciptakan suatu produk.

Prosedur Pembelajaran Kolaboratif secara Daring

Guru, setelah mengetahui beberapa pengertian tentang kolaboratif, tertarikkah panjenengan untuk menerapkan dalam proses pembelajaran. Bagaimana prosedur pembelajaran kolaboratif yang simpel dan tentu saja menggunakan platform “daring”. Sebelum melangkah pada prosedur pembelajaran, ada baiknya diingatkan Kembali tujuan pembelajaran kolaboratif, yaitu memaksimalkan proses gotong royong antara para siswa dan guru, serta membangun semangat belajar sepanjang hayat.

Gambar 3. Faktor penunjang belajar kolaboratif

Prosedur pembelajaran kolaboratif secara daring dirumuskan dalam 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Platform google dipilih karena sudah dikenal oleh masyarakat Pendidikan. Pemanfaatan platform diharapkan, supaya guru dapat mengimajinasikan bagaimana proses pembelajaran daring diimplementasikan di kelas mereka.

Gambar 4. Prosedur Pembelajaran Kolaboratif secara Online

Tahap Persiapan

Perlu dipahami bersama, bahwa pembelajaran daring sangat tidak tergantung pada “video meet” yang terselenggara. Pembelajaran daring biasanya dapat berjalan dengan lancar, apabila dipersiapkan secara matang. Persiapan dan perencanaan yang detil akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa persiapan yang sebaiknya dilakukan oleh guru apabila akan menerapkan model pembelajaran-e Kolaboratif dengan menggunakan platform google, antara lain:

a. Mengenali fitur google;

b. Memiliki email dengan menggunakan basis platform google;

c. Menyiapkan siswa dalam satu kelas ke dalam google classroom

d. Menyiapkan RPP pembelajaran

e. Menyiapkan hasil belajar yang akan dinilai (sebaiknya dalam bentuk produk)

f. Menyiapkan modul, baik dalam bentuk teks, audio maupun video (sebaiknya berbasis hypermedia, karena akan memudahkan siswa untuk mengebangkan materi) sesuai dengan kebutuhan RPP (modul dapat disimpan di google sites atau juga dapat langsung dimasukkan ke google classroom)

g. Meyiapkan lembar kerja pada google.docs

h. Membuat lembar kerja sejumlah kelompok yang akan bekerja

i. Membagi siswa dalam kelompok kecil (3 sampai dengan 5 orang)

Tahap Pelaksanaan

a. melalui google classroom, guru memberikan materi kepada siswa yang sudah berada di dalam kelas daring
b. siswa mempelajari materi pelajaran secara mandiri terlebih dahulu
c. apabila memungkinkan guru memberi petunjuk kerja dan sedikit penjelasan materi melalui google meet atau google slides
d. siswa bekerja dalam kelompok kecil melalui lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru, ada baiknya siswa dalam kelompok dilatih untuk:

  1. menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri;
  2. berdiskusi, dan menuliskan pendapatnya dalam lembar kerja;
  3. bersinergi ( melakukan elaborasi dan intervensi serta revisi) dalam mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan solusi masalah.
  4. menyepakati hasil diskusi, kemudian setiap siswa menulis laporan dengan lengkap secara mandiri
  5. mengumpulkan tugas kelompok dengan lampiran tugas mandiri melalui google classroom.

Tahap Evaluasi

Setelah pelaksanaan pembelajaran secara daring selesai dan tugas siswa sudah dikumpulkan melalui google classroom, maka tugas guru adalah:

a. memeriksa laporan siswa, laporan mandiri disinkronkan dengan laporan kelompok;
b. guru mencatat beberapa kemajuan hasil bekerja kelompok secara kolaboratif dan perkembangan siswa secara individual
c. guru melakukan pertemuan dengan siswa baik secara chatting dengan siswa di google classroom atau secara tatap muka melalui google meet. Pada pertemuan ini dilakukan:

  1. apabila memungkinkan memberi kesempatan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara kelompok dan salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya;
  2. guru menyampaikan catatan pengerjaan tugas yang dikerjakan oleh kelompok maupun siswa,

d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki hasil kerja kelompoknya.

Gambar 5. Contoh produk kolaboratif

Penutup

Demikian guru sedikit gambaran tentang Langkah Langkah pembelajaran daring dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Apakah model ini mudah diterapkan?, apakah model ini menarik untuk di coba? Jawabnya tentu saja ada pada diri panjenengan sendiri. Yang jelas, Pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bergotonyroyong  dalam bekerja, tentu saja yang Namanya gotong royong dikerjakan oleh dua orang atau lebih dalam satu kelompok.

Sebagai penutup, dideskripsikan pada gambar 5 bahwa bernyanyi juga dapat dikerjakan secara kolaboratif daring. Perlu disampaikan pula, bahwa bernyanyi juga merupakan produk hasil belajar yang bermanfaat. Selamat berkarya guru…

Rujukan

Anita, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta : UNS

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Baharuddin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Darmawan, D. (2014). Pengembangan E-Learning: Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gokhale, Anuradha A. 1995. Collaborative Learning Enhanches Critical Thinking.Journal of Technology Education. 1 (7) 1-9.
Apriono, D. 2013. Pembelajaran Kolaboratif: Suatu Landasan untuk Membangun Kebersamaan dan Keterampilan Kerjasama. FKIP Universitas PGRI Ronggo Lawe Tuban. No..01.