Oleh: Dr. MRT (Dr. Mampuono R. Tomoredjo, M.Kom.)
Ditulis dengan strategi Tali Bambuapus Giri
Dalam era menuju Society 5.0 yang dipenuhi inovasi teknologi untuk tujuan kesejahteraan manusia, kita menyaksikan perubahan-perubahan yang menghentak dan kadang sangat tidak terduga dalam berbagai bidang, termasuk literasi. Ini bisa terjadi salah satunya karena adanya perpaduan antara kreativitas dalam menulis dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Era ini menandai langkah besar dalam pengembangan literasi, di mana AI menjadi mitra yang hampir tak tergantikan bagi penulis yang ingin menghasilkan karya-karya literasi yang berkualitas namun dalam jumlah karya lebih banyak dan penggunaan waktu yang lebih efisien.
Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi bagaimana kolaborasi antara kreativitas manusia dan AI telah mengubah paradigma menulis, menciptakan sebuah “revolusi” yang memungkinkan para penulis untuk mengungkapkan ide-ide mereka dengan lebih produktif dan mendalam, sambil membuka pintu bagi literasi yang lebih inklusif dan kuat ke depan.
Suara Menjadi Teks
Era digital yang tengah kita jalani menandai sebuah terobosan yang revolusioner dalam dunia literasi, dan salah satu aspek yang paling mencengangkan adalah kemampuan untuk mengubah suara menjadi teks dengan instan. Penemuan mesin Speech-to-Text (STT) telah mengubah paradigma berliterasi produktif dan memicu transformasi yang signifikan dalam cara kita mendekati proses menulis. Sebagian besar dari kita mungkin masih mengingat betapa melelahkannya dan kompleksnya menuliskan pemikiran dan gagasan kita secara manual. Namun, berkat teknologi yang memungkinkan suara kita langsung diubah menjadi teks, proses tersebut menjadi jauh lebih mudah dan dapat diakses oleh siapa pun.
Dalam dunia pendidikan, dampak teknologi ini sangat nyata. Siswa mengalami perubahan positif dalam semangat mereka untuk menulis. Melalui riset yang dilakukan penulis (Dr. Mampuono, M.Kom.) dalam disertasi berjudul “The Implementation of The Arrowly Instructional Strategy to Promote Senior High School Students’ Literacy in EFL Learning,” (Implementasi Strategi Arrowly untuk Mempromosikan Literasi Siswa SMA dalam Pembelajaran Bahasa Inggris) terbukti bahwa semangat menulis siswa SMA dapat ditingkatkan secara signifikan dengan bantuan AI yang ada di dalam mesin STT ini.
Dengan strategi Arrowly (Inggris: Aural reading oral writing literacy) atau Menemu Baling (Indonesia: Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) ini kreativitas atau gagasan yang muncul di dalam pikiran mereka dapat dengan cepat diungkapkan secara lisan dan diubah menjadi teks. Mereka menjadi lebih bersemangat dan percaya diri dalam mengekspresikan diri melalui kata-kata. Ini bukan sekadar efisiensi, tetapi juga menjadikan literasi lebih inklusif dan mendorong pertumbuhan kreativitas dalam menulis.
Tentu saja, inovasi ini tidak hanya tentang teknologi semata. Kegiatan yang dapat mengubah kebiasaan bertutur otomatis menjadi kebiasaan menulis ini (Menemu atau menulis dengan mulut) juga mencerminkan bagaimana kita harus terus membuka diri terhadap perubahan. Kemampuan untuk mengubah suara menjadi teks memberikan kita peluang untuk mengejar kreativitas dalam menulis dengan lebih mudah dan efisien. Dengan cara ini, kebiasaan berbicara dengan sendirinya juga akan menjadi kebiasaan menulis karena pada saat berbicara tulisan diproduksi. Ini adalah tonggak penting dalam dunia literasi, membuktikan bahwa kita harus selalu terbuka terhadap perkembangan teknologi yang memungkinkan perubahan revolusioner dalam cara kita berliterasi, membawa kita ke dunia menulis yang tak terbatas.
Teks Menjadi Suara
Selama ini orang cenderung menggunakan indera penglihatannya untuk membaca. Namun dalam era yang semakin melangkah menuju dominasi teknologi AI , kita menyaksikan sebuah gebrakan yang mengubah pandangan kita terhadap literasi. Salah satu terobosan yang paling mencolok adalah kemampuan mengubah teks menjadi suara, dikenal sebagai Text-to-Speech (TTS). Dengan cara ini membaca tidak lagi hanya dilakukan dengan menggunakan mata, namun juga dengan telinga karena teks telah diubah menjadi suara dengan sangat mudahnya. Penulis menyebutnya sebagai Baling atau membaca dengan telinga atau di dalam bahasa Inggris adalah aural reading.
Revolusi ini bukan hanya sekadar menghilangkan hambatan dalam literasi, tetapi juga mengubah bagaimana kita mendekati pembacaan dan pendengaran teks. Dalam lingkungan pendidikan, teknologi ini memiliki dampak besar, khususnya di kalangan siswa SMA, yang mulai merasakan semangat baru dalam membaca dan mendengarkan teks yang sebelumnya mungkin terasa sulit diakses. Hasil hasil riset penulis menyebutkan bahwa para siswa merasa lebih terfasilitasi untuk dapat membaca kapanpun dan dimanapun dengan memanfaatkan TTS ini.
Kemampuan TTS memungkinkan teks yang awalnya bersifat statis menjadi lebih dinamis dan dapat diakses dalam bentuk suara. Dalam sebuah riset, terbukti bahwa ketika siswa diberikan pilihan untuk mendengarkan teks daripada hanya membacanya, mereka cenderung lebih bersemangat dan fokus dalam pemahaman isi. Ini bukan hanya tentang efisiensi, melainkan sebuah revolusi dalam literasi yang menciptakan kebiasaan membaca yang lebih mendalam dan dinamis.
Selain itu, teknologi ini memfasilitasi aksesibilitas literasi, memungkinkan siswa yang memiliki kesulitan membaca atau disabilitas untuk tetap menikmati teks secara lisan, mendorong inklusivitas dalam pendidikan. Ini adalah perubahan revolusioner yang memungkinkan literasi untuk menjadi lebih inklusif dan mengatasi batasan-batasan yang sebelumnya mungkin ada dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks literasi, TTS membuka pintu menuju pengalaman belajar yang lebih positif dan menarik. Ini mencerminkan pentingnya beradaptasi dengan perubahan teknologi untuk meningkatkan literasi. Dengan kemampuan mengubah teks menjadi suara, kita dapat menciptakan lingkungan literasi yang lebih inklusif dan merangsang perkembangan literasi yang lebih kuat dalam masyarakat. Teknologi ini adalah tonggak penting dalam literasi, membawa kita ke dunia literasi yang lebih dinamis dan revolusioner, di mana kebiasaan menyimak dengan antusiasme berubah menjadi kebiasaan membaca dengan penuh semangat.
AI sebagai Sahabat Penulis Terbaik
Dalam pengembangan tulisan, penggunaan AI (AI) adalah kunci utama. Cara kita memberikan instruksi kepada AI dapat mempengaruhi hasil akhirnya secara signifikan. Ide-ide sederhana yang berkecamuk dalam pikiran kita dapat dengan cepat berubah menjadi karya tulis yanglberkualitas karena dengan AI kita mampu menghasilkan puluhan paragraf yang terstruktur, koheren, dan kohesif dalam sekejap.
Saat ini, setelah aktivitas berliterasi bergerak pesat secara signifikan dengan dukungan teknologi seperti Speech to Text (STT) yang mengubah suara menjadi teks (Menemu) dan Text to Speech (TTS) yang mengubah teks menjadi suara (Baling), AI generatif muncul secara masif dan menjadi primadona dalam berliterasi. AI generatif menggunakan algoritma yang kompleks untuk menghasilkan teks berkualitas tinggi, mendeteksi konteks percakapan, dan memberikan respon yang relevan.
Di dunia pendidikan, AI text generator atau Chatbot AI telah menjadi sahabat terbaik bagi siapapun, termasuk guru, siswa, atau stake holder pendidikan lainnya. Mereka dapat berinteraksi dengan Chatbot AI dalam menyusun pertanyaan, menjawab pertanyaan, menggagas ide, memberikan masukan, dan dalam sekejap, mereka mendapatkan ide, contoh, atau bahkan paragraf lengkap yang dapat digunakan dalam pengembangan tulisan mereka.
Penggunaan teknologi AI dalam literasi juga menciptakan pengalaman inklusif dan menginspirasi. Para pengguna dengan berbagai tingkat kemampuan menulis dapat memanfaatkan bantuan AI untuk meningkatkan keterampilan mereka, sementara hambatan yang sering muncul dalam mengekspresikan ide dan pemikiran dapat diatasi dengan lebih baik.
Dengan dukungan Chatbot AI generatif, pengguna dapat menjadi penulis yang lebih percaya diri dan kreatif. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan teks, tetapi juga mendorong semangat untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan kemampuan literasi secara efisien. AI telah menjadi mitra yang tak tergantikan dalam pengembangan kemampuan menulis, membantu penggunanya meraih prestasi tinggi dalam literasi dan memperluas wawasan mereka dalam dunia penulisan. Pendeknya dengan AI mereka lebih berdaya dalam berliterasi.
Warnai Tulisan
Menulis bukan sekadar tentang menghasilkan banyak kata-kata, melainkan juga tentang mengungkapkan kreativitas dan kepribadian kita. Saat kita menggunakan AI untuk menghasilkan teks, kita dapat menghadirkan perintah-perintah kreatif yang memungkinkan AI menciptakan konten yang sungguh mencerminkan identitas dan keahlian kita. Dengan begitu, tulisan yang dihasilkan akan menjadi lebih personal dan unik sesuai dengan “warna’ yang akan kita sentuhkan ke dalam tulisan kita.
Sentuhan pribadi dalam tulisan adalah kunci untuk membuatnya menjadi milik kita sepenuhnya. Dengan menyisipkan nuansa, detail, dan elemen unik dari diri kita sendiri, kita menciptakan tulisan yang lebih melekat pada identitas pribadi. Melalui langkah ini, kita dapat membangun koneksi emosional dengan pembaca, membuat mereka merasa terhubung dengan tulisan kita. Pergeseran dari sekadar menyusun kata-kata menjadi menjadikan tulisan sebagai wadah ekspresi diri yang mendalam membantu menciptakan karya yang berkesan dan bermakna.
Dengan memanfaatkan kekreatifan dan sentuhan pribadi ini, kita dapat mengeksplorasi lebih dalam dunia tulisan, mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaan kita dengan cara yang lebih mendalam dan autentik. Dalam proses ini, tulisan kita tidak hanya menjadi refleksi keterampilan, tetapi juga jendela ke dalam jiwa dan kepribadian kita. Dengan demikian, penting untuk memberi warna pada tulisan kita dengan elemen-elemen yang membedakannya dan menjadikannya karya yang istimewa dan berharga.
Kualitas dan Kuantitas
Dalam era baru dalam menulis yang didukung oleh teknologi AI , kita tidak lagi harus memilih antara kualitas dan kuantitas ketika mengekspresikan diri melalui tulisan. Kita dapat mencapai keduanya secara bersamaan. Sebelumnya, ada asumsi bahwa menulis dalam jumlah besar berarti harus mengorbankan kualitas, atau sebaliknya. Namun, dengan AI dan alat bantu menulis modern, penulis dapat menghasilkan tulisan berkualitas dalam kuantitas yang signifikan.
Kualitas tetap menjadi fokus utama dalam menulis. Teknologi membantu penulis untuk meningkatkan kualitas tulisan mereka dengan menawarkan saran, koreksi, dan bahkan pembelajaran mesin yang memungkinkan untuk menghindari kesalahan umum. Selain itu, kebebasan kreatif tetap menjadi inti dari proses menulis, yang memungkinkan penulis untuk mengembangkan ide dan gaya penulisan mereka sendiri. Dengan demikian, hasil karya literasi produktif yang dihasilkan tidak hanya berjumlah banyak, tetapi juga mencerminkan tingkat kualitas yang tinggi, berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kualitas literasi global.
Dengan teknologi ini, setiap penulis memiliki potensi untuk memberikan kontribusi berarti dalam dunia literasi. Bukan lagi soal membatasi diri untuk mencapai kualitas yang tinggi atau mencoba menghasilkan tulisan sebanyak mungkin, melainkan tentang merangkul kedua aspek tersebut secara bersamaan. Era ini menciptakan peluang bagi penulis untuk merangsang pertumbuhan literasi global, berbagi pengetahuan, inspirasi, dan pemikiran kreatif mereka dalam jumlah besar tanpa mengorbankan kualitas. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa teknologi telah membawa perubahan yang signifikan dalam cara kita berinteraksi dengan literasi dan berkontribusi pada dunia menulis.
Dunia Menulis yang Tak Terbatas
Kehadiran teknologi telah membuka pintu menuju dunia menulis yang tak terbatas di ujung jari kita. Dalam era digital ini, kita memiliki akses tak terbatas ke alat bantu menulis dan platform yang memungkinkan kita untuk mengungkapkan diri dengan lebih bebas dan kreatif. Suara kita dapat dengan mudah diubah menjadi tulisan, dan tulisan kita menjadi sarana bagi literasi produktif. Kita tidak lagi terbatas oleh pena dan kertas atau batasan waktu, sehingga literasi menjadi lebih inklusif dan demokratis.
Teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan literasi. Kini, orang-orang dari berbagai latar belakang dapat dengan cepat mengungkapkan pemikiran dan ide mereka melalui tulisan. Mereka yang mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan formal atau kesempatan untuk mengejar karir penulisan yang konvensional dapat memanfaatkan alat-alat bantu menulis modern untuk mengambil bagian dalam dunia menulis. Teknologi juga memfasilitasi pembelajaran dan pertukaran ide secara global, sehingga literasi menjadi lebih inklusif dan dapat membantu mengatasi ketidaksetaraan akses terhadap pengetahuan.
Selain itu, teknologi memperluas jangkauan tulisan kita. Melalui internet, tulisan kita dapat dengan mudah dibagikan dengan dunia. Blog, situs web, media sosial, dan platform berbagi karya literasi lainnya memungkinkan kita untuk menciptakan literasi produktif yang dapat diakses oleh audiens global. Ini berarti bahwa literasi tidak lagi terbatas oleh batasan geografis, dan kita dapat menjadi kontributor yang berpengaruh dalam diskusi global. Selamat datang di era baru menulis, di mana teknologi membawa kita ke dunia menulis yang tak terbatas, membuka pintu bagi banyak orang untuk mengungkapkan diri dan berpartisipasi dalam literasi produktif secara lebih luas dan inklusif.
Publikasikan dengan QR Code
Kreativitas dan teknologi semakin berkembang dan mengubah cara kita berinteraksi dengan hasil karya literasi. Dengan bantuan AI , kita dapat menciptakan tulisan-tulisan yang unik dan menarik dengan lebih efisien daripada sebelumnya. Namun, hasil karya literasi ini sebaiknya tidak hanya disimpan untuk diri sendiri. Sebaliknya, kita bisa menjadikannya lebih berdaya dengan membuat QR Code yang menghubungkannya dengan dunia luar.
QR Code, singkatan dari “Quick Response Code,” adalah alat yang sangat berguna dalam konteks ini. Ini adalah kode dua dimensi yang bisa dengan mudah dipindai menggunakan kamera ponsel pintar atau perangkat lainnya. Setelah dipindai, QR Code akan mengarahkan pengguna ke sumber informasi yang terkait, dalam hal ini, tulisan kita. Kita dapat menempatkan QR Code ini di berbagai tempat strategis, seperti poster, brosur, atau situs web, sehingga siapa pun yang melihatnya dapat dengan mudah mengakses hasil karya literasi kita.
Ketika QR Code digunakan dalam pameran seni, konferensi, atau bahkan media cetak seperti brosur, hal ini memudahkan pembaca atau pengunjung untuk langsung terhubung dengan karya kita. Mereka bisa memindai kode tersebut dan menjelajahi karya literasi kita tanpa harus mengetik URL atau melakukan pencarian manual. Hal ini juga memberi kesempatan bagi pengarang untuk lebih terhubung dengan audiens, sambil mempermudah penyebaran dan berbagi karya-karya mereka dalam era digital ini. Dengan demikian, QR Code bukan hanya alat praktis, tetapi juga alat yang meningkatkan dampak kreativitas kita dan menjadikan karya literasi kita lebih mudah diakses oleh orang lain, sehingga dapat dinikmati dan dihargai secara lebih luas.
QR Code berperan sebagai kunci akses ke literasi produktif kita di sekolah dan dapat ditempatkan di berbagai tempat strategis, seperti pada piala, portofolio siswa, pojok khusus literasi, papan pengumuman, pot tanaman, mading, dan sebagainya. Dengan cara ini, kita memungkinkan lebih banyak orang untuk dengan mudah mengakses dan mengapresiasi karya literasi kita. QR Code menghilangkan hambatan teknis, memperluas pengaruh dan dampak tulisan kita, serta menciptakan pengalaman interaktif bagi audiens. Melalui analitik, kita bisa melacak respons audiens dan mengembangkan karya kita berdasarkan data yang diperoleh. QR Code adalah alat yang tak ternilai untuk memperkuat dan mengukur dampak kreativitas kita di era digital.
Literasi yang Lebih Baik
Pintu menuju literasi yang lebih baik akan terbuka lebar jika terjadi perpaduan antara kreativitas dan teknologi AI. Literasi adalah pondasi penting dalam kehidupan modern, memengaruhi banyak aspek seperti pendidikan, pekerjaan, komunikasi, dan akses informasi. Namun, untuk mencapai literasi yang lebih baik, kita perlu memanfaatkan potensi teknologi dalam meningkatkan cara kita mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan literasi.
Dengan AI, kita memiliki kemampuan untuk menghasilkan teks berkualitas dengan cepat dan efisien. Perangkat lunak AI dapat membantu kita dengan saran penulisan, koreksi tata bahasa, dan bahkan menciptakan konten yang sesuai dengan preferensi dan keahlian kita. Ini memungkinkan kita untuk mengeksplorasi beragam topik dan mengembangkan keterampilan menulis tanpa terbatas oleh keterbatasan waktu atau sumber daya. Sebagai contoh, dalam konteks pendidikan, pendekatan ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka dengan cara yang lebih efektif.
Lebih dari itu, kolaborasi antara kreativitas manusia dan AI membawa potensi dalam menciptakan konten literasi yang lebih menarik dan relevan. Dengan AI sebagai alat bantu, kita dapat menghasilkan teks yang mencerminkan identitas dan keahlian kita, menciptakan karya literasi yang lebih pribadi dan kuat. Dengan memanfaatkan teknologi ini, kita dapat membantu membangun literasi yang lebih baik dalam masyarakat, menjadikan literasi lebih aksesibel dan menarik bagi berbagai lapisan masyarakat. Kesempatan ini adalah salah satu pintu menuju literasi yang lebih baik, di mana teknologi dan kreativitas bergandengan tangan untuk menciptakan literasi yang lebih kuat dan berdaya pada era ini. -Dr. Mampuono, M.Kom.
Referensi
- Ardilla, D. N. (2023). AI Copywriting: Copywriting Tanpa Ribet Dan Pusing. Anak Hebat Indonesia.
- Daugherty, P. R., & Wilson, H. J. (2018). Human+ machine: Reimagining work in the age of AI. Harvard Business Press.
- Firat, M. (2023). How chat GPT can transform autodidactic experiences and open education. Department of Distance Education, Open Education Faculty, Anadolu Unive.
- Frye, B. L. (2022). Should using an AI text generator to produce academic writing be plagiarism?. Fordham Intellectual Property, Media & Entertainment Law Journal, Forthcoming.
- Hadian, T., Pkim, M., & Rahmi, E. (2023). Berteman dengan ChatGPT: Sebuah Transformasi dalam Pendidikan. Edu Publisher.
- Hatmanto, E. D. Revolusi Pembelajaran Bahasa Inggris: Menggali Potensi Transformatif Chat GPT. Inovasi dan Daya Saing dalam Linguistik dan Pembelajaran Bahasa Asing Masa Kini, 102.
- Kohnke, L., Moorhouse, B. L., & Zou, D. (2023). ChatGPT for language teaching and learning. RELC Journal, 00336882231162868.
- M Alshater, M. (2022). Exploring the role of artificial intelligence in enhancing academic performance: A case study of ChatGPT. Available at SSRN.
- Mampuono. (2022).The Implementation of The Arrowly Instructional Strategy to Promote Senior High School Students’ Literacy in EFL Learning. Dissertation. Semarang State University.
- Manongga, D., Rahardja, U., Sembiring, I., Lutfiani, N., & Yadila, A. B. (2022). Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Pendidikan. ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 3(2), 41-55.
- Rachbini, W., Permana, E., & Rahmawati, E. (2023). Skripsi Ngebut Pake ChatGPT-Tesis & Disertasi Boleh Ikut. CV. AA. Rizky.
- Rulyansah, A., Mardhotillah, R. R., Budiarti, R. P. N., Afandi, M. D., & Aisah, P. L. (2023). Pengembangan Profesional Pendidik SD dalam Penggunaan Aplikasi Sekolah Literasi Digital Berbasis Artikulasi Artificial Intelligence. Indonesia Berdaya, 4(1), 109-118.
- Suwandi, S. (2020, April). Implementasi Pembelajaran Abad Ke-21 Dan Tantangannya Untuk Berperan Dalam Masyarakat 5.0. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.
- Yeh, R. (2014). Effective strategies for using text-to-speech, speech-to-text, and machine-translation technology for teaching Chinese: A multiple-case study. Northcentral University.
***
(Penulis, Dr. MRT atau Dr. Mampuono R. Tomoredjo, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC (Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas), dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Penulis juga pernah menjadi juara Guru Inovatif Asia Pasific Microsoft yang terus berbagi tentang penggunaan ICT Based Learning ).