Published On: 22 October 2024Categories: Artikel, Artikel Pendidikan, Feature Motivasi, Headline

Organisasi Berkembang Menyengsarakan SDM Tidak Berkembang: Analisis dan Solusi

Oleh: Syaifulloh

Konsultan BBPMP Jawa Tengah

Pertumbuhan organisasi sering kali dianggap sebagai pencapaian besar. Namun, ketika tidak diikuti dengan perkembangan sumber daya manusia (SDM), hal tersebut dapat menciptakan ketimpangan yang merugikan. SDM yang tidak berkembang cenderung menghadapi tantangan berat dalam memenuhi ekspektasi baru yang muncul seiring dengan perkembangan organisasi. Tulisan singkat ini akan membahas lebih dalam mengenai berbagai faktor yang menyebabkan ketimpangan ini dan memberikan solusi berdasarkan pendapat ahli.

Ketidaksesuaian Antara Kemampuan dan Tugas

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi organisasi yang berkembang pesat adalah ketidaksesuaian antara kemampuan SDM dengan tuntutan tugas yang semakin kompleks. Ketika organisasi tumbuh, tugas dan tanggung jawab karyawan sering kali bertambah tanpa adanya pelatihan yang memadai untuk membantu mereka beradaptasi. Menurut Dr. John P. Kotter, pakar dalam manajemen perubahan, “Organisasi yang terus berkembang harus memperhatikan kesiapan SDM mereka. Jika tidak, mereka hanya akan menambah tekanan pada karyawan tanpa memberi mereka alat yang memadai untuk berhasil.” Tanpa adanya keselarasan antara kemampuan karyawan dan tugas yang diberikan, organisasi berisiko memperburuk kondisi kerja, meningkatkan tingkat stres, dan menurunkan produktivitas.

Ketidaksesuaian ini bisa mengakibatkan kinerja yang buruk serta peningkatan tingkat turnover. Karyawan yang merasa tidak mampu mengatasi tantangan yang diberikan akan cenderung mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan keterampilan mereka. Stephen R. Covey menyatakan, “Kemampuan yang tidak selaras dengan tanggung jawab akan menciptakan ketidakpuasan dan akhirnya memengaruhi kinerja secara keseluruhan.” Oleh karena itu, organisasi perlu mengambil langkah proaktif untuk memberikan pelatihan yang tepat guna mendukung SDM mereka menghadapi tuntutan baru.

Kurangnya Kesempatan Pengembangan

Kurangnya kesempatan pengembangan bagi karyawan merupakan salah satu penyebab utama stagnasi SDM dalam organisasi yang berkembang. Banyak perusahaan/organisasi lebih fokus pada pencapaian jangka pendek, seperti profit dan ekspansi, sehingga melupakan investasi jangka panjang pada pengembangan SDM. Prof. David Ulrich, seorang ahli dalam pengembangan SDM, berpendapat bahwa “Investasi dalam pelatihan dan pengembangan SDM tidak hanya menciptakan karyawan yang lebih kompeten, tetapi juga membantu menjaga stabilitas jangka panjang organisasi.” Organisasi yang gagal menyediakan kesempatan ini akan menghadapi masalah lebih besar ketika SDM mereka tidak mampu beradaptasi dengan perubahan.

Karyawan yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkembang akan cenderung merasa kurang termotivasi dan tidak bersemangat untuk meningkatkan kinerja. Penelitian oleh Deloitte menunjukkan bahwa 68% karyawan yang tidak melihat adanya prospek pengembangan di dalam perusahaan mereka akan mencari pekerjaan di tempat lain. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk secara aktif mengintegrasikan program pelatihan dan pengembangan berkelanjutan guna meningkatkan kinerja SDM.

Diskriminasi dalam Promosi

Sistem promosi yang tidak adil dan diskriminatif merupakan masalah serius yang dapat menghambat perkembangan SDM. Dalam banyak kasus, promosi tidak didasarkan pada kinerja dan keterampilan, tetapi pada faktor subjektif seperti kedekatan personal dengan manajemen atau favoritisme. Dr. Rosabeth Moss Kanter, seorang profesor di Harvard Business School, menekankan bahwa “Keadilan dalam sistem promosi adalah elemen kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.” Ketika karyawan merasa bahwa promosi diberikan dengan tidak adil, mereka akan kehilangan motivasi dan semangat untuk berkembang.

Sistem promosi yang tidak adil juga memiliki dampak langsung terhadap loyalitas karyawan. Penelitian oleh Gallup menunjukkan bahwa 70% karyawan yang merasa tidak dihargai di tempat kerja cenderung mencari pekerjaan di luar organisasi dalam satu tahun. Ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan keadilan dalam proses promosi untuk menjaga loyalitas dan kepuasan karyawan.

Tekanan Kerja yang Berlebihan

Dalam organisasi yang berkembang, tekanan kerja sering kali meningkat secara signifikan. Karyawan dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar dan tenggat waktu yang lebih ketat, yang dapat memicu stres dan kelelahan. Christina Maslach, seorang ahli psikologi yang mempelajari burnout, menyatakan bahwa “Stres kronis di tempat kerja dapat menyebabkan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi.” Ketika tekanan kerja tidak diimbangi dengan dukungan yang memadai, SDM akan merasa kewalahan dan tidak mampu menjalankan tugas mereka dengan baik.

Kondisi ini dapat menyebabkan burnout, berdampak pada produktivitas serta kesehatan mental dan fisik karyawan. Dr. Cary Cooper, pakar dalam manajemen stres di tempat kerja, menyarankan agar organisasi menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental karyawan dengan menyediakan program konseling atau pelatihan manajemen stres.

Pelatihan dan Pengembangan Berkelanjutan sebagai Solusi

Untuk mengatasi ketimpangan antara perkembangan organisasi dan SDM, pelatihan dan pengembangan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama. Prof. Peter Senge, penulis The Fifth Discipline, menyatakan bahwa “Organisasi yang belajar adalah organisasi yang dapat mempertahankan pertumbuhan dengan memastikan bahwa karyawannya terus berkembang.” Program pelatihan berkelanjutan membantu karyawan meningkatkan keterampilan mereka seiring dengan perubahan dalam organisasi. Program pelatihan berkelanjutan juga memberikan sinyal kepada karyawan bahwa organisasi menghargai pengembangan mereka. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas karyawan serta menciptakan budaya kerja positif.

Menciptakan Sistem Promosi yang Transparan

Transparansi dalam sistem promosi sangat penting untuk memastikan bahwa karyawan merasa dihargai atas kontribusi mereka. Prof. Edgar Schein, seorang pakar budaya organisasi, menyatakan bahwa “Sistem promosi yang adil dan transparan adalah dasar dari budaya organisasi yang sehat.” Karyawan perlu tahu bahwa promosi didasarkan pada kriteria objektif seperti kinerja dan keterampilan agar lebih termotivasi untuk bekerja keras.

Manajemen Stres dan Kesehatan Mental

Perhatian terhadap kesehatan mental karyawan sangat penting untuk memastikan kinerja optimal di tempat kerja. Dr. Cary Cooper menyatakan bahwa “Kesehatan mental karyawan adalah aset terbesar organisasi.” Ketika organisasi menyediakan program manajemen stres atau konseling bagi karyawan, mereka membantu mengurangi stres serta meningkatkan kepuasan kerja secara keseluruhan.

Membangun Budaya Kerja yang Inklusif dan Mendukung

Budaya kerja inklusif merupakan fondasi keberhasilan jangka panjang organisasi. Prof. Amy Edmondson dari Harvard Business School menjelaskan bahwa “Tim inklusif memiliki tingkat inovasi dan kolaborasi lebih tinggi.” Ketika karyawan merasa dihargai dan didukung, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik.

Organisasi perlu mendorong komunikasi terbuka serta memberikan umpan balik konstruktif kepada karyawan agar budaya kerja mendukung tercipta. Fenomena di mana organisasi berkembang menyengsarakan SDM tidak berkembang merupakan tantangan serius di era modern ini. Ketidaksesuaian antara kemampuan karyawan dan tuntutan pekerjaan, kurangnya pengembangan SDM, diskriminasi dalam promosi, serta tekanan kerja berlebihan adalah beberapa penyebab utama masalah ini.

Untuk mengatasi tantangan ini, organisasi perlu menerapkan solusi berfokus pada pemberdayaan karyawan melalui pelatihan berkelanjutan, sistem promosi adil dan transparan, serta manajemen stres efektif. Dengan pendekatan tepat, kesenjangan antara pertumbuhan organisasi dan perkembangan SDM dapat diatasi, menciptakan sinergi menguntungkan semua pihak.

Organisasi Berkembang Menyengsarakan SDM Tidak Berkembang.

Pertumbuhan organisasi merupakan indikator keberhasilan, tetapi jika tidak disertai dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM), hal ini dapat menimbulkan masalah serius. Ketika organisasi bergerak maju dengan perubahan teknologi, pasar, dan tuntutan bisnis yang semakin kompleks, SDM yang tidak mengikuti perkembangan tersebut akan kesulitan beradaptasi. Ketimpangan antara kemajuan organisasi dan kemampuan karyawan untuk memenuhi tuntutan baru dapat menyebabkan stres, demotivasi, dan penurunan kinerja.

Menurut Prof. Peter Senge, seorang ahli dalam pengembangan organisasi, “Organisasi yang tumbuh tanpa memperhatikan pembelajaran dan pengembangan SDM hanya akan menciptakan beban dan memperbesar risiko kegagalan jangka panjang.” Pendapat ini menyoroti pentingnya organisasi untuk menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pengembangan karyawan agar mereka siap menghadapi tantangan yang lebih besar. Kegagalan dalam menyelaraskan pertumbuhan organisasi dengan peningkatan kompetensi karyawan tidak hanya merugikan individu yang terjebak dalam posisi stagnan, tetapi juga berpotensi menghambat kesuksesan jangka panjang organisasi itu sendiri.

Selain itu, Dr. John Kotter, pakar manajemen perubahan, menegaskan bahwa “perubahan dalam organisasi hanya akan efektif jika orang-orang yang ada di dalamnya siap untuk berubah.” Ini menunjukkan bahwa pengembangan SDM harus menjadi prioritas utama untuk memastikan setiap individu dalam organisasi mampu beradaptasi dan berkontribusi secara maksimal dalam menghadapi pertumbuhan yang pesat. Tanpa kesiapan dari sisi SDM, perkembangan organisasi bisa jadi justru menjadi bumerang yang mengancam stabilitas dan produktivitasnya.

Ketidaksesuaian Antara Kemampuan dan Tugas.

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi organisasi yang berkembang pesat adalah ketidaksesuaian antara kemampuan SDM dengan tuntutan tugas yang semakin kompleks. Ketika organisasi tumbuh, tugas dan tanggung jawab karyawan sering kali bertambah tanpa adanya pelatihan yang memadai untuk membantu mereka beradaptasi. Menurut Dr. John P. Kotter, pakar dalam manajemen perubahan, “Organisasi yang terus berkembang harus memperhatikan kesiapan SDM mereka. Jika tidak, mereka hanya akan menambah tekanan pada karyawan tanpa memberi mereka alat yang memadai untuk berhasil.” Tanpa adanya keselarasan antara kemampuan karyawan dan tugas yang diberikan, organisasi berisiko memperburuk kondisi kerja, meningkatkan tingkat stres, dan menurunkan produktivitas.

Ketidaksesuaian ini bisa mengakibatkan kinerja yang buruk serta peningkatan tingkat turnover. Karyawan yang merasa tidak mampu mengatasi tantangan yang diberikan akan cenderung mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan keterampilan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Stephen R. Covey, “Kemampuan yang tidak selaras dengan tanggung jawab akan menciptakan ketidakpuasan dan akhirnya memengaruhi kinerja secara keseluruhan.” Organisasi perlu mengambil langkah proaktif untuk memberikan pelatihan yang tepat guna mendukung SDM mereka menghadapi tuntutan baru.

Kurangnya Kesempatan Pengembangan.

Kurangnya kesempatan pengembangan bagi karyawan merupakan salah satu penyebab utama stagnasi SDM dalam organisasi yang berkembang. Banyak perusahaan yang lebih fokus pada pencapaian jangka pendek, seperti profit dan ekspansi, sehingga melupakan investasi jangka panjang pada pengembangan SDM. Menurut Prof. David Ulrich, seorang ahli dalam pengembangan SDM, “Investasi dalam pelatihan dan pengembangan SDM tidak hanya menciptakan karyawan yang lebih kompeten, tetapi juga membantu menjaga stabilitas jangka panjang organisasi.” Organisasi yang gagal menyediakan kesempatan ini akan menghadapi masalah yang lebih besar ketika SDM mereka tidak mampu beradaptasi dengan perubahan.

Karyawan yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkembang akan cenderung merasa kurang termotivasi dan tidak bersemangat untuk meningkatkan kinerja. Selain itu, mereka juga akan lebih rentan mencari peluang di luar organisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deloitte, yang menemukan bahwa 68% karyawan yang tidak melihat adanya prospek pengembangan di dalam perusahaan mereka akan mencari pekerjaan di tempat lain. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk secara aktif mengintegrasikan program pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan guna meningkatkan kinerja SDM.

Diskriminasi dalam Promosi
Sistem promosi yang tidak adil dan diskriminatif merupakan masalah serius yang dapat menghambat perkembangan SDM. Dalam banyak kasus, promosi tidak didasarkan pada kinerja dan keterampilan, tetapi pada faktor subjektif seperti kedekatan personal dengan manajemen atau favoritisme. Dr. Rosabeth Moss Kanter, seorang profesor di Harvard Business School, menekankan bahwa “Keadilan dalam sistem promosi adalah elemen kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.” Ketika karyawan merasa bahwa promosi diberikan dengan tidak adil, mereka akan kehilangan motivasi dan semangat untuk berkembang.

Sistem promosi yang tidak adil juga memiliki dampak langsung terhadap loyalitas karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Gallup menunjukkan bahwa 70% karyawan yang merasa tidak dihargai di tempat kerja cenderung mencari pekerjaan di luar organisasi dalam satu tahun. Ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan keadilan dalam proses promosi untuk menjaga loyalitas dan kepuasan karyawan. Jika organisasi ingin mempertahankan karyawan yang berkualitas, mereka harus memastikan bahwa promosi dilakukan berdasarkan kriteria objektif, seperti kinerja dan kontribusi nyata.

Tekanan Kerja yang Berlebihan.

Dalam organisasi yang berkembang, tekanan kerja sering kali meningkat secara signifikan. Karyawan dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar dan tenggat waktu yang lebih ketat, yang dapat memicu stres dan kelelahan. Menurut Christina Maslach, seorang ahli psikologi yang mempelajari burnout, “Stres kronis di tempat kerja dapat menyebabkan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi, yang pada akhirnya merusak produktivitas individu dan organisasi.” Ketika tekanan kerja tidak diimbangi dengan dukungan yang memadai, SDM akan merasa kewalahan dan tidak mampu menjalankan tugas mereka dengan baik.

Kondisi ini dapat menyebabkan burnout, yang tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan mental dan fisik karyawan. Organisasi yang mengabaikan aspek ini akan menghadapi tingkat turnover yang tinggi serta penurunan kinerja secara keseluruhan. Dr. Cary Cooper, pakar dalam manajemen stres di tempat kerja, menyarankan agar organisasi menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental karyawan dengan menyediakan program konseling atau pelatihan manajemen stres. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa tekanan kerja yang meningkat tidak berdampak negatif pada kesejahteraan SDM.

Pelatihan dan Pengembangan Berkelanjutan sebagai Solusi.

Untuk mengatasi ketimpangan antara perkembangan organisasi dan SDM, pelatihan dan pengembangan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama. Prof. Peter Senge, penulis The Fifth Discipline, menyatakan bahwa “Organisasi yang belajar adalah organisasi yang dapat mempertahankan pertumbuhan dengan memastikan bahwa karyawannya terus berkembang dan mampu menghadapi tantangan baru.” Program pelatihan berkelanjutan yang terstruktur dan relevan akan membantu karyawan meningkatkan keterampilan mereka seiring dengan perubahan dalam organisasi.

Selain itu, program pelatihan yang berkelanjutan juga memberikan sinyal kepada karyawan bahwa organisasi menghargai pengembangan mereka. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas karyawan, serta menciptakan budaya kerja yang lebih positif. Dalam jangka panjang, pelatihan dan pengembangan yang konsisten akan memastikan bahwa SDM selalu siap untuk menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks, serta mendukung pertumbuhan organisasi secara berkelanjutan.

Menciptakan Sistem Promosi yang Transparan

Transparansi dalam sistem promosi sangat penting untuk memastikan bahwa karyawan merasa dihargai atas kontribusi mereka. Menurut Prof. Edgar Schein, seorang pakar budaya organisasi, “Sistem promosi yang adil dan transparan adalah dasar dari budaya organisasi yang sehat.” Karyawan yang tahu bahwa promosi didasarkan pada kriteria objektif, seperti kinerja dan keterampilan, akan lebih termotivasi untuk bekerja keras dan mengembangkan diri. Ini juga membantu mencegah rasa frustrasi di kalangan karyawan yang merasa diabaikan atau diperlakukan tidak adil.

Sistem promosi yang transparan tidak hanya membantu meningkatkan moral, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang lebih inklusif dan kompetitif secara sehat. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang merasa memiliki peluang yang adil untuk berkembang dalam organisasi cenderung lebih loyal dan produktif. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk memastikan bahwa proses promosi diatur dengan jelas dan dipublikasikan secara terbuka, agar setiap karyawan memiliki pemahaman yang sama tentang kriteria yang diperlukan untuk maju.

Manajemen Stres dan Kesehatan Mental.

Perhatian terhadap kesehatan mental karyawan sangat penting untuk memastikan kinerja yang optimal di tempat kerja. Dr. Cary Cooper menyatakan bahwa “Kesehatan mental karyawan adalah aset terbesar yang dimiliki organisasi.” Ketika organisasi menyediakan program manajemen stres atau konseling bagi karyawan, mereka tidak hanya membantu mengurangi stres tetapi juga meningkatkan kepuasan kerja secara keseluruhan. Karyawan yang merasa didukung oleh organisasi mereka cenderung memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan.

Organisasi yang memprioritaskan kesehatan mental karyawan akan menikmati manfaat jangka panjang, seperti tingkat absensi yang lebih rendah, retensi karyawan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas. Ini juga membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif, di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara tentang tantangan yang mereka hadapi dan mencari bantuan bila diperlukan. Organisasi harus memastikan bahwa program kesehatan mental menjadi bagian integral dari strategi SDM mereka untuk mendukung kesejahteraan karyawan di era modern yang penuh tekanan ini.

Membangun Budaya Kerja yang Inklusif dan Mendukung.

Budaya kerja yang inklusif dan mendukung merupakan fondasi bagi keberhasilan jangka panjang organisasi. Prof. Amy Edmondson dari Harvard Business School menjelaskan bahwa “Tim yang inklusif memiliki tingkat inovasi dan kolaborasi yang lebih tinggi.” Ketika karyawan merasa dihargai dan didukung, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Organisasi yang berhasil membangun budaya ini akan menciptakan lingkungan kerja yang positif, di mana setiap karyawan merasa memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.

Dalam jangka panjang, budaya kerja yang inklusif akan meningkatkan keterlibatan karyawan, mengurangi tingkat turnover, dan meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk secara aktif membina budaya yang mendukung, di mana komunikasi terbuka dan umpan balik konstruktif menjadi bagian dari keseharian kerja. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan berkembang, organisasi dapat memastikan bahwa pertumbuhan menjadi bagian penting organisasi. Menurut Dr. Edgar Schein, seorang ahli dalam bidang budaya organisasi, “Budaya organisasi adalah elemen kunci yang dapat membantu atau menghambat pencapaian tujuan bisnis.” Schein menekankan bahwa budaya kerja yang sehat akan menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang, bahkan di tengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat.

Untuk menciptakan budaya kerja yang mendukung, organisasi perlu mendorong komunikasi yang terbuka dan transparan, serta memberikan umpan balik yang konstruktif kepada karyawan. Pengakuan atas prestasi individu dan tim juga harus menjadi bagian dari budaya sehari-hari di tempat kerja. Organisasi yang menghargai kontribusi karyawan dan secara aktif berusaha untuk menciptakan iklim kerja yang inklusif akan lebih mampu mempertahankan SDM berkualitas di tengah pertumbuhan yang pesat. Seiring dengan itu, karyawan yang merasa didukung oleh organisasi cenderung memiliki komitmen yang lebih tinggi dan lebih siap untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan jangka panjang organisasi.

Fenomena di mana organisasi yang berkembang menyengsarakan SDM yang tidak berkembang merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh banyak institusi di era modern ini. Ketidaksesuaian antara kemampuan karyawan dan tuntutan pekerjaan, kurangnya pengembangan SDM, diskriminasi dalam promosi, serta tekanan kerja yang berlebihan adalah beberapa penyebab utama masalah ini. Tanpa intervensi yang tepat, masalah-masalah ini dapat merusak moral karyawan, mengurangi produktivitas, dan menghambat pertumbuhan organisasi itu sendiri.

Untuk mengatasi tantangan ini, organisasi perlu menerapkan solusi yang berfokus pada pemberdayaan karyawan, baik melalui pelatihan yang berkelanjutan, sistem promosi yang adil dan transparan, serta manajemen stres yang efektif. Selain itu, menciptakan budaya kerja yang mendukung menjadi elemen penting untuk memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan didukung dalam mencapai potensi penuh mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. David Ulrich, “SDM yang sehat dan berkembang adalah fondasi bagi kesuksesan organisasi.” Dengan demikian, investasi dalam pengembangan SDM tidak hanya bermanfaat bagi karyawan itu sendiri, tetapi juga bagi keberlanjutan dan kesuksesan organisasi di masa depan.

Pada akhirnya, organisasi yang berkembang secara efektif adalah organisasi yang mampu membawa seluruh anggotanya dalam proses perubahan dan pertumbuhan. Dengan pendekatan yang tepat, kesenjangan antara pertumbuhan organisasi dan perkembangan SDM dapat diatasi, menciptakan sinergi yang menguntungkan semua pihak untuk bertransformasi.

Rujukan:

1. Kotter, J.P., Leading Change. Harvard Business Review Press.

2. Ulrich, D., & Brockbank, W., The HR Value Proposition. Harvard Business Review Press.

3. Kanter, R.M., Confidence: How Winning Streaks and Losing Streaks Begin and End. Crown Business.

4. Covey, S.R., Principle-Centered Leadership. Free Press.

5. Senge, P.M., The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization. Doubleday.

6. Cooper, C.L., & Cartwright, S., Healthy Mind: A Guide to Managing Stress in the Workplace. Wiley.

7. Edmondson, A.C., Teaming: How Organizations Learn, Innovate and Compete in the Knowledge Economy. Crown Business.

8. Maslach C., & Leiter M.P., Burnout. Harvard Business Review Press.

9. Schein E.H., Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass.