Published On: 16 November 2023Categories: Artikel, Artikel Pendidikan, Artikel Populer, Berita, Feature Motivasi, Headline

Oleh: Dr MRT ( Dr. Mampuono  R. Tomoredjo)

Ditulis dengan strategi Tali BambuApus Giri

Lanjutan…

Lima Cara Bermental Bola Bekel

Kita mungkin mengalami bullying, rongrongan, fitnah, di-kampanye hitam-kan, dicitrakan buruk, diolok-olok, atau dikenai perlakuan-perlakuan uji mental yang lain. Namun dengan menggunakan filosofi bola bekel maka bantingan-bantingan yang diberlakukan untuk mental kita bukannya menjadikan kita terpuruk, tetapi justru menjadikan kita melenting lebih tinggi. Lalu, bagaimana caranya bermental bola bekel? 

Yang pertama, sebagai orang yang beriman kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang kita alami tidak pernah lepas dari perencanaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Man proposed, God disposed atau meminjam pepatah Arab yang diajarkan almarhum Bapak Dr. Makhali (dulu Kepala LPMP Jateng) kepada penulis, Annasu bitafkir, wallahu bitaqdir. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Kepercayaan itu harus bulat utuh sebagaimana bulat dan utuhnya sebuah bola bekel. Tidak ada sesuatupun di dunia ini, meskipun itu adalah seekor semut kecil hitam yang tengah  melata di tengah malam gelap gulita, yang bergerak tanpa kehendak-Nya. Maka apapun kejadian yang menimpa kita, baik itu yang membahagiakan maupun yang menyusahkan, kita harus percaya bahwa semua itu memang sudah direncanakan-Nya.

Yang kedua, kita  harus meyakini bahwa sebenarnya bantingan-bantingan mental itu adalah sebuah ujian. Tuhan mengatakan, janganlah kamu mengatakan dirimu beriman sebelum kamu diuji. Jadi kita bahkan belum dianggap menjalankan langkah  pertama di atas, yang juga merupakan  salah satu bentuk refleksi keberimanan kepada Tuhan, bila kita belum mengalami ujian. Sebagaimana kita ketahui, ujian biasanya diberlakukan bagi mereka yang ingin  naik tingkat. Maka jika kita ingin naik ke tingkat yang lebih tinggi  kita harus lulus ujian. Jadi seperti bola bekel yang harus melewati petugas quality control sebelum dilepas ke pasaran, bola bekel tersebut harus memiliki bentuk yang bulat sempurna dan tingkat kelenturan sesuai standar. Bola tersebut akan diuji kelenturannya dengan dibanting-banting dengan alat khusus. 

Yang ketiga, kita harus senantiasa mempersiapkan dan menata mental kita agar resist terhadap semua bantingan dengan cara menciptakan tameng atau perisai kata-kata.  Melalui penggunaan kata-kata yang tepat untuk memaknai ujian-ujian kehidupan yang sering terjadi, kita akan menjadi lebih nyaman dalam menjalani masa-masa sulit.    Ada emosi yang terkandung di dalam setiap kata, maka cara yang paling tepat untuk menyikapi  kejadian “buruk” agar kita tetap fokus pada tujuan hidup adalah dengan memilih kosa kata yang positif untuk memaknai kejadian tersebut. Misalnya sebagai ganti kata ditipu atau di fitnah kita bisa menggunakan kata sekolah kehidupan.  Sebagai ganti sulit atau tidak bisa, kita bisa menggunakan kata menantang, dan sebagainya. Ibaratnya, kemanapun dan dimanapun bola bekel dilontarkan ataupun dibanting, baik ke atas, ke bawah, ke kanan maupun ke kiri,   maka dengan adanya tameng berupa permukaan bola bekel yang pejal namun lentur maka yang dilakukan bola bekel adalah melenting dan memantul beberapa kali, lalu menggelinding untuk akhirnya diam karena mencapai posisi stabil.

Yang keempat, jangan mudah menyerah. Kita sering kali menghentikan usaha kita padahal  keberhasilan sudah berada di ujung mata,  hanya saja  kita tidak menyadarinya. Kita merasa bahwa kita sudah berusaha keras siang dan malam, memeras tenaga dan pikiran, mengerahkan segala daya upaya tanpa mengenal lelah, bahkan jika perlu diiringi keringat dan air mata darah,   tetapi apa yang diharapkan sepertinya masih jauh dari jangkauan. Nyalakan api semangat untuk terus melakukan usaha yang terbaik sebelum apa yang kita targetkan dapat diraih. Jadikan bantingan mental yang kita alami seperti olokan, cibiran, bullying, fitnah, dan segala kata yang merendahkan (verbal harassment)  sebagai bahan bakar untuk menyalakan api dendam positif. Sebuah dendam untuk membuktikan bahwa sebenarnya kita tidak serendah, seremeh, dan seburuk apa yang orang tuduhkan kepada kita. Bola bekel setelah dibanting akan melenting lebih tinggi dan memantul terus-menerus sampai benar-benar kehilangan momentum. Jadi, jangan pernah menyerah sebelum mencoba untuk mengerahkan segala potensi yang ada. Kita harus melakukan usaha sebaik mungkin sementara biarlah penentu akhirnya adalah Tuhan yang maha menyaksikan.

Yang kelima, pertinggi sikap syukur atas apa yang sudah digariskan oleh Tuhan untuk kita alami,  karena sesungguhnya di dalam syukur ada kuasa penciptaan dari Allah SWT. Nikmat Tuhan akan ditambahkan apabila kita bersyukur. Prinsip yang harus diambil adalah apapun kejadiannya, semua itu tidak penting, yang paling utama adalah bagaimana kita bersyukur atas setiap kejadian tersebut. Ada banyak cara untuk memunculkan rasa syukur di dalam hati. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kata untung dan menggunakan  kondisi yang lebih buruk sebagai pembanding dengan kondisi kita saat ini. Jika kita membandingkan kondisi kita dengan kondisi yang lain yang jauh lebih menderita, bahkan jauh lebih mengerikan daripada kondisi kita saat ini, maka dengan segera kita akan merasa betapa beruntungnya kita. Maka saat itu pula akan muncul rasa syukur dalam hati. Contohnya, suatu ketika kita dibully karena tidak bisa menjalankan komputer. Sikap yang harus kita ambil adalah menjadikan bullying tersebut sebagai pemicu untuk belajar komputer. Kita harus bersyukur karena ada orang yang mengingatkan kita. Untung orang tersebut telah membangunkan macan di dalam pikiran kita sehingga ketika kita sungguh-sungguh bukan tidak mungkin kemampuan kita justru akan melejit melampaui orang orang yang mem-bully kita. Jika kita mengibaratkan diri sebagai sebuah bola bekel maka  bola bekel yang bisa melenting dan memantul dengan baik akan menyebabkan banyak anak   memilihnya untuk bermain. Semakin bagus pantulan dan lentinganya, semakin banyak pula bola itu digunakan untuk bermain. 

Dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan bantingan, kita seharusnya belajar dari filosofi bola bekel. Seperti bola karet yang semakin dibanting, semakin melenting, demikian pula kita harus mampu melawan tantangan dengan semangat yang tidak padam. Hidup ini seperti permainan, terkadang kita dihadapkan pada bantingan-bantingan mental yang dapat mengguncang keberanian dan keyakinan kita. Namun, jika kita memiliki ketangguhan mental seperti bola bekel, kita dapat melampaui setiap kesulitan dengan kemantapan dan keuletan. Sejatinya, setiap bantingan adalah ujian, dan dengan lima langkah bermental bola bekel, kita dapat meresponnya dengan bijaksana: pertama, percaya pada perencanaan Tuhan; kedua, lihat setiap bantingan sebagai ujian; ketiga, persiapkan mental dengan kata-kata yang membangun; keempat, jangan pernah menyerah, tetaplah berusaha; dan kelima, tingkatkan sikap syukur atas setiap kejadian. Dengan demikian, kita dapat menjadi seperti bola bekel yang semakin dibanting, semakin melenting, dan terus bersinar di tengah kerasnya kehidupan.

So, jadilah seperti bola bekel. Semakin dibanting, semakin melenting. Dr.Mampuono R. Tomoredjo M.Kom.

 

 

***

(Penulis, Dr. MRT atau Dr. Mampuono R. Tomoredjo, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC (Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas), dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Penulis juga pernah menjadi juara Guru Inovatif Asia Pasific Microsoft yang terus berbagi tentang penggunaan ICT Based Learning ).