Published On: 28 September 2022Categories: Berita, Headline

Pembukaan Kegiatan Capacity Building ASN BBPMP Jawa Tengah: Dr. Tartib Supriyadi,M.Pd. Nugraheni Triastuti, S.E., M.Si. Dr. Alif Nurhidayati,M.Pd. dan Para Peserta Capacity Building, hari Selasa (27/9/22)

Semarang. BBPMP Jateng. Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (BBPMP Jateng) menyelenggarakan Capacity Building Pegawai pada hari Selasa, tanggal 27 September 2022. Di Ruang Aula Gedung Mohammad Hatta, Lt 3, Jl. Kyai Maja, Srondol Kulon, Semarang.

Sasaran kegiatan adalah calon petugas Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) II, sejumlah 103 orang. 3 orang Wali Wilayah Penjaminan Mutu Pendidikan per kabupaten/kota. 1 Orang dari unsur Widyaprada dan 2 orang dari unsur pelaksana.

Menemukenali Karakteristik  Masalah

Dalam sambutan pengarahan, Kepala BBPMP Jateng, Nugraheni Trisatuti SE, M.Si. menyampaikan bahwa fokus BBPMP Jateng adalah memberikan bantuan dan fasilitasi kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan Pendidikan melalui pendampingan konsultatif dan asimetris.

Pendampingan yang spesifik sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing daerah. Dalam menyiapkan hal ini, salah satunya seperti yang dibahas di dalam apel Senin kemarin. Kita melakukan Power Map.

“Memetakan kharakteresitik stakeholders Pendidikan di daerah yang menjadi kunci dalam keberhasilan komunikasi dan koordinasi kita.”, terang orang nomor satu di BBPMP Jateng ini.

Ditegaskan juga oleh ASN yang sebelumnya bertugas sebagai Kabag Umum ini bahwa Wali Wilayah musti mampu menemukenali kharakteristik permasalahan yang terjadi di wilayahnya masing-masing.

“Saya coba analisis hasil pengisian instrumen Pendampingan IKM I. Pilihan jawabannya adalah Sangat Paham, Paham, Cukup Paham, Kurang Paham. Peserta rata-rata memilih Cukup Paham. Pertanyaanya adalah yang dimaksud Cukup Paham itu seperti apa. Belum begitu jelas rincian permasalahan dari jawaban seperti itu. Instrumen dengan jawaban general seperti itu akan menyulitkan dalam pendampingan asimetris “ papar ASN yang memulai karir sejak tahun 2000 di BPG Semarang yang akhirnya berubah nama menjadi LPMP dan BBPMP Jateng ini.

Lebih jauh, dijelaskan bahwa instrumen sebaiknya diterjemahkan ke hal-hal yang lebih spesifik. Untuk menggali lebih jauh permasalahan yang muncul di masing-masing wilayah. Hal ini akan memudahkan rumusan pendampingan selanjutnya. Lebih solutif, right to the problem.

Bahan Pendampingan IKM

Bahan pendampingan IKM II ini bisa dikaitkan dengan Rapor Pendidikan yang memuat Literasi, Numerasi, Indeks karakter, Iklim Sekolah hasil Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar).

“Dari peta kondisi pada rapor tersebut, akan muncul kebutuhan yang spesifik yang akan didampingi, misal iklim kebinekaan, iklim kemanan, dan indeks karakter. Yang berdampak pada capaian hasil belajar: capaian literasi numerasi”. Sambungnya.

Logikanya adalah capaian hasil belajar dipengaruhi oleh iklim kebinekaan dan keamanan. Solusinya dengan Implementasi Kurikulum Merdeka, yang pada gilirannya akan berhasil, bisa meningkatan hasil belajar. Kenyataannya, pada saat ini banyak sekolah yang memilih opsi Kurikulum Merdeka, pembelajarannya belum banyak melakukan perubahan. Meski sudah masuk Platform Merdeka Mengajar (PMM).

“Ikut pelatihan mandiri secara online. Pendampingan IKM kedua ini untuk menajamkan proses perbaikan proses pembelajaran untuk percepatan pencapaian hasil belajar, yang ditun jukan oleh hasil Asesmen Nasional nanti”. Tandanya lagi.

Saat pelaksanaan pendampingan, sebelum penjabaran yang lebih detail kepada sekolah maupun pemda, perlu dilakukan dengan pemetaan kondisi peserta.

“Dibangun dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik. Yang menggiring kepada pemahaman tentang literasi dan numerasi. Pertanyaan literasi tidak harus selalu njujug ke literasi itu sendiri. Bisa dengan ilustrasi yang lebih memberikan gambaran detail tentang pemahaman literasi”. Pesannya lagi.

Misalnya dengan memberikan soal-soal literasi dan numerasi kepada guru-guru kita, untuk mengukur sejauh mana pemahaman guru tersebut. Terkait konten, konteks dan alur berfikir dalam menjawabnya.

“Hal ini akan bisa memotret kompetensi guru-guru kita. Setelah tahu potret tersebut, baru melangkah kepada hal-hal yang memperdalam pemahaman dan kompetensi”, papar pucuk pimpinan yang sedang menyelesaikan Program S3 UNDIP ini.

Penjelasan materi CB selanjutnya disampaikan oleh Dr. Alif Noorhiayati, M.Pd. dilanjutkan dengan diskusi dengan semangat.

“Kita akan bersama-sama untuk memformulasikan apa yang akan dilakukan. Bahan-bahan sudah disiapkan oleh tim. Yang saya paparkan ini sekedar sebagai model. Usulan, tambahan dipersilahkan. Sifatnya sangat terbuka. Sehingga akan dilakukan pendmapingan yang bersifat asimetris dan konsultatif sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah” ujar widyaprada yang sebelumnya menjabat sebagai widyaiswara ini. (Dar)