Mencari Akar Masalah dan Solusi Tindakan Bullying dan Kekerasan Pelajar di Satuan Pendidikan
Oleh: Syaifulloh
Pengantar
Bullying, tindakan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan di antara sesama pelajar, telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Kasus-kasus bullying yang terjadi di berbagai tempat, dari Cilacap hingga Makassar, dari anak perempuan hingga anak laki-laki, dari kasus fisik hingga psikologis, menciptakan sorotan atas masalah serius ini. Kejadian tragis di mana seorang siswa terpaksa membakar sekolahnya karena tekanan bullying adalah contoh mengerikan dari dampak kejam perundungan. Bahkan, beberapa tahun yang lalu, kita menyaksikan kasus yang lebih mengerikan lagi, yaitu kematian seorang siswa yang akibatnya adalah bullying yang berlebihan. Sebuah pertanyaan mendasar pun muncul, mengapa pelaku bullying sepertinya kehilangan segala bentuk belas kasihan terhadap teman sekolah mereka sendiri?
Ketidakmampuan untuk merasakan belas kasihan dan empati terhadap sesama adalah salah satu ciri yang paling mencolok dalam perilaku pelaku bullying. Kasus-kasus yang disebutkan di atas menggambarkan tingkat kekejaman dan kejamannya yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa mereka yang melakukan bullying telah kehilangan sentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan dasar, seperti hormat-menghormati dan mendukung sesama. Namun, pertanyaan yang lebih mendalam adalah bagaimana kondisi ini bisa terjadi, dan apa yang mendorong pelaku bullying untuk melakukan tindakan yang begitu kejam?
Pengaruh lingkungan, tekanan sosial, dan kebutuhan untuk menonjol di antara teman-teman mereka dapat menjadi faktor yang memicu perilaku pelaku bullying. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihormati. Selain itu, pendekatan pendidikan yang efektif dalam mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan sikap peduli terhadap sesama juga memegang peranan penting dalam membentuk karakter siswa.
Kita juga perlu mengeksplorasi upaya konkret dalam mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan pendidikan. Salah satunya adalah melalui pembentukan satuan tugas anti bullying di setiap satuan pendidikan. Dengan langkah-langkah proaktif seperti ini, kita dapat berharap bahwa masalah bullying dapat dihentikan sebelum mencapai tingkat yang merugikan fisik dan mental para siswa. Selanjutnya, pendidikan yang berfokus pada penguatan profil pelajar Pancasila juga harus diuji lebih lanjut untuk memahami apakah dampaknya cukup signifikan dalam membentuk karakter siswa yang lebih baik.
Kesadaran akan kasus-kasus bullying yang terjadi di berbagai tempat harus mendorong kita untuk bertindak lebih proaktif dan kolaboratif dalam upaya mencegahnya. Memastikan bahwa setiap siswa merasa aman, dihormati, dan memiliki rasa keadilan adalah langkah awal yang penting dalam mengatasi masalah ini. Hanya dengan memahami akar permasalahan ini, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan yang menjadikan belas kasihan dan empati sebagai pilar utama dalam hubungan antarsesama pelajar.
Mengurai Akar Masalah Dengan Menggunakan Hasil Iklim Keamanan Rapor Pendidikan Satuan Pendidikan
Salah satu langkah penting dalam mengatasi akar masalah bullying adalah dengan memanfaatkan hasil Iklim Keamanan Sekolah yang terdokumentasi dalam rapor pendidikan. Iklim Keamanan Sekolah adalah salah satu faktor yang bisa memberikan wawasan tentang keamanan dan kenyamanan siswa di lingkungan pendidikan. Data ini mencakup berbagai aspek, seperti perasaan siswa terhadap teman-teman sebayanya, persepsi mereka terhadap guru dan staf sekolah, serta bagaimana mereka mengatasi situasi perundungan.
Dengan memanfaatkan hasil Iklim Keamanan Sekolah, para kepala sekolah dan pengambil keputusan di satuan pendidikan dapat mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang potensi masalah perundungan di sekolah mereka. Mereka dapat mengidentifikasi pola-pola perilaku tertentu atau tren negatif yang mungkin muncul, seperti apakah ada siswa tertentu yang sering menjadi pelaku atau korban bullying.
Selain itu, hasil Iklim Keamanan Sekolah juga dapat menjadi alat yang berguna dalam mendorong kesadaran di antara semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Guru, orang tua, dan siswa dapat bersama-sama mengkaji data ini untuk memahami bagaimana situasi keamanan di sekolah mereka dan bagaimana mereka dapat berperan dalam mencegah perundungan.
Penting juga untuk merangkul pendekatan yang holistik dalam mengurai akar masalah bullying. Hasil Iklim Keamanan Sekolah bisa menjadi salah satu bagian dari langkah-langkah yang lebih luas dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan ramah. Ini mencakup penerapan program-program anti-bullying, kampanye edukasi tentang empati dan kepedulian, serta dukungan psikologis bagi siswa yang menjadi korban atau pelaku.
Dengan menerapkan hasil Iklim Keamanan Sekolah dalam upaya pencegahan bullying, diharapkan akan tercipta lingkungan pendidikan yang lebih aman dan positif. Langkah-langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam melindungi kesejahteraan fisik dan mental para siswa, serta membantu mereka tumbuh sebagai individu yang penuh kasih dan peduli terhadap sesama.
Memperkuat Implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Penyebab dari perilaku kejam para pelaku bullying sangat kompleks dan bervariasi. Salah satu faktor utama adalah pengaruh lingkungan di sekitar mereka. Ketika lingkungan sekolah tidak mempromosikan nilai-nilai empati, toleransi, dan sikap peduli terhadap sesama, peluang untuk terjadinya bullying akan meningkat. Kekuatan tekanan sosial, kebutuhan untuk menonjol di antara teman-teman mereka, dan keinginan untuk merasa kuat dan berkuasa seringkali menjadi pendorong perilaku pelaku bullying.
Penting untuk diingat bahwa tindakan bullying tidak hanya merugikan korban, tetapi juga merusak pelaku bullying sendiri. Mereka sering kali menghadapi konsekuensi dalam hal pelanggaran peraturan sekolah, sanksi sosial, dan bahkan dampak psikologis dalam jangka panjang. Oleh karena itu, selain memberikan perlindungan kepada korban, penting juga untuk mencoba memahami akar permasalahan yang mendorong perilaku bullying ini.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam memerangi bullying adalah dengan memperkuat implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, dan persatuan dalam pendidikan, kita dapat membantu siswa memahami pentingnya sikap empati, menghormati perbedaan, dan saling mendukung. Ini adalah langkah proaktif yang dapat diambil oleh sekolah dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan penuh kasih sayang.
Namun, upaya untuk memerangi bullying tidak dapat hanya bergantung pada sekolah. Seluruh komunitas, termasuk orang tua, guru, siswa, dan masyarakat luas, perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Dengan kerja sama yang kuat dan pendekatan holistik, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari ancaman bullying, dan lebih penting lagi, mengembangkan generasi muda yang memiliki belas kasihan, empati, dan moral yang kuat.
Pemda Sampai Tingkat Kelurahan/Desa dan Satuan Pendidikan Membentuk TPPK
Pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di tingkat daerah hingga tingkat Kelurahan/Desa, serta di setiap satuan pendidikan, adalah sebuah langkah proaktif yang sangat penting dalam menangani masalah serius seperti bullying. Perundungan di kalangan pelajar telah menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan, dan TPPK hadir sebagai solusi yang efektif dalam menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan belajar. Salah satu peran utama yang dimiliki oleh TPPK adalah melakukan mapping terhadap peserta didik dengan tujuan mengidentifikasi perilaku menyimpang sejak dini.
Dengan adanya TPPK, setiap satuan pendidikan memiliki alat yang kuat untuk mendeteksi potensi masalah perundungan di lingkungan mereka. Tim ini menganalisis perilaku siswa dan dinamika sosial di sekolah secara cermat, sehingga mereka dapat mengidentifikasi pola-pola perilaku yang mencurigakan atau tanda-tanda awal bullying. Hal ini memungkinkan untuk mengambil tindakan pencegahan yang lebih efisien dan tepat waktu.
Selain itu, fungsi TPPK juga mencakup langkah-langkah mitigasi risiko. Tim ini dapat merancang program-program edukasi dan tindakan-tindakan preventif yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik setiap satuan pendidikan. Dengan demikian, peluang terjadinya peristiwa kekerasan dapat dikurangi secara signifikan, dan lingkungan belajar menjadi lebih aman.
Selanjutnya, TPPK juga memiliki peran penting dalam menangani kasus bullying yang mungkin terjadi. Mereka memberikan bantuan kepada korban, memberikan sanksi yang sesuai kepada pelaku, dan memfasilitasi proses pemulihan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan adanya TPPK, para pelajar akan merasa lebih aman dan yakin bahwa masalah bullying akan ditangani dengan serius.
Pembentukan TPPK di daerah dan di setiap satuan pendidikan adalah langkah yang perlu diperhatikan dalam upaya mencegah dan mengatasi bullying. Melalui kerja sama antara semua pihak di lingkungan pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa tanpa harus merasa terancam oleh tindakan kekerasan.
Lebih dari sekadar deteksi dan pencegahan, TPPK juga berperan dalam menangani kasus bullying yang mungkin terjadi. Mereka memberikan bantuan kepada korban, memberikan sanksi yang sesuai kepada pelaku, dan memfasilitasi proses pemulihan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan adanya TPPK, para pelajar akan merasa lebih aman dan yakin bahwa masalah bullying akan ditangani dengan serius.
Pembentukan TPPK di satuan pendidikan adalah langkah yang perlu diperhatikan dalam upaya mencegah dan mengatasi bullying. Melalui kerja sama antara semua pihak di lingkungan pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa tanpa harus merasa terancam oleh tindakan kekerasan.
Memasang CCTV di Areal Sekolah
Memasang CCTV di lembaga pendidikan adalah langkah yang bijaksana dalam menjaga keamanan dan mencegah kasus bullying. CCTV merupakan salah satu alat yang efektif untuk memantau area sekolah secara konstan. Keberadaan CCTV memungkinkan pihak sekolah untuk mengawasi aktivitas di area sekolah secara real-time. Hal ini sangat penting untuk mengidentifikasi dan mencegah tindakan bullying segera setelah terjadi.
Dengan adanya sistem CCTV yang berfungsi dengan baik, kasus bullying dapat terdeteksi lebih cepat. Saat kejadian bullying tercatat oleh kamera, bukti visual yang kuat tersedia untuk memvalidasi laporan korban atau saksi. Hal ini memudahkan pihak sekolah dan pihak berwenang untuk mengambil tindakan yang tepat dan tegas terhadap pelaku.
Selain itu, keberadaan CCTV juga memiliki efek pencegahan. Para siswa yang tahu bahwa mereka selalu terawasi cenderung lebih berhati-hati dalam perilaku mereka. Mereka menyadari bahwa tindakan bullying mereka akan tertangkap oleh kamera, dan ini dapat mengurangi insiden-insiden bullying.
Penting untuk mencatat bahwa pemasangan CCTV harus didasarkan pada prinsip-prinsip privasi yang tepat. Informasi yang dikumpulkan oleh CCTV harus dijaga dengan ketat dan hanya digunakan untuk tujuan keamanan sekolah. Dengan memasang CCTV dengan benar dan menjaga privasi siswa, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan mendukung bagi semua.
Mengenal akhlaq, atau akhlak, merupakan aspek penting dalam pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan moral siswa. Salah satu cara yang efektif untuk memulai proses ini adalah dengan mengajak siswa untuk mengenal akhlaq terhadap diri mereka sendiri. Konsep ini menekankan pentingnya refleksi diri, introspeksi, dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenal akhlaq terhadap diri sendiri mencakup pemahaman tentang nilai-nilai seperti rendah hati, kesabaran, ketulusan, dan kejujuran. Siswa diajak untuk merenungkan bagaimana mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam tindakan sehari-hari mereka. Ini adalah langkah awal yang penting dalam proses pembentukan karakter yang kuat.
Kitab “Adabul Alim wal Muta’allim” karangan KH Hasyim Asyari adalah salah satu sumber yang sangat berharga untuk memahami konsep akhlaq dalam Islam. Buku ini mengandung ajaran dan nasihat tentang etika, perilaku, dan moralitas dalam Islam, yang dapat menjadi panduan yang baik bagi siswa dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai akhlaq.
Dengan mengenalkan siswa pada konsep akhlaq terhadap diri mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber seperti “Adabul Alim wal Muta’allim,” kita dapat membantu siswa membangun fondasi moral yang kuat, yang akan membimbing mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dan pengambilan keputusan dalam hidup mereka. Ini adalah langkah penting dalam membentuk generasi muda yang berintegritas dan bertanggung jawab.
ISI BAB KEDUA Akhlaq pelajar (santri) pada dirinya sendiri adalah:
Etika pelajar terhadap dirinya sendiri ada sepuluh macam, yaitu
Pertama, Harus mensucikan hatinya dari setiap sesuatu yang mempunyai unsur menipu, kotor, penuh rasa dendam, hasud, keyakinan yang tidak baik, dan budi pekerti yang tidak baik, hal itu dilakukan supaya ia pantas untuk menerima ilmu, menghafalkannya, meninjau kedalaman maknanya dan memahami makna yang tersirat”.
Kedua, Harus memperbaiki niat dalam mencari ilmu, dengan tujuan untuk mencari ridha Allah SWT, serta mampu mengamalkannya, menghidupkan syari’at, untuk menerangi hati, menghiasi batin dan mendekatakn diri kepada Allah SWT. Tidak bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, misalnya menjadi pimpinan, jabatan, harta benda, mengalahkan temansaingan, biar dihormati masyarakat dan sebagainya.
Ketiga, Harus berusaha sesegera mungkin memperoleh ilmu diwaktu masih belia dan memanfaatkan sisa umurnya.Jangan sampai tertipu dengan menunda-nunda belajar dan terlalu banyak berangan-angan, karena setiap jam akan melewati umurnya yang tidak mungkin diganti ataupun ditukar”. Seorang pelajar harus memutuskan urusan-urusan yang merepotkan yang mampu ia lakukan, juga perkara-perkara yangbisa menghalangi kesempurnaan mencari ilmu, serta mengerahkan segenap kemampuan dan bersungguh-sungguh dalam menggapai keberhasilan.Maka sesungguhnya hal itu akanmenjadi pemutus jalan proses belajar.
Keempat, Harus menerima apa adanya (qana’ah) berupa segala sesuatu yang mudah ia dapat, baik itu berupa makanan atau pakaian dan sabar atas kehudipan yang berada dibawah garis kemiskinan yang ia alami ketika dalam tahap proses mencari ilmu, serta mengumpulkan morat-maritnyahati akibat terlalu banyaknya angan-angan dan keinginan, sehingga sumber-sumber hikmah akan mengalir kedalam hati.
Imam Al Syafi’i telah berkata: “Orang yang mencari ilmu tidak akan bisa merasa bahagia, apabila ketika mencari ilmu disertai dengan hati yang luhur dan kehidupan yang serba cukup, akan tetapi orang-orang yang mencari ilmu dengan perasaan hina, rendah hati, kehidupan yang serba sulit dan menjadi pelayan para ulama’, dialah orang yang bisa merasakan kebahagiaan.
Kelima, Harus bisa membagi seluruh waktu dan menggunakannya setiap kesempatan dari umurnya, sebab umur yang tersisa itu tidak ada nilainya.
Waktu yang paling ideal dan baik digunakan oleh para pelajar:Waktu sahur digunakan untuk menghafalkan. Waktu pagi digunakan untuk membahas pelajaran. Waktu tengah hari digunakan untuk menulis. Waktu malam digunakan untuk meninjau ulangdan mengingat pelajaran.
Sedangkan tampat yang paling baik digunakan untuk menghafalkan adalah di dalam kamar dan setiap tempat yang jauh dari perkara yang bisa membuat lupa. Tidak baik menghafalkan pelajaran didepan tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman yang hijau, di tepi sungai dan ditempat-tempat yang ramai.
Keenam, Harus mempersedikit makan dan minum, karena apabila perut dalam keadaan kenyang maka akan menghalangi semangat ibadah dan badan menjadi berat.
Salah satu faedah mempersedikit makan adalah badan menjadi sehat dan mencegah penyakit tubuh. Karena penyebab hinggapnya penyakit adalah terlalu banyak makan dan minum, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair:
Sesungguhnya penyakit yang kau saksikan itu kebanyakan #
Timbul dari makanan dan minuman
Sedangkan sehatnya hati itu terhindar dari perbuatan lacur, melampaui batas dan sombong, dan tidak tampak seorangpun dari para kekasih Allah, para pemimpin ummat dan para ulama’ yang terpilih yang bersifat atau mempunyai ciri seperti itu; banyak makan dan tidak akan terpuji karenanya. Banyak makan akan menjadihanya pada binatang yang tidak berakal dan dipersiapkan untuk bekerja.
Ketujuh, Harusmengambil tindakan terhadap dirinya sendiri dengan sifat wira’i (menjaga diri dari perbuatan yang bisa merusak harga diri) serta berhati-hati dalam setiap keadaan, memperhatikan kehalalan makanannya, baik itu berupa makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal dan setiap sesuatu yang ia butuhkan, agar hatinya terang dan pantas untuk menerima ilmu, cahaya ilmu dan mengambil kemanfaatan ilmu. Seyogyanya pencari ilmu juga menggunakan kemudahan kemudahan padatempatnya ketika dibutuhkan dan adanya sebab–sebabnya, karena Allah menyukai kemurahan –kemurahannya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai ketetapan-ketetapanNya dilaksanakan.
Kedelapan, Harus mempersedikit makan yang merupakan salah satu sebab tumpulnya otak (dedel: Jawa), lemahnya panca indra, seperti buah apel yang masam, kacang sayur, minum cuka’, begitu juga makanan yang menimbulkan banyak dahak, yang dapat mempertumpul akal fikiran dan memperberat badan, seperti terlalu banyak minum susu, makan ikan dan yang lain sebagainyaSeyogianya juga ia menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan lupa secara khusus seperti memakan makanan yang telah dimakan tikus, membaca tulisan di maesan (pathok pekuburan), masuk di antara dua ekor unta yang ditarik dan menjatuhkan kutu dalam keadaan hidup.
Kesembilan, Harus berusaha untuk mengurangi tidur selama tidak menimbulkan bahaya pada tubuh dan akal pikirannya. Jam tidur tidak boleh melebihi dari delapan jam dalam sehari semalam. Dan itu sepertiga dari waktu satu hari (dua puluh empat jam). Jika keadaannya memungkinkan untuk beristirahat kurang dari sepertiganya waktu dalam sehari semalam maka ia dipersilahkan untuk melakukannya.Apabila ia merasa terlalu lelah, maka tidak ada masalah untuk memberikan kesempatan beristirahat terhadap dirinya, hatinya dan penglihatannya dengan cara mencari hiburan, bersantai ke tempat-tempat hiburan sekiranya pulih kembai dan tidak menyia-nyiakan waktu.
Kesepuluh, Harus meninggalkan pergaulan, karena meninggalkannya itu lebih penting dilakukan bagi pencari ilmu, apalagi bergaul dengan lawan jeniskhususnya, jika terlalu banyak bermain dan sedikit menggunakan akal fikiran, karena watak dari manusia adalah banyak mencuri kesempatan (nyolongan). Bahaya dari pergaulan adalah menyia-nyiakan umur tanpa guna dan berakibat hilangnya agama, apabila bergaul bersama orang yang tidak beragama.Jika ia membutuhkan orang yang bisa menemaninya, maka orang itu harus shaleh, kuat agamanya, takut kepada Allah, wira’i, bersih hatinya, banyak berbuat kebaikan, sedikit berbuat kejelekan, memilki harga diri yang baik, sedikit perselisihannya (tidak ngeyelan).Jika ia lupa, maka temannya mengingatkan, dan bila ia ingat, maka berarti temannya telah menolongnya.
Kesimpulan
Dalam menghadapi masalah bullying dan kekerasan pelajar di satuan pendidikan, terdapat beberapa langkah penting yang perlu ditekankan. Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa pelaku bullying seringkali kehilangan empati dan belas kasihan terhadap sesama. Hal ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dasar seperti hormat-menghormati dan mendukung sesama sebagai bagian dari pendidikan. Sehingga
Pengaruh lingkungan, tekanan sosial, dan kebutuhan untuk menonjol dapat menjadi faktor pendorong perilaku pelaku bullying. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan belajar yang aman, mendukung, dan memperkuat implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, dan persatuan dalam pendidikan, dapat membantumurid memahami pentingnya sikap empati, menghormati perbedaan, dan saling mendukung. Ini adalah langkah proaktif yang dapat diambil oleh sekolah dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan penuh kasih sayang.terhadap sesama sangat penting dalam membentuk karakter murid.
Pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di Daerah sampai Kelurahan/Desa dan setiap satuan pendidikan adalah langkah proaktif dalam mengatasi masalah ini. TPPK dapat membantu mendeteksi potensi masalah perundungan sejak dini, melakukan mitigasi risiko, dan menangani kasus bullying dengan lebih efisien. Hal ini memberikan para pelajar tempat yang aman untuk melaporkan masalah yang mereka hadapi.
Selain itu, pemasangan CCTV di lembaga pendidikan juga dapat membantu mencegah dan mendeteksi bullying dengan lebih cepat. CCTV memungkinkan pemantauan real-time, dan bukti visual yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku.
Terakhir, memahami akhlaq siswa terhadap diri mereka sendiri, seperti yang diajarkan dalam kitab “Adabul Alim wal Muta’allim” karangan KH Hasyim Asy’ari, adalah bagian penting dalam pengembangan karakter siswa. Mengajarkan nilai-nilai seperti rendah hati, kesabaran, ketulusan, dan kejujuran dapat membantu siswa membangun fondasi moral yang kuat.
Dengan langkah-langkah ini, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari ancaman bullying dan menghasilkan generasi muda yang memiliki belas kasihan, empati, dan moral yang kuat.