Oleh : Dr. Mampuono (Tali Bambuapus Giri)
Banyak pasang mata terbeliak seolah tak percaya. Decak kagum bermunculan tanpa henti. Bait demi bait lagu lama yang bercerita tentang semangat perjuangan Bu Muslimah dan para muridnya dilantunkan penuh khidmat. Masih ingat para Laskar Pelangi? Mereka adalah Ikal, Mahar, Flo dan kawan-kawannya dari SD Muhammadiyah Gantong, di Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung.
Lagu Laskar Pelangi berkumandang membahana.
Para penonton terkesima. Larut dalam uforia, semua yang hadir berdendang sambil melambaikan tangannya.
“Mimpi… adalah kunci
Untuk kita… menaklukkan dunia
Berlarilah… tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya…”
Suara vokal itu, dan nada gitar itu seperti yang ada di film-film atau di channel YouTube. Seolah Nidji, Giring Ganesha, vokalis lagu Laskar Pelangi hadir di ruangan. Semua yang hadir di lantai dasar Gedung R. A. Kartini BBPMP Jawa Tengah hanyut terbawa suasana.
Seratus orang lebih hadir dari pukul 08.30-10.30 WIB itu bukan untuk menonton konser, tetapi dalam rangka menghadiri bincang santai antara pegawai BBPMP Jateng dengan pejabat penting dari Jakarta. Hari Sabtu yang biasanya untuk libur weekend, khusus Sabtu, 11 Februari 2023 ini mereka bela-belain datang ke kantor karena ingin berpartisipasi pada acara istimewa ini. Jadi wajar jika di momen istimewa itu mereka menyambut antusias suguhan istimewa untuk mereka.
Setengah memejamkan mata sang vokalis yang terlihat gagah dalam dress code kaos hitam dengan tulisan Merdeka Belajar berwarna merah putih dan celana jeans berwarna biru itu terus berdendang. Pemuda berkulit bersih, berhidung mancung, dan berpostur tinggi di atas rata-rata itu seperti membawa ke alam lain.
Di dalam lagu yang didendangkannya dengan penuh perasaan, waktu serasa berbalik. Apa yang dulu masih menjadi impian perlahan namun pasti kini berwujud menjadi kenyataan. Seperti slide-slide yang berpendar lalu memudar, ingatan tentang impian masa lalu kini berganti dengan impian masa depan. Hilir mudik silih berganti seolah tidak pernah berhenti. Perjuangan meraih impian kemerdekaan pembelajar Indonesia sesuai pesan Ki Hajar harus terus dikumandangkan dan diraih!
Sambil tersenyum bahagia dan penuh semangat pria berkacamata minus dengan topi biru bertuliskan Tut Wuri Handayani itu melantunkan lagu kebangsaan para pemimpi itu. Penuh perasaan, jemari tangan kirinya memegang leher gitar dan bergerak licah menekan-nekan posisi senar membentuk kunci nada tertentu. Sementara itu tangan kanannya khusyuk memetik bergantian senar–senar gitar akustik cokelat tua yang juga sudah tua itu.
Sepintas lalu, gitar itu terlihat seperti gitar tua Sang Raja Dangdut Roma Irama. Namun nada yang dihasilkan sang penyanyi bukan dalam irama dangdut. Nada itu nada menghentak penuh perjuangan. Perjuangan para pemimpi yang tanpa kenal lelah meraih impian-impian mereka. Tali cangklongan sang gitar tua yang berwarna merah jambu seolah memberi tahu bahwa ketuaannya penuh dengan semangat muda. Semangat yang sama yang dimiliki para pemimpi.
Suara lantang penuh getaran emosi yang ditingkah nada gitar solo itu memberi pesan bahwa setiap impian dan perjuangan untuk meraihnya adalah hak segala bangsa. Sambil berdiri menghadap mikrofon, bernyanyi dan bermain gitar penuh penghayatan, tidak bisa dipungkiri, bahasa tubuh sang penyanyi menunjukkan aura pejuang peraih mimpi sejati. Gerakan kedua lengannya yang bersemangat sesekali membuat tulisan huruf kapital Merdeka Belajar di dadanya bergerak seperti bendera merah putih yang berkibar-kibar. Semua terbius dalam aura semangat yang sama. Semangat kesuksesan Kurikulum Merdeka.
Siapakah lelaki berpostur tinggi yang berkaca mata, berhidung mancung, berkulit bersih dan pandai bermain gitar dan bernyanyi ini? Pemuda Minang yang dulunya seorang guru ini adalah Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah , Dr. Iwan Syahril, P.h.D. Pejabat penting di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang punya tiga gelar magister dan dua gelar doktor ini ternyata penyanyi ulung. Luar biasa. Bravo Pak Dirjen.
=================