Kelas 1 sekolah dasar merupakan awal seorang anak memasuki dunia pendidikan dan pembelajaran yang mandiri. Pada awal kegiatan pembelajaran siswa kelas I SD, sajian pembelajaran yang utama untuk mereka adalah membaca dan menulis. Kegiatan pembelajaran ini dikenal dengan membaca dan menulis permulaan. Melalui kegiatan ini, untuk pertama kalinya siswa baru diperkenalkan dengan lambang-lambang tulis yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Tujuan utamanya adalah siswa kelas I SD memiliki kemampuan membaca dan kemampuan menulis pada tingkat dasar. Kemampuan dasar dimaksud akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain, baik dalam kehidupan akademik di sekolah, maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Penanam konsep belajar sebagai pondasi awal pembelajaran berada di kelas 1 SD. Kunci keberhasilan salah satunya adalah kecakapan siswa dalam membaca dan menulis. Seperti pepatah mengatakan bahwa membaca adalah membuka jendela dunia. Kemampuan siswa untuk membaca sangat beragam. Membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa. Membaca tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun tinggi. Dalam proses belajar, kemampuan membaca menjadi hal yang utama. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru ketika siswa memiliki kemampuan membaca yang baik.
Bagaimana menumbuhkan minat baca pada siswa kelas 1 SD ? satu tantangan tersendiri apabila guru di dalam kegiatan pembelajaran menghadapi sejumlah siswa yang masih mengalami kesulitan membaca dan menulis awal. Peran seorang guru untuk membantu siswa belajar membaca dan menulis awal sangat diperlukan. Pemanfaatan media pembelajaran sangat diperlukan, untuk membantu siswa belajar. kegiatan membaca dan menulis bisa menjadi alternatif untuk pembentukan karakter anak didik. Secara khusus, kegiatan menulis bisa menjadi sarana untuk memelihara cara berpikir positif terhadap sesama, lingkungan hidup, serta hal-hal lainnya. Kemampuan berliterasi merupakan bentuk integrasi dari kemampuan menyimak, mewicara, membaca, menulis, dan berpikir kritis. Kemampuan membaca dan menulis sangat diperlukan untuk membangun sikap kritis dan kreatif terhadap fenomena kehidupan yang mampu menumbuhkan kehalusan budi, kesetiakawanan, dan sebagai upaya melestarikan budaya bangsa. Wujud literasi pada kelas 1 SD dengan kegiatan membaca di pojok baca yang ada di dalam kelas, dan mengunjungi perpustakaan. Literasi adalah kemampuan membaca menulis sekaligus kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas.
Kebiasan berliterasi akan menumbuhkan kesadaran untuk turut menjaga dan memelihara keharmonian pemikiran seseorang. Majalah dinding akan menjadi suatu objek yang menyenangkan bagi siswa kelas 1 sekolah dasar. Media komunikasi sekolah (buletin/majalah dinding) akan menjadi ajang untuk berefleksi dalam bentuk gambar atau tulisan. Majalah dinding adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki sejumlah fungsi, yaitu :informatif, komunikatif, rekreatif, dan kreatif. Program kegiatan literasi ini harus didukung dengan media yang menunjang. Media dimaksudkan yaitu majalah dinding atau mading. Mengapa mading yang dipilih ? majalah dinding dipilih karena dalam pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang besar. Bahan baku yang mudah didapatkan dan bahan ramah anak juga menjadi pertimbangan. Majalah dinding (mading) merupakan sarana untuk menampilkan hasil kemampuan peserta didik dalam mengakses informasi baik dari media cetak maupun media elektronik dengan tema, guru membatasi dengan tema tertentu dalam rangka melatih peserta didik menentukan hasil akses yang sesuai dengan perkembangan usia. Hasil akses informasi yang telah terpasang dalam majalah dinding (mading) mampu digunakan sebagai bahan membaca bagi teman lain, sehingga peserta didik mendapatkan ilmu dari semangat membaca majalah dinding (mading) yang ditampilkan dengan menarik. Kegiatan seperti ini secara langsung mampu memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan membaca, menulis, mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas.
*Oleh Indah Ratnaningsih, S.Pd, guru SD Srondol Wetan 01 Semarang.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta
Sri Anitah, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : UT
Eko Kriswanto , Kompasiana : Membangun Budaya Literasi Dengan Mading Sekolah
Loukais Ifka Arishinta, M.Pd. Guru SD Muhammadiyah 9 Malang
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2017/02/majalah-dinding-sarana-menumbuhkan-budaya-literasi.html#ixzz4aog2f0ji
Depdikbud. (1991/1992). Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di Sekolah Dasar. Jakarta: P2MSDK.
Sugiarto, dkk. (1980). Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Solo: Tiga Serangkai.
Gambar ilustrasi diambil dari: https://theeducatorsroom.com/5-ways-to-incorporate-literacy-in-the-non-ela-classroom/