Lulud Prijambodo Ario Nugroho
Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Jawa Tengah
Keragaman bentuk mengkomunikasikan hasil belajar masih menjadi perbincangan fenomenal sampai saat ini. Sebagian guru, sudah pengin mengembangkan cara mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik secara beragam. Sementara Sebagian besar lainnya masih cenderung mempertahankan teknik berkomunikasi lama, yaitu membuat beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis, bentuknya dapat berupa tes pilihan ganda ataupun uraian kemudian peserta didik menjawab sesuai dengan permintaan. Komunikasi dengan cara ini, merupakan komunikasi sepihak. Selain itu ada juga guru yang sudah mulai mengembangkan cara mengkomunikasikan secara beragam, tetapi masih juga menyelenggarakan tes tertulis.
Terlebih pada masa pandemi, cara mengkomunikasikan hasil belajarpaling sederhana adalah memanfaatkan aplikasi google form atau from office 365. Menggunakan aplikasi tersebut, guru mendapat banyak kemudahan tentang cara mengetahui hasil belajar peserta didik, diantaranya adalah, apa yang ingin dikomunikasikan guru tinggal diketik, kemudian peserta didik menjawab juga melalui platform tersebut. Hasilnya sistem akan mengkoreksi secara sistem, dan penilaian serta analisisnya juga sudah tersaji. Cara berkomunikasi yang efektif, efisien dan hasil segera dapat diketahui.
Apakah cara tersebut merupakan cara berkomunikasi yang otentik? Guru, sebaiknya mulai mengembangkan cara mengkomunikasikan hasil belajar secara lebih kreatif dan dinamis. Mengapakah? Karena alat komunikasi dalam bentuk tes pilihan ganda, biasanya hanya berkomunikasi pada tahap hafalan dan pemahaman peserta didik. Sementara kecakapan abad 21 menuntut keterampilan peserta didik lebih dari sekadar menghafal dan memahami. Kecakapan abad 21 menuntut peserta didik untuk lebih kreatif dan dinamis lagi. Mereka perlu memiliki beragam cara untuk mengkomunikasikan keahlian mereka.
Saat ini, seiring dengan berkembangnya model pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik supaya mampu mengatasi assessmen yang bertjuan untuk keterampilan literasinya. Model pembelajaran ini biasa dinamakan pembelajaran siswa aktif. Penerapan model pembelajaran ini, guru perlu memberi keterampilan lebih kepada peserta didik. Guru harus mulai merubah total pola pembelajarannya, mulai dari cara merencanakan, melaksanakan serta cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Salah satu ciri pembelajaran ini adalah tingginya aktivitas belajar peserta didik. Tentu saja, aktivitas pembelajaran didesain supaya peserta didik dapat meningkat literasinya dan memiliki rasa percaya diri lebih tinggi.
Permasalahan mendasar model pembelajaran siswa aktif adalah bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik berbasis siswa aktif? Terlebih pada Pembelajaran blended berbasis siswa aktif. Selama proses pembelajaran jarak jauh, Sebagian besar guru sebenarnya sudah memaksimalkan aktivitas belajar peserta didik secara mandiri. Namun cara mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik masih terbatas. Hal ini terjadi, karena bentuk komunikasi hasil belajar belum berkembang secara maksimal.
Teknik berkomunikasi secara beragam sebenarnya sangat diperlukan pada pembelajaran blended siswa aktif. Keragaman cara mengkomunikasi hasil belajar, dapat meningkatkan kreativitas berpikir peserta didik. Selain itu juga peserta didik dituntut untuk mampu menyajikan kemamupuan yang diperolehnya saat melakukan pembelajaran dengan cara unik, menarik dan dapat menunjukkan profilnya atas hasil belajarnya. Saat ini, Platform untuk berkomunikasi sudah berkembang berkembang, dan dapat didesain sesuai dengan model pembelajaran.
Pada tulisan ini, pengembang bermaksud memberikan deskripsi tentang ragam bentuk cara mengkomunikasikan hasil belajar, beragam media dan cara mengkomunikasikan hasil belajar, sehingga hasil belajar maksimal dan literasipun meningkat.
Tujuan
Memberikan informasi mengenai ragam cara mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran blended.
Aktivitas Belajar Peserta didik
Aktivitas belajar merupakan kata kunci pada suatu proses pembelajaran. apakah itu pembelajaran secara tatap muka, atau daring dan bahkan daring, guru perlu menyiapkan desain aktivitas belajar peserta didik. Semakin menarik aktivitas belajar, tentunya akan semakin bermakna. Nah sebenarnya aktivitas belajar seperti apakah, supaya belajar peserta didik menjadi bermakna? Menurut skinner belajar adalah suatu perilaku saat orang atau peserta didik belajar tentang sesuatu, sehingga memberikan respon baik. Nah, dengan berlandaskan pada pengertian belajar itu, maka aktivitas belajar dapat memiliki arti sebagai serangkaian kegiatan belajar peserta didik dalam usahanya untuk memahami, atau mengerti atas suatu pengetahuan atau keterampilan baru.
Aktivitas belajar pada pembelajaran blended merupakan serangkaian kegiatan belajar terencana. perencanaan aktivitas belajar ini tentunya disiapkan oleh “guru” supaya peserta didik dapat memahami suatu pengetahuan atau pengalaman tertentu. Rangkaian kegiatan belajar blended, berarti guru menyusun rencana kegiatan belajar bagi peserta didik baik saat proses belajar mandiri ataupun saat didampingi oleh guru. Nah bermakna atau tidaknya suatu proses belajar, tentu saja sangat bergantung pada gaya belajar, lingkungan belajar dan desain aktivitas belajar yang disiapkan oleh guru.
Desain aktivitas belajar, biasanya dikemas oleh guru dalam satu paket pembelajaran dengan menerapkan satu model pembelajaran tertentu. Terlebih lagi pada penerapan model pembelajaran blended. desain aktivitas belajar, harus dipersiapkan sedetil mungkin, karena pembelajaran tidak sepenuhnya dapat didampingi oleh guru. Mengapa dikemas dalam model pembelajaran? Karena setiap model pembelajaran, biasanya memiliki aktivitas belajar yang berbeda.

Gambar 1. Pengembangan kegiatan belajar berdasarkan 5 M
Saat ini sudah banyak berkembang ragam model pembelajaran di kalangan guru bukan? Pada standar proses, telah diisyaratkan adanya 5 pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman tersebut biasa dikenal dengan istilah 5M, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Ketika guru sudah memutuskan untuk menggunakan satu model pembelajaran, maka mohon dicermati penggunaan 5 M tersebut diatur sesuai dengan tahap tahap pembelajaran. penggunaan 5M mengikuti pola yang sudah didesain oleh model pembelajaran, dapat berakibat proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Memang proses belajar menyenangkan belum tentu merupakan prose belajar sederhana bagi guru.
Demikian juga pada pembelajaran blended siswa aktif, pengalaman belajar 5 M, juga harus dapat diimplementasikan pada pembelajaran tersebut. Berikut disajikan satu bagan penerapan pembelajaran blended, dengan menerapkan 5 M. Pada bagan disajikan bagaimana menerapkan pengalaman belajar 5M pada model pembelajaran blended Inquiry. Pengalaman belajar disajikan dengan menggunakan warna hijau

Gambar 2. Diagram penerapan pembelajaran Blended dengan memberikan pengalaman belajar 5 M kepada peserta didik.
Ragam Bentuk Mengkomunikasikan Hasil Belajar
Mengkomunikasikan hasil belajar, merupakan hal yang lazim dilakukan pada suatu pembelajaran. salah satu cara paling mudah adalah guru memberikan beberapa soal dan peserta didik menjawab sesuai dengan permintaan guru. Nah, bentuk hasil belajar tersebut biasanya mengikuti model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Semakin beragam model pembelajaran blended disiapkan oleh guru semakin beragam hasil belajar peserta didik.
Menyampaikan hasil belajar secara variatif, termasuk proses berkomunikasi aktif. Semakin kreatif guru ataupun peserta didik, biasanya akan menghasilkan cara berkomunikasi beragam. Salah satu indikasi bahwa literasi peserta didik tinggi, adalah bervariasinya cara peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil belajarnya. Nah dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu mengembangkan teknik berkomunikasi. Sebagai contoh supaya guru dapat mengembangkan proses belajar siswa aktif, maka berikut ini disajikan ragam bentuk komunikasi yang dapat dikerjakan oleh peserta didik. Tentunya belum semua cara berkomunikasi yang tersedia dapat dirangkumkan. Dalam hal ini, pengembang yakin, bahwa guru akan dapat meningkatkan lagi keberagaman cara berkomunikasi tersebut.

Gambar 3. Ragam pengumpulan hasil belajar peserta didik
Pada gambar 3 disajikan beberapa bentuk pengumpulan tugas hasil belajar, diantaranya adalah video, poster, foto, laporan, produk karya inovatif, paparan power point dan beberapa pekerjaan yang dikumpulkan secara kolaboratif. Pengumpulan tugas hasil belajar merupakan salah satu bentuk berkomunikasi antara guru dengan peserta didik. Nah, setelah peserta didik sudah membuat dan mengumpulkan tugas tugas tersebut, menurut pendapat pengembang, guru tidak perlu membuat ulangan harian dalam bentuk soal terstruktur lagi. Ingat tujuan dari evaluasi hasil belajar menurut standar proses Pendidikan (pp no 57 tahun 2021 tentang standar nasional Pendidikan/ https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/165024/pp-no-57-tahun-2021 ).
Gambar 3 juga menyajikan bahwa produk peserta didik dapat ditautkan pada beberapa laman hypermedia secara gratis. Laman-laman tersebut memang selama ini sudah tersedia secara umum, hanya guru jarang memanfaatkan laman tersebut untuk kepentingan pembelajaran. laman yang dapat dimanfaatkan sebagai alat pengumpul tugas diantaranya adalah youtube, Instagram, facebook, whatssapp, seluruh fasilitas google dan tidak lupa tentunya office 365. Bahkan jika di kolaborasi dapat membuat nyaman guru, karena sistem koreksinya menjadi lebih mudah dan cepat. Bahkan peserta didik juga dapat melihat hasilnya secara bersama sama sebagai ajang koreksi diri, dan meningkatkan hasil belajarnya.
Pada beberapa sekolah, bahkan menambah dengan melibatkan LMS (learning Management System ) berbayar, tetapi tentu saja penggunaan LMS berbayar ini, tidak pengembang sarankan karena pemanfaatannya pasti memerlukan biaya tambahan. Tetapi bagi sekolah dengan peserta didik bersumber daya cukup, tentu saja pengembang tidak melarang juga.
Sebagai contoh, pada gambar 3 juga disajikan satu bentuk cara peserta didik mengkomunikasikan hasil belajarnya. Cara yang dipilih oleh peserta didik adalah membuat video dan mengunggahnya di youtube. Selama ini video pembelajaran dianggap sebagai proses belajar aktif bagi peserta didik. Tetapi setelah kami amati berulang ulang pada proses belajar bagi guru yang mengirimkan video saat peserta didik belajar mandiri. Dapat disimpulkan bahwa menonton video pembelajaran merupakan ranah belajar pasif. Karena peserta menonton video dan jarang peserta didik dapat meningkat keterampilan ataupun pemahamannya setelah menonton video. Namun, jika proses membuat video dikerjakan oleh peserta didik untuk menunjukkan kepahamannya pada suatu pengetahua atau keterampilan tertentu, maka proses membuat video menjadi suatu aktivitas belajar bagi peserta didik secara aktif. Berikut disertakan satu contoh pengumpulkan tugas dalam bentuk video. https://www.youtube.com/watch?v=pKF_UCExk8Y
Penutup
Demikian guru, deskripsi tentang ragam hasil belajar peserta didik saat melakukan pembelajaran siswa aktif. Proses pembelajaran boleh dilaksanakan dengan strategi daring, luring ataupun tatap muka terbatas, tetapi perhatikan bentuk hasil belajarnya. Pembelajaran siswa aktif akan memberikan hasil belajar beragam, sehingga guru juga sebaiknya mempersiapkan diri untuk dapat menerima ragam bentuk hasil belajar tersebut.
Pada akhirnya, segala keberagaman tersebut, diharapkan dapat meningkatkan literasi para peserta didik. Dengan literasi tinggi, tentunya juga dapat meningkatkan kreativitas berpikir peserta didik dan tentunya kecakapan berpikir kritis mereka. Yuks kita coba keragaman ini.
Daftar Rujukan
Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.
Dwiyogo, Wasis D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Raja Grafindo.
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Musfiqon HM, 2016.Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. Sidoarjo:Nizamia Learning Center
BPK-RI.2021. PP no 56 tahun 2021.https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/165024/pp-no-57-tahun-2021