Peningkatan kualitas pendidikan seperti sebuah fenomena abadi. Pemerintah sering mengubah kurikulum. Kita bisa mengamati kurikulum 1994, selanjutnya disempurnakan pada tahun 1999. Belum sempat kurikulum 2004 ditandatangani, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan memberlakukan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, KTSP). Dan terakhir tentu saja adalah kurikulum 2013. Atau kalau boleh saya beri julukan ”KTSP yang disempurnakan”. Perlu diketahui, bahwa banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain adalah kualitas masukan, kualitas guru, kualitas pembelajaran, kurikulum yang berlaku, sarana, prasarana, biaya, dan sebagainya.
Sebaik apapun kurikulum, selengkap apapun prasarana dan sarana, sebanyak apapun dana, dan sebagainya, core business-nya tentu kualitas proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Kualitas proses pembelajaran ini sangat ditentukan oleh guru. Guru merupakan aktor utama sekaligus agen perubahan yang paling penting. Walaupun kurikulumnya bagus, jika kualitas gurunya rendah, kualitas proses pembelajaran yang berlangsung pastinya juga rendah, dikhawatirkan hasil belajar peserta didik mempunyai kualitas yang rendah juga.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain: membentuk lembaga penjaminan mutu pendidik (LPMP), P4TK dan sebagainya, memberikan penyegaran materi maupun pembekalan kurikulum dan pembelajaran termasuk evaluasinya, penelitian tindakan kelas. Semua kegiatan tersebut seakan sangat sulit mengubah budaya guru mengajar. Dengan kata lain, budaya guru mengajar sangat resisten terhadap perubahan. Kenyataannya, walaupun guru telah memperoleh sejumlah pembekalan/ penyegaran, baik menyangkut penguasaan bidang studi maupun kompetensi pedagogik, ketika guru mengajar di kelas tetap saja mengajar dengan metode ”kapur dan tutur”.
Pendampingan Peningkatan Pembelajaran berbasis Lesson Study
Membantu guru untuk mengembangkan profesinya sebagai “guru” adalah permasalahan mendasar pada berbagai program pendampingan pembelajaran. Berbagai model pendampingan pembelajaran telah dikembangkan. Lesson Study merupakan salah satu bentuk pendekatannya.
Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metode/ strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson Study berproses melalui tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi). Tahapan tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Atau dapat dikatakan Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Lesson Study, secara implementasi lebih diunggulkan untuk dapat mengakselerasi peningkatan kompetensi guru dibandingkan inservice training guru lainnya.
Sebelum mengimplementasikan, ada baiknya untuk memahami dulu aspek-aspek penting yang menjadi kekuatan utama dalam strategi lesson study. Pada masa awal pengenalan lesson study, tidak sedikit para pendidik yang memiliki pandangan keliru atau pandangan yang sempit terhadap makna lesson study. Pandangan tersebut digambarkan oleh Lewis, Perry, dan Hurd (2003) melalui diagram di bawah ini (Gambar 1).
Gambar 1. Miskonsepsi Umum tentang Lesson Study
Berdasarkan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa guru-guru pada awalnya memahami lesson study hanya terbatas sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan rencana pembelajaran secara kolaboratif, implementasi rencana pembelajaran oleh salah seorang guru, observasi proses pembelajaran, dan melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi atau masukan-masukan yang diperoleh pada diskusi pasca pembelajaran. Saat ini pemahaman guru tentang lesson study tidak hanya terbatas pada pengertian sebagaimana diungkapkan di atas, melainkan jauh lebih luas sebagaimana digambarkan oleh Lewis, Perry, dan Hurd (2003), melainkan sudah berkembang sebagaimana gambar 2.
Gambar 2. Gambaran Umum tentang Lesson Study saat ini
Berdasarkan gambar 2, diperoleh gambaran bahwa kegiatan lesson study ternyata dapat mendatangkan banyak manfaat yaitu meliputi meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya, meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar peserta didik, menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer selain guru, menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang, meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang, dan meningkatnya kualitas rencana pembelajaran (termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar, teaching materials (hands on), dan strategi pembelajaran).
Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community) yang secara konsisten melakukan continuous improvements baik pada level individu, kelompok, maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing-masing fihak yang terlibat.
Berdasarkan beberapa keunggulan itulah, maka LPMP Jawa Tengah pun menggunakan Lesson Study sebagai pendekatan untuk melakukan pendampingan-pendampingan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah sasaran. Beberapa manfaat diperoleh antara lain: 1) guru di sekolah sasaran mendapat pendampingan yang lebih baik; 2) pengawas dan kepala sekolah terbiasa menggunakan lesson study sebagai strategi untuk melakukan supervisi pembelajaran; 3) guru terbiasa berkumpul untuk bersama-sama belajar meningkatkan kualitas pembelajaran; dan 4) terwujudnya peningkatan kualitas guru secara bersama-sama; serta 5) tentu saja guru dapat membelajarkan peserta didik tidak hanya sekedar menggunakan strategi “kapur dan tutur”lagi.
*) Oleh Masario. Pengamat Pendidikan
Daftar Pustaka
Baba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.) Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency.
Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.
Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Saito, E., Sumar, H., Harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., and Tachibana, H. (2006). Development of School-Based In-Service Training Under an Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 47-59.