LPMP Jawa Tengah telah melaksanakan pemantauan ujian nasional SMA/SMK/MA/SMALB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Pelaksanaan pemantauan ini didasarkan pada POS Ujian Nasional 2016, bahwa LPMP berfungsi sebagai pemantau pelaksanaan Ujian Nasional, di samping perannya sebagai anggota panitia tingkat provinsi.
Pemantauan UN SMA/SMK/MA/SMALB tahun 2016 ini dilaksanakan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan mengerahkan 140 tenaga pemantau. Pemantauan dilaksanakan selama empat hari, dari hari Minggu hingga Rabu, 3 – 6 April 2016. Pemantauan menitikberatkan pada beberapa tahap, yakni pemantauan terhadap distribusi soal dari rayon dinas pendidikan kepada sub rayon, pemantauan terhadap pelaksanaan UN di satuan pendidikan baik yang berbasis pensil dan kertas (UNPK) maupun berbasis komputer (UNBK), pemantauan terhadap pengumpulan hasil ujian dari sekolah ke sub rayon, dan pemantauan terhadap pengumpulan hasil ujian dari sub rayon ke rayon.
Tidak semua kabupaten/kota mendistribusikan soal kepada sub rayon pada hari Minggu, 3 April 2016. Ada beberapa kabupaten yang mendistribusikan soal di hari Sabtu, 2 April 2016. Dan ada beberapa kabupaten/kota yang tidak mengadakan sub rayon, dalam artian pengambillan soal tidak melalui sub rayon, tetapi sekolah langsung mengambil ke dinas pendidikan.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa seluruh kegiatan distribusi berjalan lancar. Kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dan ajajarannya, serta kepala-kepala sekolah ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu. Distribusi soal juga mendapatkan pengawalan dari kepolisian.
Persiapan pelaksanaan UNBK sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh pemerintah. Uji coba dilakukan beberapa kali untuk mendeteksi adanya kendala teknis yang mungkin muncul, sehingga bisa dicari antisipasi pemecahan masalahnya. Setidaknya setiap sekolah penyelenggara UNBK melakukan 2 kali simulasi dan 1 kali gladi bersih ujian dengan komputer.
Pemerintah selalu berusaha mengantisipasi agar integritas atau kejujuran dalam ujian nasional selalu dikedepankan. Salah satu upaya agar kecurangan bisa ditekan, paket soal dibuat banyak sehingga kesempatan peserta untuk mencontek menjadi kecil. UNBK pada dasarnya juga sebuah upaya untuk menekan ketidakjujuran dalam Ujian Nasional. Di luar semua upaya itu, ternyata dugaan kecurangan masih saja terjadi. Di Kota Tegal, sebagai contoh, dilaporkan oleh Tribunnews, 6 April 2016, telah ditemukan sindikat jual beli kunci jawaban. Namun demikian, secara umum temuan permasalahan terkait ketidakjujuran sudah berkurang cukup signifikan.
Di luar permasalahan integritas pelaksanaan UN, tim pemantau LPMP Jawa Tengah mencatat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan UN SMA/SMK/SMALB/MA. Permasalahan pertama adalah terkait administrasi. Di beberapa ruang ujian ditemukan ketidaklengkapan berkas berita acara dan lembar pakta integritas yang ada di dalam paket soal, entah itu jumlahnya yang kurang, bahkan tidak ada sama sekali. Untuk pemecahannya, panitia ujian melengkapi dengan cara memfoto kopi dari berkas yang ada di ruang lain.
Permasalahan kedua yaitu terkait paket soal ujian. Dijumpai terdapat opsi jawaban yang sama di soal Matematika. Kesalahan pengetikan juga dijumpai di soal Bahasa Indonesia SMA. Terkait hal tersebut, pengawas memasukkannya ke dalam berita acara penyelenggaraan ujian.
Ditemukan juga kekeliruan pencetakan paket soal, yaitu paket soal tidak memuat seluruh halaman, ada pula paket soal yang semuanya halaman 2. Terkait permasalahan itu, pihak panitia mengatasi dengan memfoto kopi soal lain yang setipe.
Terkait distribusi soal, ada sekolah yang kekurangan menerima amplop soal, ada pula yang menerima tidak sesuai pesanan jumlah paket. Hal tersebut diatasi dengan cara mengambil soal lain dari ruang ujian lain maupun dari sekolah lain.
Temuan lapangan pada pelaksanaan UNBK juga cukup beragam. Di beberapa sekolah di Temanggung dan Salatiga ditemui komputer bermasalah ketika ujian listening Bahasa Inggris, sehingga peserta harus berpindah ke komputer lain.
Di Purworejo sempat terjadi “log out” massal pada saat ujian, namun ujian dapat dilanjutkan setelah teknisi mengupdate “UNBKstarter”-nya.
Di Salatiga ada siswa yang telanjur mengklik tombol ‘selesai’ padahal belum mengerjakan semua soal. Untuk kasus ini, dinas pendidikan kemudian mengusulkan kepada pusat agar mengijinkan siswa yang bersangkutan mengikuti ujian ulang.
Di Kebumen, karena hujan deras, beberapa komputer di sebuah sekolah penyelenggara UNBK ada yang basah sehingga harus diganti dengan komputer lain. Ujian muncur untuk beberapa saat.
Di samping permasalahan di lapangan, ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh sekolah, di antaranya adalah mengenai kewajiban penyediaan gen set yang dirasa cukup membebani finansial sekolah. Di Pemalang satu sekolah mengeluhkan bantuan server dari pemerintah justru speknya lebih rendah daripada server sekolah, sehingga sekolah khawatir jika digunakan akan menimbulkan masalah pada saat pelaksanaan UNBK.