Published On: 17 February 2020Categories: Artikel

Usia anak adalah masa mulainya muncul rasa mandiri dan merasa memiliki kendali. Hal yang perlu kita sadari bahwa di sisi lain kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang ia inginkan masih terbatas. Pada saat inilah saat yang tepat untuk memperkenalkan kedisiplinan pada anak. Hal yang penting mengenai sikap disiplin, kita perlu mengajari tentang batasan dalam berucap,  bersikap, serta dalam bertindak. Kita bisa memberi anak-anak dengan pembiasaan-pembiasaan sederhana yang sesuai dengan norma-norma kehidupan.

Secara umum usia anak-anak berada pada tahap belajar tentang bagaimana interaksi dengan orang lain dan bagaimana ia bisa merasa tetap aman dan nyaman. Kita sebagai orang tua, guru, orang yang berada dilingkungan merupakan guru utama untuk anak-anak. Hal yang harus kita lakukan adalah mengajari, membimbing, atau juga memberi contoh  tentang berucap, bersikap, dan bertindak yang baik. Dengan kata lain kita mengajari dan membimbing pengembangan diri anak dengan konsisten, sabar dan bertahap. Selanjutnya kita hindari hukuman yang berupa kekerasan dijadikan dalih sebagai pendidikan kedisiplinan.
Deborah Roth Ledley, Ph.D., psikolog dan penulis buku Becoming a Calm Mom: How to Manage Stress and Enjoy the First Year of Motherhood, berujar, “Seringkali orang tua menjadikan disiplin sebagai hukuman, namun asal kata disiplin adalah untuk mengajari”                 

Sementara kata Meita Dharmayanti, dokter spesialis anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam seminar media di kantor IDAI, Jakarta, ditulis Kamis (20/6/2019), “Disiplin itu maksudnya adalah positif. Jadi bukan menghardik. Bukan menimbulkan ketakutan.” Meita menambahkan, bahwa disiplin positif bukan berarti anak harus diberikan hukuman. Seharusnya, anak mampu memahami bagaimaa berperilaku dengan pantas, dilatih bertanggung jawab, sehingga mampu mengendalikan dirinya.

Merujuk kutipan di atas, perlu kiranya kita koreksi kembali dalam memberi pendidikan pendisiplinan pada anak. Seringkali kita memberi hukaman pada anak, tetapi kita melupakan dampak negative psikologi yang timbul. Dengan memberi hukuman pada anak saat melakukan kesalahan bukanlah cara tepat dalam pemberian pendidikan pendisiplinan yang bijaksana. Tanpa  sadar kita sering memaksakan kehendak dengan bersembunyi dibalik pendidikan pendisiplinan.

Oleh karenanya perlu kita mengaji ulang tentang keefektipan penanaman sikap disiplin melalui pemberian  hukuman pada anak. Jangan sampai hukuman malah menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada anak. Hal itu malah rentan menjadikan anak trauma

Selama ini, penerapan disiplin banyak dikaitkan dengan penggunaan cara-cara yang keras atau hukuman pada anak. Adapun  hukuman dengan kekerasan tentunya bukanlah cara yang tepat untuk mendidik anak.

Secara umum perlu kita ketahui hal penting ketika menjalankan program disiplin bagi anak-anak agar kita tidak terjebak pada kekerasan yang bersifat otoriter.

  • Latar belakang masing-masing anak memiliki karakteristik yang berbeda karena tiap keluarga memiliki kebiasaan berbeda.
  • Permisif atau sikap serba membolehkan, suka mengizinkan. Disiplin tidak akan efektif bila hal itu kita terapkan karena ibarat kita tidak memberi kendali.
  • Tidak mengenal kompromi. Kita bertugas mengajarkan batasan bagi anak-anak, karena pada usia anak belum ada kemampuan mengendalikan diri secara penuh. Jangan sampai timbul rasa takut ataupun trauma pada anak.
  • Koreksi dan penghargaan akan lebih baik bagi anak dibandingkan hukuman.
  • Memberi permakluman bila anak melakukan kesalahan agar ia bisa belajar dari kesalahannya.

Namun dari hal-hal di atas, ada peraturan umum yang berlaku bagi siapa saja, yaitu norma-norma kehidupan yang berlaku, yang bisa kita jadikan salah satu pedoman dalam mengajarkan pendidikan pada anak. Termasuk didalamnya tentang pendidikan disiplin.

Penulis : Widianto, S.Pd. – SMP Negeri 3 Jepon Blora, Pengelola Laman: Hesty