Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 27 April 2020Categories: Artikel Populer, Headline

Lulud Prijambodo Ario Nugroho

PTP LPMP Jawa Tengah

Saat siswa harus belajar di rumah karena pandemic covid-19, saat itu pula bermunculan beragam jenis pembelajaran jarak jauh. Salah satu diantaranya yang paling popular adalah pembelajaran menggunakan jaringan internet. Kita sebut saja dari yang paling simple adalah whatsapp (WA). WA merupakan alat komunikasi daring yang paling popular di masyarakat kita.

Pembelajaran daring sering dipromosikan sejak awal pandemic. Beberapa aplikasi yang banyak mendapat sorotan beberapa pekan ini adalah kelas digital milik portal rumah belajar, google classroom, ruang guru, moodle, zchoology, dan masih banyak lagi. Permasalahan mendasar dari pemanfaatan teknologi Hyper adalah kurang terampilnya guru dalam “memainkan” teknologi teknologi yang tersedia. Sehingga guru terkesan seperti “tidak mampu”  memproses pembelajaran dengan baik. Pada pembelajaran daring, seringnya guru hanya memberikan materi dan tugas saja, sedangkan siswa belajar mandiri di rumah tanpa komunikasi dengan guru selain menerima tugas dan mengumpulkan tugas.

Selama ini guru masih terbelenggu dengan kata kata instructional, masih jarang guru yang mulai mengembangkan menjadi instructional strategic. Secara teori guru sudah mempelajari semua komponen pembelajaran, tetapi saat berada di dalam kelas, mereka kembali pada strategi “kapur dan tutur”

Googleclassroom merupakan salah satu fitur yang disediakan oleh salah satu LMS yang besar di Indonesia, yaitu portal google.com. google classroom dapat dimanfaatkan sebagai ruang kelas maya yang disediakan secara gratis. Sebagian besar guru di Indonesia sudah familier dengan nama ini, terutama sejak pandemi. Beberapa fitur yang sering digunakan guru selain google classroom adalah fitur google form. Google form merupakan pilihan banyak guru saat akan melakukan ujian secara online.

[caption id="attachment_3486" align="aligncenter" width="508"] Gambar 1. Contoh penggunaan google form.[/caption]

Walaupun demikian, sebenarnya juga banyak sekali praktik pembelajaran daring yang telah dilakukan oleh guru. Terutama pada penggunaan google classroom beberapa guru juga sudah mampu berkomunikasi dengan siswa secara maksimal. Serta hasil pengumpulan tugas yang telah selesai dibuat oleh siswa juga tidak “melulu” pengerjaan soal latihan. Guru sudah mampu memberikan tugas yang bervariatif dan dapat meningkatkan literasi siswa. beberapa hasil pengumpulan tugas, berdasarkan sepengamatan saya antara lain: membuat video tentang pencegahan tersebarnya pandemic, foto-foto anak dengan kegiatan yang mereka lakukan, membuat konten materi berupa powerpoint, pembuatan puisi berbahasa inggris dan dibaca sendiri, membuat cerpen,  setoran hafalan Al Qur an harian secara vicon, dan masih banyak lagi.

Salah satu manfaat positif pembelajaran daring yang tampak secara nyata adalah terdapatnya proses penggalian potensi anak secara maksimal dan kreatif. Sehingga tidak ada salahnya jika manfaat positif ini dapat diimbaskan ke seluruh guru khususnya di provinsi Jawa Tengah. Bagaimana memaksimalkan pembelajaran daring, tentu saja perlu langkah-langkah pembelajaran yang jelas dan sederhana. Untuk itulah tulisan ini disusun. Mudah mudahan dapat sedikit memberi panduan bagi guru dalam memaksimalkan proses pembelajaran daringnya.

Tujuan

Tujuan tulisan ini untuk memberi panduan bagi guru supaya dapat memaksimalkan proses pembelajaran daring.

Belajar Bermakna

Salah satu impian guru tentunya memberi pelajaran, sehingga bermakna bagi sang murid. Pengertian kata “bermakna” bisa diartikan secara sederhana menjadi pemahaman yang mendalam (menggunakan istilah Gardner). Sementara itu supaya menjadi mendalam, tentu saja harus terjadi proses belajar. proses belajar diartikan sebagai aktivitas belajar. karena proses belajar memerlukan proses asimilasi antara pemahaman mental dan pemahaman pengetahuan.

Pada pembelajaran daring perlu dibangun suatu aktivitas belajar yang konkrit dan mudah dikerjakan langkah langkahnya oleh para siswa. Aktivitas belajar perlu dibangun dengan memperhatikan komponen yang terlibat pada proses pembelajaran daring. Komponen yang terlibat pada pembelajaran daring antara lain adalah media pembelajaran, model pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan.

Gambar 2. Komponen pendukung kegiatan pembelajaran daring.

Ketiga komponen tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dipertimbangkan oleh guru supaya pembelajaran daring mendapat hasil belajar maksimal. Mengapa hasil? Karena segala macam upaya pada proses pembelajaran, tentu saja mengharapkan suatu hasil maksimal. Hasil maksimal berarti terdapat dua target belajar yang sebaiknya dapat dioleh guru, yaitu output dan outcome.

Pemenuhan ketiga komponen pendukung pembelajaran akan memberikan aktivitas belajar yang runtut dan memberikan hasil belajar yang baik. Deskripsi ketiga komponen pendukung pembelajaran daring akan disajikan pada tabel 1. Berdasarkan rincian tersebut, maka memaksimalkan penggunaan google classroom dapat dimaksimalkan. Walaupun banyak sekali aplikasi atupun LMS yang dapat digunakan selain google classroom, tapi pada tulisan ini akan dikaji komponen pembelajaran daring menggunakan aplikasi google classroom saja, model pembelajaran-e Flipped classroom dan strategi pembelajaran yang digunakan. Dengan kajian terbatas ini, diharapkan aktivitas belajar siswa dapat terpapar dengan detil, sehingga mudah diadopsi oleh para guru.

Tabel 1 Contoh Rincian Komponen pendukung pembelajaran daring

No Komponen Pendukung Contoh Rincian
1 Alat dan Aplikasi Alat : HP android, Laptop, desktop
Aplikasi: google classroom
2 Model Pembelajaran Model pembelajaran-e Flipped Classroom
3 Strategi Pembelajaran –          Blended learning
–          Menggunakan strategi belajar Flip

 Google classroom

Merupakan ruang yang disediakan oleh portal www.google.com. Portal ini merupakan juga menyediakan system bagi Lembaga Pendidikan untuk menyelenggarakan kegiatannya secara daring. Sudah banyak tutorial yang menjelaskan tentang bagaimana prosedur membuka kelas di google classroom. Sehingga kita dapat langsung masuk bagaimana melakukan pembelajaran daring menggunakan google classroom.

Bagaimana membelajarkan siswa dengan menggunakan gogle classroom. Langkah awal yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang terencana. Beberapa prosedur pembelajaran dikembangkan untuk membantu guru melakukan dalam melakukan pembelajaran daring.

  1. Memastikan siswa sudah masuk ke kelas
  2. Pembelajaran daring dengan menggunakan google classroom sebaiknya bukan pertemuan yang selesai pada satu kali pertemuan seperti pada pembelajaran langsung.
  3. Ketuntasan pembelajaran dengan menggunakan google classroom biasanya memerlukan waktu yang agak lama dan tidak serempak untuk tiap siswa, guru harus sabar.
  4. Persiapkan rencana pembelajaran daring dengan teliti, karena percakapan yang dibangun di kelas ini bukanlah percakapan yang langsung ditanggapi oleh siswa.
  5. Rencana pembelajaran sebaiknya mengacu pada salah satu model pembelajaran-e
  6. Berkomunikasi dengan siswa melalui ruang forum (ciptakan komunikasi yang santai dan membangun siswa supaya untuk tetap bersemangat belajar)
  7. Berkomunikasi dengan siswa terkait apersepsi kegiatan belajar (boleh tanya jawab secara dari, boleh diputarkan video dan anak diminta menanggapi atau memberikan link link bacaan yang akan dipelajari oleh anak)
  8. Memberikan materi inti, berupa modul kreatif, video, pertanyaan pertanyaan yang dapat membangun konsep belajar anak (tentu saja diberikan link link untuk mempermudah siswa dalam menjawab pertanyaan dan memahami tujuan pertanyaan yang diberikan oleh guru) pertanyaan pertanyaan diberikan guru sebaiknya pada ruang pemberian tugas.
  9. Guru memberikan nilai dan tanggapan secara khusus di ruang pemberian tugas, guru perlu memberikan penilaian hasil kerja siswa sebagai bentuk refleksi diri bagi siswa.
  10. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan idenya melalui ruang forum
  11. Memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki idenya

Flipped Classroom

Bagi penulis, model pembelajaran merupakan sebuah “template” bagi guru dalam memproses pembelajaran. Pengertian “template” adalah sebuah contoh “sesuatu” siap pakai. “template dapat digunakan untuk apapun asal “sesuatu” yang sejenis. Jadi model pembelajaran merupakan “template”  untuk memproses pembelajaran asal memiliki kondisi yang sama. Kalau ditanyakan, apakah model pembelajaran dapat digunakan untuk memproses pembelajaran dengan materi dan kondisi apapun? Maka jawabnya adalah tidak. Model pembelajaran hanya dapat diterapkan untuk  materi tertentu dan kondisi tertentu.

Pada kasus belajar dari rumah di Indonesia, terutama untuk siswa SD dan SMP model pembelajaran-e Flipped Classroom merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada banyak materi. Hal ini, disebabkan aktivitas utama sebagian besar siswa kita berada di rumah dan dapat bertemu guru pada saat sudah dinyatakan kondisi di negara kita ini aman lagi untuk melakukan pertemuan secara fisik lagi. Kemudian pembelajaran tatap muka secara virtual, menurut saya bukan langkah yang dapat diterapkan di semua sekolah karena pembelajaran ini cukup menyedot anggaran yang cukup besar bagi siswa kita.

Bahasa sederhana pembelajaran dari model pembelajaran-e flipped classroom adalah pembelajaran terbalik. Apa sebabnya dikatakan terbalik, karena pada pembelajaran ini yang diberikan ke siswa adalah pemberian tugas terlebih dahulu baru setelah itu diberikan penguatan-penguatan oleh guru secara tatap muka.

Strategi Pembelajaran

Strategi yang dapat digunakan untuk pembelajaran daring pada desain pembelajaran ini, salah satunya adalah blended learning. Blended learning merupakan staregi pembelajaran yang mencampur pembelajaran sinkron dengan pembelajaran asinkron. Gambar 3 memberikan gambaran singkat tentang pembelajaran blended. Berdasarkan gambar 3 dapat dipahami Bersama bahwa kondisi pembelajaran blended saat sudah sangat kompleks.

Gambar 3. Pembelajaran Blended Learning (gambar diadaptasi dari Uwes AC)

Adapun strategi kedua yang diterapkan merupakan keunggulan dari model Flipped Classroom. Adapun prosedur pembelajaran yang disajikan pada model ini antara lain

1. Pembelajaran tahap Satu

Pembelajaran tahap satu proses membelajarkan siswa secara mandiri. Langkah langkahnya adalah:

a. Memberikan bahan materi yang harus dipelajari oleh siswa pada ruang forum

b. Memberikan link-link materi minimal yang harus diperhatikan oleh siswa

c. Memberi waktu bagi siswa untuk belajar secara mandiri ataupun kolaboratif

d. Memberikan tugas kepada siswa (tugas dapat berbasis masalah, berbasis proyek, berbasis literasi, berbasis pengembangan konten ataupun yang lainnya)

e. Memberikan tugas secara tertulis kepada siswa mengenai bagian yang belum dipahami saat belajar mandiri

f. Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan batas waktu pengumpulan pada kolom penyerahan tugas yang sudah disediakan oleh google classroom

g. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa

2. Pembelajaran tahap dua

Pembelajaran tahap kedua adalah proses pembelajaran tatap muka. Pada tahap ini fokus kegiatannya adalah memberikan penguatan kepada siswa tentang hasil belajarnya. Ada beberapa cara yang dapat dipilih oleh guru, supaya siswa memperoleh penguatan bermakna. Beberapa contoh penguatan tersebut adalah:

a. Guru bersama siswa mendiskusikan materi pelajaran, tentang bagian yang belum dapat dipahami secara mandiri;

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Sebaiknya dipilih siswa dengan hasil belajar maksimum.

c. Guru memberikan kesimpulan pembelajaran

d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki tugas.

Demikian guru, sedikit gambaran tentang memaksimalkan pembelajaran daring. Kata kuncinya hanya tiga, yaitu a) alat dan aplikasi apa yang digunakan; b) model pembelajaran apa yang dipilih, sudah sesuaikah dengan situasi, kondisi dan materi ayang akan disampaikan; dan c) strategi pembelajaran seperti apa yang akan digunakan untuk menuntaskan pembelajaran.

Daftar Rujukan :
Sobron, A. ., Bayu, Rani, & Meidawati. (2019). Persepsi Siswa Dalam Studi Pengaruh Daring Learning Terhadap Minat Belajar IPA. SCAFFOLDING: Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme
Rohman, F. (2017). Google Classroom: Jadikan Kelas Digital di Genggaman Anda. Bojonegoro: Pustaka Intermedia
Espinosa, N., Estira, K. L., & Ventayen, R. J. M. (2017). Usability Evaluation of Google Classroom: Basis for the Adaptation of GSuite E-Learning Platform. Asia Pacific Journal of Education, Arts, and Science, 5(1).
Abid Azhar, K., & Iqbal, N. (2018). Effectiveness of Google Classroom: Teachers’Perceptions. Prizren Social Science Journal
Hakim, A.B., (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom Dan Edmodo. I-STATEMENT: Information System and Technology Management, 2(1).
Dhia Ghina. 2017.“Communication Effectiveness Of Online Media Google Classroom In Supporting The Teaching And Learning Process At Civil Engineering University Of Riau”.