Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
PTP LPMP Jawa Tengah
Pada era milenial, sangat perlu bagi pemerintah kita untuk meningkatkan keterampilan literasi bagi seluruh warga. Karena dengan memiliki keterampilan literasi yang tinggi, maka akan meningkat juga nilai jual tenaga kerja seluruh rakyat Indonesia. Langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengubah sistem Pendidikan Nasional. Melalui kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah untuk sementara membekukan konsep Ujian Nasional. Cara meluluskan peserta didik, sampai sat ini diserahkan oleh masing masing satuan Pendidikan, melalui Ujian Sekolah.
Adapun, untuk mengukur tingkat keterampilan literasi, maka diluncurkanlah suatu alat ukur baru yaitu Assessmen Kompetensi Minimal. Assessmen Kompetensi Minimal, merupakan alat ukur baru pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan konsep pengukuran keterampilan literasi.sasaran dari pengukuran ini adalah peserta didik kelas 5, 8 dan 11. Pada tahun 2021 peserta didik akan diukur menggunakan alat ini. Adapun yang diukur meliputi keterampilan literasi membaca dan literasi numerasi.
Permasalahan mendasar dari munculnya pola assessmen ini adalah, guru dan sebagian besar praktisi Pendidikan mensikapi sebagai alat uji pengganti Ujian Nasional. Akibat dari AKM ini adalah menjamurlah beragam pola pembinaan peserta didik supaya dapat mengerjakan assessmen ini dengan nilai tinggi. Ada satu kesalahan pola fikir sederhana disini, yaitu “AKM dinilai sebagai alat uji kelulusan”. Seharusnya AKM dinilai sebagai alat kontrol tingkat keterampilan literasi peserta didik.
AKM diluncurkan untuk mengontrol perkembangan tingkat literasi peserta didik, sehingga diujilah peserta didik kelas 5, 8 dan 11. Alasan sederhana mengapa kelas itulah yang diukur, adalah “bila keterampilan literasi peserta didik masih rendah, maka sekolah sabagai penanggung jawab proses pembelajaran masih dapat memperbaikinya”. Tentu saja dengan memperbaiki proses pembelajaran dilaksanakan oleh guru, baik melalui pembelajaran langsung tatap muka ataupun pembelajaran daring.
Pada tulisan ini, dipaparkan satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran discovery. Model Pembelajaran Discovery, merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan oleh kurikulum nasional. Hal ini bagi penulis berakibat, bahwa setiap guru harus menguasai model pembelajaran ini. Model pembelajaran discovery, apabila diterapkan secara utuh pada suatu pembelajaran, akan dapat meningkatkan keterampilan literasi peserta didik. Karena proses pembelajaran ini, memang menuntut peserta didik untuk selalu memperbarui pengetahuannya secara mandiri.
Akan tetapi, karena kondisi pembelajaran saat ini, terjadinya pembelajaran campur antara di rumah dan sekolah. peristiwa pembelajaran campur ini membuat guru kesulitan menerapkan model pembelajaran discovery secara penuh. Untuk menjembatani hal tersebut, maka paparan model pembelajaran discovery pada tulisan ini diadaptasi ke dalam model blended. Dengan pengembangan model pembelajaran discovery blended ini tentu saja memerlukan pengembangan penggunaan media pembelajaran. Jika pada pembelajaran discovery, penggunaan media pembelajaran mungkin terbatas. Nah salah salah satu manfaat dari model pembelajaran discovery blended ini, memungkinkan bagi guru untuk memanfaatkan hypermedia yang lebih beragam lagi.
Tujuan
Tujuan pengembangan model pembelajaran discovery menjadi discovery blended antara lain adalah untuk:
- Memberikan satu alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan siswanya pada era new normal, dimana arah pembelajarannya bergantian antara tatap muka di kelas dan daring
- Memberikan informasi bagi guru tentang Teknik dan strategi membelajarkan siswa supaya terjadi peningkatan keterampilan literasi
Lingkungan Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Discovery Blended
Lingkungan belajar adalah kondisi fisik dan sosial budaya yang sekiranya dapat mendukung suatu proses pembelajaran yang berlangsung. Di era pasca pandemic atau lebih sering disebut era new normal, telah berkembang suatu budaya belajar baru. Budaya tersebut antara lain adalah :
- berkembangnya beragam media yang tersimpan di awan atau biasa kita kenal dengan hypermedia. Hal ini sebenarnya sangat mendukung proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan literasi peserta didik;
- Meningkatnya kompetensi guru dalam membelajarkan siswanya secara daring;
- Meningkatnya kompetensi peserta didik dalam belajar secara mandiri;
- Upaya pemerintah dalam mendorong sekolah supaya terjadinya peningkatan keterampilan literasi.
- Perubahan pola sekolah menjadi maksimal 50% siswa masuk, hal ini berakibat pada peserta didik masuk sekolah tidak setiap hari.
Perubahan lingkungan belajar yang berkembang saat new normal inilah, yang mendorong pula perubahan cara guru mengajar, sehingga hasil pembelajaran menjadi maksimal. Dan salah satu alternative yang didukung oleh lingkungan belajar ini adalah model pembelajaran discovery blended.
Prosedur Pembelajaran Discovery Blended
Prosedur Pembelajaran adaptif, dikembangkan dengan mmemadukan dua prosedur pembelajaran atau lebih menjadi satu model pembelajaran. Adaptif model pembelajaran discovery blended, dikembangkan dengan memperhatikan prosedur pembelajaran dasar, yaitu model pembelalajar discovery dan pembelajaran blended. Tentu saja dalam menggabungkan kedua model ini, juga dipertimbangkan prosedur pembelajaran yang harus dipenuhi menurut kurikulum nasional, menurut kurikulum nasional, terdapat tiga Langkah pembelajaran yang harus dipenuhi saat pembelajaran inti dilaksanakan, yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Model Pembelajaran discovery merupan satu model pembelajaran yang dirancang untuk membangun karakter peserta didik, supaya mereka secara aktif mau belajar dengan mengembangkan keterampilan literasi secara mandiri. Pada proses pembelajaran, peserta diberi stimulus supaya tergerak rasa “ingin tahu” nya. Selanjutnya akan mengembang satu desain belajar, sehingga “rasa ingin tahu” tersebut terjawab dengan memuaskan. Secara sederhana, prosedur pembelajaran discovery terdapat 6 langkah, yaitu: a) pemberian stimulus; b) mengumpulkan data awal; c) membuat hipotesis berdasarkan data awal dan pembuktiannya; d) mengolah data hasil pembuktian; e) verifikasi dan; f) kesimpulan atau penyimpulan hasil kegiatan belajar.
Di bawah disajikan gambar siklus proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery.
Banyak ragam desain model pembelajaran Blended berkembang di dunia pembelajaran. Akan tetapi, paparan ini mengembangkan satu pola pembelajaran blended yang sederhana. Tujuan pengembangan pola pembelajaran blended ini tentu saja supaya mudah dipahami oleh guru, sehingga mereka dapat menerapkan dengan mudah. Pola pembelajaran blended, menggunakan 3 langkah saja, yaitu: a) Pembelajaran Online; b) Belajar Mandiri dan; c) pembelajaran tatap muka di kelas.
Pemahaman tentang pembelajaran blended tersebut dapat dengan mudah dipahami dengan mengamati gambar 2.
Adaptif model pembelajaran Discovery ke pola Pembelajaran Blended dilakukan dengan menggabungkan kedua prosedur tersebut., sehingga didapatlah satu pola pembelajaran baru. Pola pembelajaran tersebut disajikan pada gambar 3.
Pada gambar tiga dijelaskan prosedur pembelajaran discovery diadaptif pada model pembelajaran blended. Penjelasan sederhana pada gambar tersebut adalah membagi ke enam langkah pembelajaran discovery ke dalam tiga langkah pembelajaran blended. Dengan adanya proses adaptif tersebut, jelas guru mengerjakan apa saat kegiatan pembelajaran online, peserta didik melakukan kegiatan belajar seperti saat belajar mandiri dan apa yang harus dilakukan bersama saat terjadi pembelajaran tatap muka.
Penutup
Pembelajaran Discovery Blended ini, sudah diterapkan pada beberapa SMP dan hasilnya menunjukkan peningkatan keterampilan literasi peserta didik, baik itu pada literasi membaca maupun literasi numerasi. Pada prinsip dasar penggunaan model pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan peningkatan keterampilan literasinya. Memang, pada awal penerapannya agak diragukan keberhasilan proses pembelajarannya. Terutama mindset guru saat ini keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah peningkatan pengetahuan anak, atau leih ditekankan pada peningkatan kognitif. Tetatpi, tidak ada salahnya, jika mulai kita geser target pembelajaran kita. Target pembelajaran saat ini adalah pada tingginya tingkat keterampilan literasi. sementara, peningkatan pengetahuan sebagai hasil proses belajar kognitif adalah suatu efek samping dari hasil suatu pembelajaran yang bermakna.
Daftar Pustaka
Pusmenjar.2020.AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran. Balitbang dan Perbukuan. Kemdikbud.Jakarta
Andamsari, CS. 2018. Rancangan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning Yang Memanfaatkan Sumber Belajar Untuk Jenjang SMP. Pustekkom. Kemdikbud.Jakarta.
Fathirul, AN.2020. DESAIN BLENDED LEARNING: Desain Pembelajaran Online Hasil Penelitian. Scopindo Media Pustaka. Surabaya
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Rosalina,G. (2016). Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. Volume 1, Nomor 1, hal.379
Bonk,CJ.2005.The Handbook Of Blended Learning (global Perspectives, Local Designs). A Wiley Imprint.www.pfeiffer.com