Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
PTP LPMP Jawa Tengah
Pada akhir 2003 telah dikembangkan satu model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah model BaKuliKan (Nugroho,2004). Model ini diberi nama sesuai dengan prosedur belajar yang dilalui oleh peserta didik selama proses pembelajaran, yaitu BAca-disKUsi-meLIhat- melakuKAN (BaKuLiKan). Akronim Bakulikan memang tidak diambil menggunakan tata penyingkatan baku, tapi bagaimana kita mudah mengingatnya sehingga model Bakulikan dapat mudah diterapkan di sekolah.
Tujuan awal pengembangan model Bakulikan adalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Pada hasil kajian awal, upaya yang harus dilakukan oleh guru supaya peserta didik nya dapat memiliki krativitas yang tinggi terdapat beberapa proses yang harus dilalui oleh peserta didik. Salah satu proses yang diambil pada model Bakulikan adalah upaya guru untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam memahami isi bacaan, atau sekarang kita kenal sebagai keterampilan literasi.
Keterampilan memahami isi bacaan yang seperti apakah, karena seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan literasi sekarang ini, ternyata juga sudah berkembang menjadi enam ranah, yaitu literasi membaca dan tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewargaan. Kalua mengacu pada konsep awal, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik pada pembelajaran fisika, maka keterampilan lebih difokuskan pada keterampilan literasi membaca dan keterampilan literasi sains. Berdasarkan beberapa penelitian lanjutan tentang penerapan model Bakulikan oleh teman sejawat, ternyata model pembelajaran ini juga relevan untuk diterapkan pada mata pelajaran selain IPA. Pada awalnya, model Bakulikan memang dikembangkan untuk memberikan alternative bagi guru fisika dalam memproses pembelajaran di kelasnya. Pelajaran fisika secara umum merupakan pelajaran yang menuntut ketelitian dan kekritisan peserta didik supaya mereka dapat memahami masalah secara detil. Akan tetapi untuk mengembangkan kreativitas, itu merupakan permasalahan baru bagi para pembelajar fisika. Mereka memerlukan model pembelajaran yang berbeda. Kebutuhan akan diperlukannya suatu model pembelajaran baru itulah, pada akhirnya memberi peluang bagi Nugroho untuk mengembangkan satu model pembelajaran baru. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata model pembelajaran Bakulikan memberi kesempatan bagi para peserta didik untuk dapat meningkatkan keterampilan membacanya, dan pada gilirannya meraka akan meningkat kreativitasnya.
Era milenial menyatakan, bahwa keterampilan memahami isi bacaan merupakan salah satu keterampilan mutlak. Keterampilan ini harus dikuasai oleh seluruh warga negara. Hal ini menunjukkan bahwa model Bakulikan masih relevan untuk digunakan saat ini. Hanya saja perlu diupgrade tentu saja. Saat ini Teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang pesat TIK), keterampilan literasi digital peserta didik juga perlu ditingkatkan. Berdasarkan fakta ini, maka upgrading model pembelajaran Bakulikan ke Model pembelajaran elektronik Bakulikan sudah merupakan hal wajar.
[caption id="attachment_4548" align="aligncenter" width="800"] Gambar 1. Model Pembelajaran Bakulikan[/caption]Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengenalkan satu pengembangan model pembelajaran daring BaKuLiKan kepada masyarakat Pendidikan, khususnya guru jenjang SMP.
Pembelajaran Elektronik BaKuLiKan
Model pembelajaran Bakulikan, tumbuh seiring dengan perkembangan pendekatan pembelajaran inkuiri dan konstruktivis. Perkembangan pendekatan pembelajaran saat itu tentu saja mempengaruhi pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran Bakulikan. Pendekatan pembelajaran konstruktivis merupakan suatu pendekatan pembelajaran terbuka. pembelajaran terbuka memiliki pengertian bahwa pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivis, akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membangun konsep pengetahuannya secara mandiri.
Pendekatan pembelajaran konstruktivis berkembang seiring dengan semakin banyak informasi, bahwa keberhasilan proses pembelajaran, tidak semata mata tergantung dari transfer informasi yang diberikan oleh guru ataupun alat komunikasi, melainkan lebih pada keterampilan interpersonal para siswa. keterampilan interpersonal ini lebih kita kenal sebagai gaya belajar peserta didik. Tiap peserta didik mempunyai gaya belajarnya sendiri sendiri, sehingga pembelajaran klasikal dengan strategi pembelajaran klasikal tentu saja akan ditinggalkan dan belajar mandiri model homeschooling akan berkembang pesat. Permasalahan mendasar pembelajaran model homeschooling adalah waktu luang orangtua. Dan seandainya mereka harus mengundang guru ke rumah akan menimbulkan biaya pendidikan yang terlalu tinggi. Tinginya biaya Pendidikan bukanlah hal yang popular bagi siapun, sehingga harus dikembangkan pula pola pembelajaran majemuk dalam satu kelas. Hal ini akan berakibat, bahwa pembelajaran di kelas akan dapat dinikmati oleh peserta didik dengan gaya belajarnya masing-masing.
Model Bakulikan merupakan model yang dikembangkan untuk dapat memberikan layanan peserta didik sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Guru perlu mengembangkan desain pembelajaran terbuka, saat menggunakan model Bakulikan. Media pembelajaran kompleks, pada saat itu sudah diisyaratkan untuk dimanfaatkan. Karena proses membaca dan memahami isinya sangat tergantung dengan bahan bacaan yang tersedia. Selain itu guru juga perlu merubah perannya sebagai “pemberi” menjadi “pengarah”hal ini biasanya akan lebih memberikan dampositif terhadap cara belajar peserta didik. Kesan “guru cerdas” harus kita hapus. Lebih baik guru berpenampilan “mbodoni”, atau “guru bodoh”.
Saat ini, telah berkembang satu pendekatan pembelajaran baru, yaitu pendekatan pembelajaran konektivis. Pendekatan pembelajaran ini berkembang seiring dengan berkembang pesatnya TIK. Pengaruh TIK sangat luar biasa. Hampir seluruh kehidupan kita saat ini selalu memanfaatkan TIK apapun itu. Dan kehidupan anak anak kita saat ini, pastinya juga dipengaruhi TIK. Pada akhirnya kita lah nanti yang harus mengajarkan TIK pada peserta didik kita, sehingga TIK dapat memberi pengaruh baik pada kehidupan generasi anak cucu kita. Atau lebih kita kenal dengan generasi milenial. Jangan sampai kita menjadi generasi anti TIK, “mboten”. Kita juga harus menyesuaikan diri dengan kemajuan TIK saat ini. Inilah yang dinamakan dengan pendekatan konektivis. Pengertian dasarnya, bahwa dalam suatu proses belajar bermakna, maka pembelajar dapat terhubung dengan “apapun” yang berada di sekitarnya. Hal ini berarti, pembelajar membangun konsep pengetahuannya dengan mengamati, menyerap informasi dan memanfaatkan informasi dari manapun. Terlepas disetujui oleh guru ataupun tidak. Proses belajar bermakna “kekinian” ini, akan merubah perilaku, karakter, budaya belajar, budaya hidup para “pembelajaran milenial”.
Pendekatan konektivis inilah yang merubah desain model pembelajaran bakulikan, dari model pembelajaran tatap muka menjadi model pembelajaran daring.
Tujuan Pengembangan Model
Beberapa tujuan pengembangan model pengembangan model pembelajaran elektronik Bakulikan yang dapat ditulis antara lain:
- Meningkatkan keterampilan literasi utamanya adalah tiga keterampilan, yaitu literasi membaca, keterampilan literasi digital dan literasi sains peserta didik;
- Meningkatkan kreativitas peserta didik;
- Memanfaatkan kemajuan TIK pada pembelajaran;
- Memberikan alternatif model pembelajaran elektronik bagi para guru;
- Memberikan gagasan bagi guru untuk selalu melakukan inovasi pada proses pembelajaran.
Lingkungan Belajar yang Mendukung
Pendekatan konektivis, mendukung pemanfaatan lingkungan belajar makro dan komperehensif. lingkungan belajar makro, berarti lingkungan belajar secara luas. Dengan lingkungan belajar makro berarti peserta didik dapat belajar tanpa terikat jam pelajaran di kelas. Lingkungan belajar komperehensif, berarti peserta didik dapat membangun pengetahauan dengan menyerap seluruh informasi yang tersedia di sekitarnya. Lingkungan belajar seperti ini, tentunya perlu peranan guru dalam “memoderasi” proses belajar peserta didiknya. Sehingga proses belajar dapat mengkoneksikan peserta didik dengan:
- peserta didik;
- narasumber yang kompleks;
- sumber belajar terbuka;
untuk mewujudkan konektivitas belajar maksimal, sekolah dan orang tua tentunya perlu menyediakan sarana TIK yang memadai.
Prosedur Pembelajaran
Prosedur pembelajaran elektronik Bakulikan sangat sederhana, proses belajar peserta didik hanya mengikuti kaidah membaca, berdiskusi, melihat dan melakukan. Namun, apasaja kegiatan peserta didik pada setiap tahap. Sementara itu, seperti diketahui oleh semua guru bahwa proses pembelajaran di Indonesia harus mengikuti kaidah EEK, yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Perubahan mendasar pada model pembelajaran elektronik adalah pada pendekatan pembelajarannya. Adapun prosedur pembelajaran yang digunakan sebenara masih sama dengan model bakulikan generasi awal. Tetapi, perubahan pendekatan tersebut, juga mengubah lingkungan belajar yang mendukung. Selain itu tentunya juga akan mengubah strategi pembelajaran, metode dan taktik pembelajarannya. Berikut ini kami rincikan prosedur pembelajaran elektronik Bakulikan secara sederhana.
a. Membaca
Proses membaca peserta didik merupakan proses eksplorasi. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada peserta didik waktu yang cukup. Kegiatan membaca bolah dilakukan di sekolah ataupun di rumah. Kegiatan membaca perlu dilakukan semaksimal mungkin pada jam diluar jam pelajaran. Strategi supaya peserta didik dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan target belajar mereka, tentunya dengan memberikan bahan bacaan yang cukup. Kegiatan membaca saat ini bukan hanya membaca teks, bahkan dengan meonton video atau berita yang beredar baik di televisi, media social atau bahkan mendengarkan berita, itu juga merupakan kegiatan membaca.
b. Berdiskusi
Berdiskusi merupakan kegiatan elaborasi. Beri kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan pengetahuannya pasca kegiatan membaca. Proses diskusi dapat membantu peserta didik dalam membangun konsep pengetahuannya. Dengan siapa peserta didik perlu berdiskusi, disinilah guru akan diuji keterampilannya dalam memoderasi proses belajar peserta didik. Mampukah guru untuk menghubungkan peserta didiknya dengan sesame peserta didik maupun narasumber ahli. Narasumber pakar pada keilmuan terutama pada keahlian, sesuai dengan pengetahuan target peserta didik.
c. Melihat
Melihat juga merupakan proses elaborasi, disini peserta didik diajak untuk melihat manfaat dari pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Pengetahuan biasanya akan lebih bermakna setelah peserta didik melihat dan memahami konsep pengetahuan tersebut.
d. Melakukan
Nah inilah keunikan model pembelajaran bakulikan. Kalo biasanya melakukan merupakan proses eksplorasi atau elaborasi, disini melakukan merupakan proses konfirmasi. Pada model bakulikan, peserta didik diajak untuk melakukan atau menunjukkan keterampilannya berdasarkan proses belajar yang sudah dilaluinya. Pada model ini, peserta didik mampu menunjukkan keterampilannya sebagai proses konfirmasi, bahwa “dia” telah menguasai materi pelajaran
Keunikan model pembelajaran elektronik Bakulikan ini, sepenuhnya disadari oleh pengembang, bahwa tidak semua mata pelajaran ataupun materi dapat diajarkan menggunakan model pembelajaran elektronik Bakulikan. Dan sebagai sebuah model pembelajaran elektronik, tentu saja semua prosedur pembelajaran tersebut dapat dilakukan secara daring.
Penutup
Model pembelajaran elektronik Bakulikan merupakan suatu model pembelajaran sederhana, mudah mudahan dapat dimanfaatkan oleh guru. Pemanfaatan TIK dalam suatu proses pembelajaran, tentu saja merupakan hal yang logis, karena TIK selalu mendampingi dunia anak anak kita di era milenial. Perlu bagi kita untuk mendampingi dan memberi teladan maupun arahan bagi para peserta didik, supaya mereka menjadi dewasa dan bijak dalam memanfaatkan TIK bagi tindak lanjut kehidupannya.
Uji lanjut mengenai penerapan model pembelajaran Bakulikan tentunya sangat diperlukan, sehingga dapat memberikan manfaat maksimal dalam upaya meningkatkan keterampilan literasi para peserta didik. Sebelumnya diucapkan terima kasih bagi para guru yang mau mencoba menggunakan dan mengembangkan model pembelajaran Bakulikan di kelasnya.
Daftar Rujukan
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Darmawan, D. (2014). Pengembangan E-Learning: Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Nugroho, LPA, 2004.Penerapan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. UNNES; Thesis. Semarang
N.A. Shofiah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Bakulikan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersikap Ilmiah Pada KOnsep Pemantulan Cahaya Kelas VIII. UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Vol. 5. No 1). Semarang.
Febriani. 2016. Pengaruh Strategi Pembelajaran Bakulikan Terhadap Hasil Belajar Pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri I Bajeng Barat. UIN.Jurnal Pendidikan Islam: Makasar