Published On: 21 January 2021Categories: Artikel Populer, Headline

Lulud Prijambodo Ario Nugroho

PTP LPMP Jawa Tengah

 

Awal Tahun 2021, kembali disampaikan edaran oleh pemerintah, terkait dengan proses pembelajaran.  Dalam edaran tersebut, salah satunya menjelaskan bahwa pembelajaran di SD, SMP, SMA dan SMK masih berlanjut….daringnya. Ya, pembelajaran daring merupakan bagian dari pembelajaran jarak jauh. Untuk saat ini, proses belajar ini  merupakan pilihan terbaik, walau jauh dari kemudahan. Terbayang bagaimana susahnya orang tua, repotnya guru dalam menyiapkan sebuah proses pembelajaran, dan galaunya para peserta didik. ‘Kok Galau”, iyalah karena ekspresi dan beragamnya tanggapan peserta didik sebagian peserta didik bersukacita karena Pembelajaran Jarak Jauh, Sebagian peserta santai, cuek, dan banyak juga peserta didik menunjukkan ekspresi ke”tidak puas”an terhadap kondisi saat ini.

Apakah guru memang betul-betul repot dalam menyiapkan sebuah proses pembelajaran. Tentu saja sangat repot. Betapa tidak, tugas mereka bertambah, karena beban mereka juga bertambah, diantaranya, mereka harus menyiapkan konten belajar, mereka harus menyiapkan strategi supaya tidak bosan Ketika mengiktui proses pembelajaran daring, mereka harus menyiapkan rposedur supaya para orang tua juga tetap setia membantu guru dalam mendampingi putra-putrinya saat belajar.

Proses belajar, prinsip utamanya adalah pemberian suatu makna bagi peserta didik setelah melakukan suatu rangkaian kegiatan belajar secara terstruktur. Mengapa terstruktur, menurut pemahaman penulis, pembelajaran merupakan kegiatan belajar dengan struktur yang jelas dan terencana. Proses pembelajaran akademis, merupakan kegiatan terencana, bukan sekonyong konyong, sehingga hasil belajarnya dapat diukur dengan tepat.

Pada tulisan ini sengaja mengajak guru untuk mengingat Kembali tentang tiga model pembelajaran dasar. Ketiga model pembelajaran itu merupakan model pembelajaran yang dibedakan atas dasar lingkungan belajarnya, yaitu model pembelajaran tatap muka, model pembelajaran daring dan model pembelajaran blended. ketiga model pembelajaran kita ulas secara sederhana, sehingga dapat memberikan deskripsi singkat tentang karakteristik masing masing model. Harapannya tentu saja dapat memudahkan sekolah maupun guru dalam merancang proses belajar para peserta didik. Pola belajar terencana inilah pembeda antara anak belajar secara autodidak atau sekolah. mengapa sekolah ? karena model pembelajaran tiga Menara cocok jika dikembangkan di tingkat sekolah, syaratnya tentu saja guru harus menguasai penerapan ketiga model pembelajaran dasar.

[caption id="attachment_4626" align="aligncenter" width="553"] Gambar 1. Tiga Menara[/caption]

 Tujuan

Memberikan deskripsi kepada pembaca mengenai karakteristik model pembelajaran tiga Menara. Adapun model pembelajaran tiga Menara dikembangkan berdasarkan tiga model pembelajaran dasar yang berkembang saat ini,  yaitu model pembelajaran tatap muka, model pembelajaran daring dan model pembelajaran blended.

 

Model Pembelajaran Tiga Menara

Tugas guru yang utama adalah memberikan makna pada setiap proses pembelajaran. Terlepas pada model pembelajaran apapun yang mereka pilih. Model pembelajaran tiga Menara, merupakan penggabungan tiga model pembelajaran menjadi satu model. Ketiga model tersebut dipilih berdasarkan pada perkembangan kondisi belajar, yaitu menggunakan tiga lingkungan belajar yang berbeda. Ketiga lingkungan belajar berbeda itu tentu saja akan memunculkan perbedaan strategi pembelajaran, walaupun pendekatannya sama. Strategi pembelajaran utama pada model pembelajaran tiga menara adalah strategi pembelajaran tatap muka, online dan blended.

Strategi pembelajaran tatap muka, online maupun blended, selama ini kita kenal dengan pembelajaran tatap muka, pembelajaran online dan pembelajaran blended. Ketiga model ini biasanya dibahas secara terpisah, karena lingkungan belajar berbeda. Masing-masing strategi pembelajaran, pada saat itu telah berkembang sesuai dengan lingkungan belajarnya. Perbedaan lingkungan belajar, berakibat pada perbedaan pendekatan, strategi, metode, taktik pembelajaran. Bahkan, perangkat pembelajarannya pun berbeda, baik itu RPP, sumber belajar maupun media pembelajaran.  Bagi guru penerapan ketiga strategi pembelajaran ini, tentunya sudah merupakan hal biasa. Sebagai pengingat kita bersama, dibawah disajikan beberapa rincian tentang penerapan strategi pembelajaran tiga Menara.

Gambar 2. Perkembangan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran tatap muka, berkembang pada lingkungan belajar dalam ruang kelas. Strategi pembelajaran berkembang dalam rangka mempermudah proses belajar bermakna, saat peserta didik belajar dalam ruang kelas. Saat itu telah berkembang beragam model pembelajaran, dengan berbagai pendekatan, metode dan taktik mengajar. Berkembang pula beragam media pembelajaran dan sumber belajar. media pembelajaran dan sumber belajar berkembang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta model pembelajaran yang digunakan oleh guru. tapi ada satu kesamaan muncul pada penggunaan strategi pembelajaran tatap muka, yaitu guru masih berfungsi sebagai sumber belajar utama.

Strategi pembelajaran dalam jaringan (daring/ online). Seiring dengan perkembangan komunikasi yaitu internet, maka berkembang pula strategi pembelajaran daring. Strategi berkembang, karena berkembang pula lingkungan belajar. sekarang telah berkembang lingkungan daring. Baik itu menggunakan HP android, Ios ataupun internet. Dewasa ini telah berkembang banyak media social, mulai dari facebook, Whatsapp, dan masih banyak pula. Pada saat itulah muncul suatu ide, mengapa pembelajaran tidak dikembangkan melalui medsos, bisakah? Dan saat ini telah terbukti bahwa jaringan internet juga dapat dikatakan sebagai lingkungan belajar, serta “internet” menjadi bermanfaat untuk mengembangkan proses belajar bermakna. Strategi pembelajaran daring ini, segala macam pendekatan, metode dan taktik pembelajaran pada strategi tatap muka dapat diimplementasikan. Bahkan telah berkembang satu pendekatan baru yaitu pendekatan pembelajaran konektivisme. Suatu pendekatan yang berprinsip bahwa peserta didik dapat terhubung secara langsung dengan siapapun dalam jaringan. Peserta didik dapat menggali informasi belajarnya kepada siapapun dan apapun, asal terkoneksi dengan internet.

Strategi pembelajaran blended merupakan strategi belajar bauran atau campuran antara tatap muka dan daring. Akan tetapi konsep blended pun sekarang berkembang, yaitu konsep belajar langsung dan tidak langsung. Wah, “rada keder” juga kalo sudah sampai disini, karena guru banyak yang terkecoh dengan istilah tatap muka, daring, belajar langsung dan tak langsung. Karena konsepnya baur, maka dapat dipastikan penerapannya menjadi kacau balau. Bagaimana belajar peserta didik, disini penulis lebih suka mengggunakan istilah “like a teacher like a student”. Untuk memudahkan pemahaman guru terhadap proses pembelajaran blended, disajikan gambar tentang penerapan strategi pembelajaran ini.

Gambar 3. Strategi Pembelajaran Blended dan turunannya

Pada gambar 3, dijelaskan tentang strategi belajar sederhana antara offline dan online pada strategi blended diawal muncul. Pembelajaran blended dikembangkan dalam rangka memanfaatkan lingkungan belajar yang ada saat itu, yaitu lingkungan belajar offline dan lingkingan belajar online. Pola belajar dengan menggunakan strategi blended, dapat melatih kemandirian peserta didik dalam belajar. kemandirian belajar dapat terwujud, karena peran guru sebagai sumber belajar dikurangi. Pada saat yang sama, guru memberikan panduan panduan belajar bagi peserta didik, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Pada saat itu, belajar mandiri meliputi porses belajar secara offline (membaca buku, bereksperimen, bertanya ke teman sebaya bahkan sumber belajar (tokoh terkait dengan materi) tanpa fasilitasi dari guru. Selain itu peserta didik juga dapat mengembangkan pengetahuannya secara online (browsing melalui internet, eksperimen online bahkan wawancara langsung dengan pakar terkait pengetahuan melalui internet). Peserta didik belajar tanpa batas.

Proses belajar online pun, saat itu juga sudah berkembang proses belajar langsung (sinkronus), melalui virtual converence, chatting atau telepon. Sementara, proses belajar tidak langsung tetap juga masih dapat berkembang, karena kebutuhan sumber belajar utama tetap diperoleh dengan cara membaca. Nah saat ini, di era kenormalan baru, maka terjadi penyempitan lingkungan belajar. penyempitan terjadi karena berkembangnya suatu virus. Virus ini mampu memaksa manusia untuk mengurangi frekuensi pertemuan antar sesame manusia secara langsung (pertemuan tatap muka dihindari). Sehingga satu satunya lingkungn belajar aman saat ini adalah lingkungan belajar daring. Nah, pada kondisi ini, pertemuan sinkronus telah “dianggap” sebagai pembelajaran tatap muka, tentu saja dengan segala macam keterbatasannya.

Bagaimana kalau model pembelajaran tiga menara menjadi sebuah model pembelajaran untuk diterapkan pada tingkat sekolah?  Dapatkah, sebuah sekolah mengelola penerapan model pembelajaran di tingkat makro?

Model pembelajaran tiga Menara, dapat diterapkan dalam skala makro. Dlam hal ini untuk diterapkan di tingkat sekolah. Tentu saja untuk dapat menerapkan ditingkat sekolah, kepala sekolah perlu membentuk tim.  Sehingga dari penyiapan, pelaksanaan, supervisi sampai dengan evaluasi dapat diimplementasikan dengan baik. Nah setelah tim terbentuk, maka sekolah dapat mengikuti Langkah-langkah penerapan model pembelajaran tiga Menara. Langkah Langkah tersebut, disajikan pada bagian prosedur pembelajaran.

 

Tujuan Model Pembelajaran Tiga Menara

Tujuan dikembang model pembelajaran tiga menara ini adalah untuk memberikan alternatif model pembelajaran makro bagi sekolah, sehingga proses pembelajaran dapat lebih bermakna bagi peserta didik dan guru.

 

Lingkungan Belajar

Model pembelajaran tiga Menara, didesain karena lingkungan belajar yang berbeda. Akibat perbedaan lingkungan belajar tersebut, maka untuk dapat menerapkan model pembelajaran tiga Menara diperlukan lingkungan belajar yang beragam. Lingkungan belajar beragam, dapat membuat sekolah dan guru terampil dalam menerapkan beragam strategi pembelajaran, sesuai dengan situasi.

Apabila model pembelajaran tiga menara akan diterapkan pada tingkat sekolah, berarti sekolah juga perlu memunculkan kondisi belajar offline dan online. Selain itu pada lingkungan belajar ini juga dimunculkan satu budaya baru, yaitu budaya belajar. model akan sangat efektif, apabila diterapkan pada lingkungan yang sudah memiliki budaya belajar tinggi.

Sebenarnya pengikat hubungan guru dan peserta didik, adalah budaya belajar yang tumbuh di lingkungan sekolah, rumah ataupun masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut dapat dimunculkan dua lingkungan belajar utama, sebagai penopang berkembangnya model pembelajaran tiga Menara. Lingkungan tersebut adalah:

a. Lingkungan belajar dalam bentuk fisik, yaitu: tersedianya perangkat belajar dalam bentuk buku, laptop, PC, listrik, jaringan internet, sehingga proses pembelajaran dapat diwujudkan baik secara offline maupun online.

Adapun, penerapannya, sekolah tetap harus memperhitungkan ketersediaan lingkungan fisik tersebut sebagaimana disajikan pada gambar 4. Pada gambar disajikan matrik kebutuhan lingkungan belajar secara fisik. Pada gambar juga dimunculkan kondisi nyata, sehingga desain penerapan model pembelajaran mengacu kepada ketersediaan sarana tersebut.

Gambar 4. Matrik lingkungan belajar secara fisik

b. Lingkungan belajar dalam bentuk fisik, yaitu: budaya belajar. pada suatu lingkungan dimana budaya belajarnya sudah tinggi, maka dalam posisi apapun orang belajar mendapat penghargaan dan penghormatan tinggi. Wujud dari bentuk ini antara lain, guru selalu tekun mengupdate pengetahuan dan keterampilan, orangtua memberi waktu dan dukungan penuh kepada para peserta didik supaya belajar dimanapun berada, suasana kajian keilmuan tumbuh di sekolah maupun masyrakat, majelis musyawarah atau diskusi untuk membahas atau mendalami suatu pengetahuan sudah tumbuh. Dan tentu saja hal berarti dukungan kuat bagi para peserta didik untuk selalu belajar kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi seperti apapun. Belajar sudah merupakan kebutuhan bagi masyarakat.

 

Prosedur Pembelajaran

Prosedur penerapan model pembelajaran mikro dengan makro tentu saja berbeda. Pada penerapan model pembelajaran mikro, guru selain mengikuti prosedur pembelajaran dari model pembelajaran, mereka juga perlu mensinkronkan model pembelajaran tersebut dengan prosedur pembelajaran sesuai dengan standar proses kurikulum nasional, yaitu taat pada urutan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Penerapan model pembelajaran secara makro, guru tidak bisa menentukan sendiri. Penerapan model pembelajaran makro merupakan kerja tim. Penentu model pembelajaran apa yang akan digunakan oleh guru adalah tim, sehingga proses pembelajaran secara makro akan tampak elok. “ Eloksitas” ini akan muncul, jika diamati secara keseluruhan. Dan akibatnya tiap kelas akan menyajikan proses pembelajaran beragam. Sekalipun sekolah menerapkan proses pembelajaran secara daring 100%, diharapkan juga dapat tersaji proses pembelajaran berbeda dari tiap kelas daring.

Penerapan model pembelajaran tiga Menara, tentu saja memerlukan prosedur pelaksanaan. Apalagi untuk diterapkan secara makro. Pada bahasan ini disajikan prosedur sederhana untuk menerapkan model pembelajaran di tingkat makro. Prosedur disajikan pada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada 4 langkah untuk memastikan ketersediaan atau kesiapan pelaksanaan model pembelajaran tiga menara, yaitu:

  1. Ketersediaan perangkat fisik yang dimiliki sekolah;
  2. Kesiapan guru dalam membelajarkan peserta didik menggunakan beragam model pembelajaran pada lingkungan belajar berbeda;
  3. Kesiapan peserta didik dan orang tua dalam mengakomodir proses belajar bervariasi yang akan dialami oleh peserta didik.
  4. Membuat desain pelaksanaan model pembelajaran tiga Menara secara makro, sehingga setiap guru mengerti dengan jelas dia akan mengajar di kelas apa menggunakan model pembelajaran seperti apa, tentu saja tim perlu mendesain juga, bahwa model pembelajaran tersebut akan sesuai dengan materi dan media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah. sehingga proses pembelajaran menjadi nyaman. Pada kondisi ini ibaratnya adalah “ sekelompok driver bis siap menjalankan tugas membawa bis dan tujuan sesuai dengan desain para perancangnya” .

Oh iya…driver bis adalah sosok yang ahli, terampil dan mampu membuat keputusan penting, itulah sebabnya mereka dipercaya untuk mengemudikan angkutan umum dengan membawa nya lebih dari 20 orang. Untuk mendapat kepercayaan itu, tentu saja mereka harus mampu membuktikannya dengan memiliki SIM B 2 Umum. Padanan ini, menurut penulis cocok dengan keahlian dan keterampilan guru dalam mengajar. Guru tentu saja harus mampu membuktikan keahliannya dengan memiliki Pendidikan keguruan dan/ atau sertifikat guru profesional.

Secara sederhana, desain persiapan disajikan pada gambar 5

Gambar 5. Alur Persiapan Penerapan Model Pembelajaran makro

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksaan tentu saja guru perlu mengikuti prosedur yang ditetapkan secara timwork. Guru pada proses ini perlu menyesuaikan diri, sehingga apa yang guru lakukan tidak lepas dari rencana tim. Penyesuaian ini pasti sulit, tetapi jika seluruh komponen sekolah mampu mengikuti desain dengan baik, pasti diujungnya akan memberikan hasil baik pula. Dan team work juga tidak perlu khawatir, karena perubahan memang memerlukan waktu, tetapi jangan terlalu lama ya penyesuaiannya.

Gambar 6. Alur pelaksanaan penerapan model pembelajaran pada skala makro

Pada gambar 6, ditunjukkan alur kegiatan pembelajaran. Lengkah demi Langkah sudah dituliskan, guru tinggal melaksanakan. Inovasi pembelajaran ini, tentu saja memudahkan proses akselerasi proses pembelajaran beragam, sehingga peningkatan literasi dan budaya belajar dapat tumbuh maksimal.

Tahap Evaluasi

Evaluasi penerapan model pembelajaran sebaiknya dilaksanakan, sehingga kegiatan penerapan model pembelajaran dapat terukur dengan baik. Harapannya tentu saja adalah dapat meningkatkan penerapan model pembelajaran. Peningkatan dapat dilakukan pada kualitas penerapan model pembelajaran, peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan beragam model pembelajaran, keragaman media pembelajaran milik sekolah mungkin perlu ditambah, atau permasalahan dan kendala saat mengimplementasikan model pembelajaran. Tindakan evaluasi, juga merupakan Tindakan professional kolegial. Artinya merupakan Tindakan profesi dan dilakukan bersama sama. In sya Allah kegiatan ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran secara serempak dan berkelanjutan. Salah satu hasilnya tentu saja peningkatan hasil “AKM dan budaya belajar.

 

Penutup

Model pembelajaran tiga Menara merupakan model pengingat dan pengikat bagi kita tentang makna suatu pembelajaran. Saat ini, sepertinya sudah tidak ada batas lagi bagi guru dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Masalah tempat, waktu dan cara belajar sudah sangat fleksibel. Bahkan peserta didik jaman sekarang pun sudah bebas bertanya kepada guru, tanpa harus terikat pada posisi apa guru yang ditanya tersebut. Apakah guru itu lagi  “dhahar”, atau lagi berkendara, atau lagi bercengkarama dengan keluarga, atau lagi berkesibukan yang lain. Nah tiga model ini setidaknya menjadi pengingat bagi kita tentang perkembangan budaya belajar saat ini.

Prinsip dasar belajar adalah bermakna bagi guru dan peserta didik. Nah model pembelajaran ini, ditulis setidaknya sebagai pengikat, bahwa kunci belajar itu adalah hubungan bermakna antara guru dengan murid. Bukan dimana, bagaimana atau kapan terjadinya proses belajar itu. Hubungan bermakna yang terjalin antara “guru dengan murid” akan memberikan kesan mendalam bagi keduanya, sehingga tercapai suatu proses belajar bermakna, dan inilah budaya belajar yang sedang kita bangun saat ini.

Selain itu, pada kondisi milenial saat ini sudah saatnya penerapan suatu model pembelajaran tidak lagi dilakukan oleh guru secara perorangan. Penerapan model pembelajaran saat ini, sebaiknya dikembangkan dalam skala makro, dikembangkan oleh sekolah. Proses pembelajaran bermakna,  sudah saatnya menjadi perhatian utama sekolah. Hasil yang diharapkan tentu saja hasil belajar siswa dapat meningkat setara dengan kualitas proses pembelajaran.

 

Daftar Rujukan

Dwiyogo, Wasis D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Raja Grafindo.

Hwang, A. 2018. ‘Online and Hybrid Learning’, Journal of Management Education, 42(4), pp. 557–563. doi: 10.1177/1052562918777550

Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.

Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran; Teori dan Praktek di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ibnu, T, 2014. Mendesain model pembelajaran inovatif, progressif, dan konstektual : konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013. Jakarta: Kencana

Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.

Darmawan, D. (2014). Pengembangan E-Learning: Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Joyce, Bruce. 2009.  Models Of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Persada.