Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Jawa Tengah
Keterampilan Literasi merupakan keterampilan mutlak, keterampilan ini harus dimiliki oleh setiap peserta didik pada abad milenial. Mengapa? Karena tanpa keterampilan literasi, maka kecakapan minimal peserta didik pada abad 21 tidak akan terwujud. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kecakapan abad 21 atau biasa kita kenal dengan kecakapan 4C (Critical Thinking, Creativity, Comunication and Colaboration) merupakan kecakapan dasar, supaya insan pada abad 21 dapat bertahan dengan baik.
Proses peningkatan keterampilan literasi, diduga mendapat pengaruh kuat dari dua komponen pokok pada proses pembelajaran. Komponen pertama adalah strategi mengajar guru dan kedua penggunaan beragam media pembelajaran. Strategi guru mengajar, sebaiknya memang harus dirubah, karena keterampilan literasi sangat berbeda dengan capaian hasil ujian nasional selama ini. Keterampilan literasi, lebih menitik beratkan pada keterampilan peserta didik dalam memahami masalah, Langkah berikutnya adalah bagaiman peserta didik dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
Strategi peningkatan keterampilan literasi, tentu saja sangat berbeda apabila dibandingkan dengan strategi untuk meningkatkan hasil ujian sekolah peserta didik ujian sekolah diselenggarakan. Selama ini, strategi penyiapan peserta didik supaya mendapat hasil ujian sekolah, dapat dikatakan sukses. Apa saja sih, persiapan guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik saat ujian sekolah? guru saat itu, mempelajari karakter soal, mereka lakukan bedah kisi-kisi, kemudian mencari soal dengan mengacu pada hasil bedah kisi-kisi, kemudian mereka drill para peserta didik. Semakin banyak soal yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, maka semakin baik pula hasil belajarnya. Saat itu “bimbingan Belajar” tumbuh subur.
Pada peningkatan keterampilan literasi, tentu saja strategi “drill soal” harus diubah. Bagaimana dengan munculnya “Bimbingan Belajar AKM”, bukankah itu juga bagian dari solusi? Maka jawabnya adalah “bimbingan Belajar AKM’, atau “bedah kisi kisi AKM” hanya memberikan solusi sementara, karena keterampilan literasi, merupakan keterampilan hidup. Pemilik keterampilan literasi tinggi, tentunya kecakapan abad 21 dapat lebih mudah mereka kuasai. Dengan memiliki modal dasar ini, mereka dapat merubah wajah Republik tercinta ini.
Perubahan pola mengajar guru, perubahan karena keadaan kenormalan beru tentu saja terjadi secara alamiah. Apakah guru terpaksa Ketika mengubah pola mengajar? Tentu saja terpaksa, tetapi atmosfir Indonesia sekarang sudah bukan atmosfir tahun lalu. “Terbiasa” adalah kata sakti, saat guru sudah ikhlas dan terbiasa mengajar dengan pola baru. Perubahan pasti terjadi. Kecakapan hidup abad 21 secara perlahan tetapi pasti, akan terwujud.
Komponen kedua adalah media pembelajaran. Tanpa media pembelajaran yang sesuai, sebaik apapun strategi guru, pasti juga tidak akan dapat meningkatkan keterampilan literasi. pada kondisi saat ini, hamper semua guru telah melek Teknologi abad milenial. Proses pembelajaran pun, secara berangsur, guru sudah mulai merubah dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran hybrid. Beragam model pembelajaran blended telah berkembang. Perubahan ini pulalah, ikut mempengaruhi perkembangan besar besaran pada pemanfaatan internet dan hyperlink. Media pembelajaran berubah menjadi media pembelajaran maya, atau lebih dikenal sebagai Hypermedia pembelajaran.
Perubahan strategi mengajar guru, berarti juga harus diimbangi dengan keterampilan guru tentang cara memanfaatkan hypermedia pembelajaran selain itu, keterampilan dalam memilih hypermedia pembelajaran harus ditingkatkan. Adapun, hypermedia pembelajaran seperti apa ya? Tentu saja, hypermedia yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru tentunya juga harus terampil saat memainkan hypermedia tersebut. Bagi guru, hypermedia adalah anak wayang bagi seorang dalang. Pada akhirnya proses pembelajaran akan dapat dinikmati peserta didik, sebagaimana pemirsa yang menikmati permainan “ki dalang” saat memainkan anak wayangnya.
[caption id="attachment_4534" align="aligncenter" width="427"] Gambar 1. Dalang dan anak wayang[/caption]Tujuan
Tujuan ini, disusun untuk memberikan informasi bagi guru, tentang prosedur pemanfaatan beragam hypermedia pada pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi maksimal dan keterampilan literasi peserta didik dapat maksimal.
Hypermedia Pembelajaran
Sebelum mendeskripsikan hypermedia pembelajaran, ada baiknya dideskripsikan terlebih dahulu fungsi media pembelajaran. Karena pada proses pembelajaran tatap muka ada baiknya pula dikembangkan pemanfaatan media blended. Media blended pada pengertian ini adalah penggunaan media pembelajaran perpaduan antara media sederhana dengan hypermedia pembelajaran.
Pada awal perkembangan program pembelajaran, media pembelajaran belum difungsikan sebagai sumber belajar utama. Seringnya media pembelajaran difungsikan sebagai alat bantu pelengkap penjelasan yang diberikan oleh guru. Pada saat itu, sumber belajar utama seringnya adalah guru. Bentuk perkembangan media pembelajaran pada saat itu, juga dipengaruhi oleh penggunanya. Karena fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu, maka berkembanglah media pembelajaran dalam bentuk peraga dan alat penguji konsep.
Media pembelajaran memang berkembang saat itu, diantaranya adalah media cetak dengan material tentang konsep maupun alat untuk melatih keterampilan peserta didik sebagai bentuk penguatan kognitif dan menghafal, misalnya LKS. Adapun video dan audio juga berkembang, tetapi belum maksimal karena biaya produksinya sangat mahal, sementara itu penggunaannya hanya sebagai alat bantu penjelas saja. Prinsipnya, media pembelajaran pasif lebih banyak muncul pada proses ini.
Pada jaman ini, merupakan abad milenial, abad dimana semua kegiatan, barang dan bahkan uang pun disimpan di atas awan. Banyak sekali kegiatan tradisional mulai hilang, semisal proses pembelajaran, awalnya para pelaku pembelajaran harus melakukannya secara tatap muka, sekarang berangsur berpindah ke atas awan. Semua kegiatan dapat divirtualkan. Adapun media pembelajaran pun berangsur berpindah ke atas awan, dan mereka simpan media pembelajaran tersebut dengan beralamatkan link-link tertentu. Media pembelajaran itu, sekarang berubah menjadi hypermedia pembelajaran. Bentuk bentuk hypermedia pembelajaran, tentunya lebih beragam dan bersifat dinamis. Banyak konsep-konsep atau peristiwa abstrak, sehingga guru kesulitan mendeskripsikan, sekarang hampir semua konsep tersebut dapat dimodelkan, bahkan diinteraktifkan. Hal ini sangat membantu peserta didik untuk memahami konsep, kemudian mereka dapat menguasai, mensimulasikan dan bahkan memodelkan hasil belajarnya.
Pemanfaatan Hypermedia Pada Pembelajaran
Memanfaatkan media pembelajaran pada suatu pembelajaran. Sepintas merupakan proses biasa dan sudah sering dilakukan oleh guru. Walau demikian tidak ada salahnya kalau dikupas kembali detil pemanfaatan media tersebut pada suatu proses pembelajaran.
Media pembelajaran dapat nyaman saat digunakan pada proses pembelajaran, jika strategi pembelajarannya tepat atau sesuai dengan sifat medianya . Setiap media pembelajaran memiliki fungsinya masing masing.
Pada gambar dideskripsikan secara sederhana mengenai fungsi hypermedia pembelajaran. Fungsi hypermedia pembelajaran sebagai sumber belajar utama, pada fungsi ini, maka pemanfaatan hypermedia menjadi alat penjelas utama. Pada fungsi ini, Guru saat melakukan proses pembelajaran berfungsi sebagai pendamping bagi peserta didik. Hypermedia pembelajaran dapat berfungsi secara maksimal sebagai sumber belajar utama, jika strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru menggunakan strategi blended atau daring.
Fungsi hypermedia pembelajaran sebagai alat bantu utama pembelajaran. Pada fungsi ini hypermedia pembelajaran memberikan gambaran atau model sederhana dari sebuah materi. Pada proses ini, biasanya guru akan berfungsi sebagai sumber belajar utama. Strategi pembelajaran guru saat menggunakan fungsi ini adalah strategi tatap muka langsung. Fungsi guru sebagai sumber belajar utama saat kegiatan virtual juga tidak akan dapat maksimal, karena guru tidak dapat mengontrol proses belajar peserta didik. Fungsi ketiga hypermedia pembelajaran, sebagai pelengkap saja. Pada fungsi ini, sebaiknya guru tidak perlu menggunakannya, karena hanya akan membuat bingung peserta didik.
Setelah fungsi hypermedia dikenal, kemudian perlu dijelaskan pula kedudukannya pada suatu pembelajaran. Pada suatu proses pembelajaran, ada beberapa kaidah pembelajaran. Kaidah ini sebaiknya menjadi perhatian guru. Kaidah tersebut dapat digambarkan secara sederhana seperti pada gambar di bawah ini.
Pada gambar dideskripsikan bahwa kaidah suatu pembelajaran sebaiknya menggunakan suatu pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan taktik pembelajaran.saat ini telah berkembang beragam pendekatan, strategi, metode maupun taktik pembelajaran. Setiap pendekatan pembelajaran, memiliki strategi, metoda dan taktik pembelajarannya sendiri. Kaidah ini, tentu saja menunjukkan bahwa tiap bagian dari kaidah pembelajaran, memiliki ke khas an nya masing-masing. Akibatnya adalah terjadinya perbedaan karakteristik perangkat pembelajaran, salah satunya adalah hypermedia pembelajaran.
Penggunaan hypermedia pembelajaran, tentu saja harus merujuk pada struktur kaidah pembelajaran yang digunakan. Ke “taat asas” an penggunaan kaidah pembelajaran, mempermudah pemilihan dan pemanfaatan hypermedia pembelajaran. Hal ini, biasanya dapat mengakibatkan proses belajar menjadi nyaman dan memberikan pengalaman menyenangkan bagi peserta didik. Kaidah pembelalajaran, selama ini dikenal dengan sebutan model pembelajaran. Berdasarkan gambar tersebut, maka hypermedia pembelajaran termasuk ke bagian perangkat pembelajaran.
Hypermedia dipilih dan digunakan pada proses pembelajaran, tujuan utamanya adalah memberikan pengalaman belajar unik dan menyenangkan. Berdasarkan beberapa pengalaman yang teramati, hypermedia pembelajaran menarik memiliki beberapa syarat. Syarat utamanya adalah hypermedia pembelajaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, kemudiansesuai dengan trend saat digunakan. Tanpa kedua hal ini, hypermedia akan ditinggalkan oleh peserta didik. Saat ini peserta didik boleh menunjukkan rasa suka dan tidak sukanya pada proses pembelajaran. Persyaratan lainnya, adalah: a) sesuai dengan tujuan pembelajaran; b) sesuai (relevan) dengan materi; dan c) ketersediaan waktu untuk memanfaatkan hypermedia tersebut. Pemanfaatan hypermedia dapat dilaksanakan dengan menerapkan prosedur. Prosedur pemanfaatan hypermedia dalam pembelajaran, disusun langsung mengacu pada RPP. Langkah-langkah pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
- kuasai tujuan pembelajaran;
- Kuasai Materi sampai dengan kedalaman tertentu;
- Tentukan model pembelajaran (tatap muka/ daring/ blended)
- Tentukan fungsi hypermedia, dalam satu proses pembelajaran upayakan minimal 3 hypermedia dengan fungsi yang berbeda;
- Memilih hypermedia yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran;
- Tempatkan hypermedia sesuai dengan fungsinya
- Silakan melakukan pembelajaran sesuai dengan urutan pembelajaran.
Ketujuh Langkah-langkah tersebut, merupakan prosedur sederhana tentang pemanfaatan hypermedia dalam pembelajaran. Guru tentu saja dapat mengembangkan lagi prosedur ini, sehingga semakin sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Gambar di bawah ini merupakan contoh desain guru dalam memanfaatkan hypermedia
Penutup
Bagaimana guru dapat memanfaatkan hypermedia dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan literasi peserta didiknya? Tentu saja dengan memanfaatkan hypermedia, sehingga seluruh peserta didik dapat memaksimalkan penggunaan indranya untuk belajar. selanjutnya tentu saja perlu strategi yang sesuai, sehingga hypermedia pembelajaranmenjadi menarik. Hypermedia pembelajaran baik, jika ditayangkan dengan strategi yang sesuai dapat memberi kenyamanan dan kesenangan bagi para peserta didik saat belajar.
Selanjutnya mari kita terapkan prosedur pemanfatan hypermedia pada tulisan ini secara perlahan-lahan tetapi pasti. Karena merubah kebiasaan itu bukan hal mudah.
Daftar Rujukan
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI.2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 (Ilmu Pendidikan Praktis). Bandung:Imperial Bakti Utama.
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Ramli, M.2012. Media Dan Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin: Antasari Press.
Munir. 2017. Pembelajaran Digital. Bandung: Alfabeta
Cahyadi, Ani. 2018.Pengembangan Media Dan Sumber Belajar, Teori Dan Prosedur. Serang: Laksita.
Pusmenjar.2020. AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran. Balitbang dan Perbukuan. Kemdikbud.Jakarta
Kirna, I Made.2012. Pengaruh Integrasi Hypermedia dalam Strategi Siklus Belajar terhadap Pemahaman Konsep Kimia pada Siswa SMP. Malang: Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 19, Nomor 2, Oktober 2012.
Iwan.2014. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jakarta: Jurnal Lingkar Widyaiswara.