Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Jawa Tengah
Sekarang saatnya guru memilih model pembelajaran berbasis siswa aktif!!! Mengapa? Salah satunya karena belajar bermakna hanya dapat dicapai jika guru menerapkan pembelajaran berbasis siswa aktif. Pembelajaran, harus memberikan makna maksimal pada para peserta didik. Dengan dihapusnya sistem ujian nasional dan berganti menjadi Ujian Berbasis Komputer Daring, maka guru harus mengubah strategi pembelajarannya. Beberapa karakter ujian berbasis komputer daring adalah: ujian menggunakan komputer secara daring dan sistem ujian menggunakan teknologi MSAT (multi stage Adaptif test).
Ujian menggunakan komputer daring, memiliki arti bahwa sistem ujian dilakukan secara online semaksimal mungkin. Mengapa? Karena belum seluruh sekolah di Indonesia dapat dijangkau menggunakan sinyal. Sehingga bagi sekolah-sekolah dengan sinyal sulit, kementerian dalam hal ini dikembangkan oleh pusmenjar (pusat penilaian dan pembelajaran) tetap menyediakan MSAT berbasis semi online atau bahkan offline. Satu catatan penting dengan sifat ujian ini, adalah kesiapan peserta didik. Dengan pelaksanaan ujian menggunakan komputer, berarti guru sebaiknya segera membiasakan seluruh peserta didik untuk dapat menggunakan komputer pada setiap mata pelajaran. Apakah kebiasaan peserta didik menggunakan android sama dengan menggunakan komputer. Tentu saja berbeda. Pada penggunakan teknologi informasi, pengalaman belajar yang diperoleh saat menggunakan komputer tentu berbeda dengan saat mereka berselancar menggunakan komputer. Itulah sebabnya berilah pengalaman belajar pada peserta didik dengan menggunakan beragam.
Catatan penting kedua adalah ujian dilakukan secara daring. Berarti ujian dilakukan secara online. Dalam hal ini guru sebaiknya membiasakan peserta didik untuk memanfaatkan internet sebagai media komunikasi utama. Memang pada saat pandemi berkomunikasi menggunakan media social merupakan hal mudah. Tetapi pada saat kita sudah kembali melakukan akitivas belajar secara tatap muka, apakah pembelajaran secara daring tetap dapat dilakukan dengan mudah? Jawabnya adalah belum tentu. Perlu usaha dan niat kuta dari guru untuk tetap melakukan pembelajaran daring, walau pun sudah melakukan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran daring saat pesertda didik sudah masuk, dapat dikemas menggunakan strategi pembelajaran blended.
Multi Stage Adaptif Test.merupakan desain test, merupakan alat test yang dikembangkan oleh pusmenjar. Kelebihan sistem test ini adalah dengan menggunakan logika analisis secara sistem. Logika ini dikembangkan untuk mendeteksi kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal. Sistem logika memilihkan soal sesuai dengan batas kemampuan peserta didik. Dalam hal ini adalah peserta asesmen. Instrumen disiapkan untuk mampu beradaptasi dengan kemampuan peserta didik dalam menjawab soal. Desain soal disiapkan dengan memberikan tiga pilihan soal, yaitu soal sulit, sedang dan mudah. Sifat adaptif dimasukkan pada logika pemilihan soal. Sistem akan memilihkan soal berikutnya dengan mempertimbangkan jawaban peserta didik atas soal yang diberikan sebelumnya.
Catatan penting pada desain MSAT ini adalah kesiapan literasi peserta didik. Keterampilan yang diukur pada desain MSAT adalah keterampilan literasi. dalam hal ini difokuskan pada mengukur hanya pada literasi baca tulis dan literasi numerasi. Tetapi jangan sekali kali terjebak dengan kata “hanya”. Karena enam keterampilan dasar merupakan satu kesatuan, bukan sendiri sendiri. Jika satu kunci dpat dikuasai, maka kelima literasi lainnya dapat dikuasai pula. Pola pengembangan literasi baca-tulis dan literasi numerasi, guru harus mempertimbangkan pula bagaimana kedua literasi tersebut akan diuji, yaitu keterbiasaan peserta didik saat menggunakan komputer secara online. Kebiasaan peserta didik saat melakukan selancar mencari informasi secara daring. Statemen kuncinya adalah “keberhasilan peserta didik dalam mengikuti UBKD tentunya juga sangat tergantung dengan tingkat literasi digital peserta didik”.
Apa saja ya materi yang akan diukur pada UBKD? Menurut pusmenjar, UBKD akan mengukur tiga komponen pokok penopang pertumbuhan kecakapan abad 21 dan perekat persatuan bangsa, yaitu literasi, survey karakter dan survey lingkungan belajar. pada tulisan ini hanya dikaji bagaimana meningkatkan literasi peserta didik. Sementara survey karakter dan lingkungan belajar akan dikaji pada tulisan lain. Walaupun sebenarnya survey karakter juga sebaiknya ditumbuhkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis siswa aktif, tetapi akan membuat tulisan ini terlalu panjang dan membosankan.
Permasalahan mendasar pada pelaksanaan UBKD ini adalah sulitanya disiapkan keterampilan literasi peserta didik secara instan. Salah satu solusi, dikembangkan oleh tim pengembang teknologi pembelajaran adalah dengan mendesain beberapa model pembelajaran blended berbasis siswa aktif. Tentu saja aktif disini diartikan dengan aktivitas belajar yang dapat meniningkatkan literasi dasar, dengan hasil akhir tentu saja literasi baca tulis dan literasi numerasi.
Tujuan
Memberikan informasi tentang taktik meningkatkan literasi dan karakter peserta didik melalui penerapan pembelajaran blended berbasis siswa aktif
Literasi
Enam literasi dasar, diisyaratkan harus dimiliki oleh seluruh penduduk negeri ini, jika ingin dapat bertahan dan berkompetisi secara internasional. Keenam literasi tersebut adalah literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi digital, literasi sains, literasi finansial dan literasi budaya.
Secara sederhana keenam literasi tersebut disajikan sesuai dengan gambar 1.
Makna literasi menurut KBBI terdapat tiga tingkatan. Tingkatan pertama pengertian literasi yaitu kemampuan membaca dan menulis. Tingkatan pertama memang merupakan pengertian literasi sederhana atau mendasar. Pengertian tingkatan kedua bermakna pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu. Tingkat kedua merupakan pengertian literasi sedang. Dan tingkatan ketiga bermakna kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Sementara itu, pengembang lebih suka menggunakan pengertian literasi menjadi sebuah kemampuan atau keterampilan seseorang untuk mencari informasi, menemukan, menganalisis dan menyimpulkan atau merumuskan informasi baru yang sesuai dengan kebutuhan dari orang tersebut. Pengertian keterampilan tentu saja disesuaikan usia, tingkat sekolahnya dan bidang peminatannya.
Akhirnya dapat kita pahami bersama, mengapa pusmenjar lebih memfokuskan untuk mengukur literasi baca tulis dan numerasi. Dapat kita pahami, bahwa keterampilan literasi baca tulis dan numerasi, merupakan keterampilan yang mudah diukur baik untuk kelas TK sampai dengan kelas XII. Setiap tingkatan ada ukurannya masing masing. Sementara itu penggunaan komputer daring, merupakan satu strategi supaya guru juga akhirnya akan membiasakan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan digitalnya. Dalam hal ini “sepertinya” keterampilan digital mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.
Sementara itu, dasar pengembangan literasi adalah prinsip kerja literasi sains, yaitu Couriositas atau rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu peserta didik dimunculkan dengan menggunakan pengertian literasi yang dipilih oleh pengembang, yaitu proses mencari informasi. Pengertian mencari informasi, tentunya bukan hanya satu informasi, melainkan beragam informasi yang dikumpulkan secara acak dan tidak linear. Setelah informasi diperoleh, kemudian dipilah dan dipilih, nah disinilah proses menemukan informasi yang diperlukan, kemudian informasi tersebut dianalisis selanjutnya disimpulkan. Nah proses literasi ini merupakan proses rasa ingin tahu dari seseorang atau dalam hal ini adalah peserta didik. Proses ini, baik disadari atau tidak oleh guru atau peserta didik, mereka sudah membangun keterampilan literasi sains.
Dan literasi dibangun melalui keterampilan menghitung dan memahami perilaku angka. Tentu saja pada literasi numerasi dapat dikembangkan sesuai dengan usia dan tingkatan serta peminatannya. Supaya literasi dapat meningkat dan memberi retensi jangka panjang, pada tingkat literasi kedua dan ketiga dikaitkan menggunakan literasi finansial. Nah disinilah dapat kita lihat bersama bahwa bentuk literasi dasar sebenarnya saling terkait, dan bukan berdiri sendiri.
Walaupun pada UBKD hanya diukur literasi membaca, menulis dan numerasi, tapi mari kita cermati bersama gambar 2. Gambar 2 menunjukkan interaksi antar literasi. UBKD jelas dilaksanakan secara daring atau dengan kata lain 100% online, kecuali beberapa daerah tertentu. Cara menyelenggarakan UBKD, memberikan gambaran kepada kita bahwa peserta didik pada saat UBKD harus sudah terampil dalam memanfaatkan komputer secara online. Gambaran ini, berarti guru atau sekolah harus menyiapkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi informatika. Nah itulah sebabnya literasi digital diletakkan sebagai pondasi supaya literasi lainnya dapat meningkat.
Pembelajaran Blended Berbasis Siswa Aktif
Sudah banyak sekali ulasan tentang pembelajaran blended. sehingga pada tulisan ini sudah tidak mengupas lagi pembelajaran blended secara detil. Sementara itu pembelajaran siswa aktif, merupakan kunci utama konsep peningkatan literasi dan penumbuhan karakter peserta didik.
Pengertian sederhana pembelajaran siswa aktif adalah melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. pelibatan siswa pada proses pembelajaran tentu saja tidak hanya sebatas melingkar, berkelompok kemudian mengerjakan tugas guru. Pelibatan peserta didik pada kegiatan belajar, berarti juga mendesain supaya peserta didik pada kegiatan mengkomparasi beberapa materi pelajaran, menjadi satu kesatuan. Bahkan pada tahap lanjut, pesertda didik diajak diajak untuk mengkomparasi materi yang tersebar pada beberapa mata pelajaran.
Guru perlu dapat mendesain pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif. Desain pembelajaran tentu saja dimulai dari perencanaan, sampai dengan cara menilai. Karena proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif bukan pembelajaran sederhana. Hasil belajar seringnya juga beragam. Pembelajaran siswa aktif sudah tidak mengukur berupa seberapa banyak hafalan peserta didik. Seringnya pembelajaran siswa aktif lebih mengukur ranah berpikir siswa pada C3 sampai dengan C6 sesuai dengan ranah berpikir menurut taksonomi bloom. Dalam hal ini tentu saja perlu penyesuaian tentang cara mengukur hasil belajar.
Prinsip dasar pembelajaran adalah memberikan proses belajar bermakna. Demikian juga pada pembelajaran siswa aktif. Proses belajar dirancang sedemikan rupa, sehingga aktivitas belajar dapat memberikan makna makna tersembunyi dan dapat awet melekat dalam ingatan peserta didik. Belajar bermakna adalah proses “memahat” pengetahuan dalam ingatan peserta didik. Guru, perhatikan kata memahat nggih. Karena memahat itu berarti usaha guru dalam memberi kesan pada peserta didik saat belajar. Pengertian kesan, berarti ada pahatan tipis, sedang dan dalam, sehingga bentuk akhir pahatan dapat dinikmati oleh peserta didik sendiri.
Guru, marilah kita belajar bersama tentang cara mendesain pembelajaran, seperti kita akan “mematung”. Kita rancang dengan detil, bagian mana akan kita pahat tipis, pada proses mana akan kita pahat sampai dalam. Akhirnya tentu saja kepuasan kita juga bukan, guru senang peserta didik senang, saat melihat hasil akhir pahatan kita, saat melihat patung sudah selesai.
Interaksi Peserta Didik Dengan Masalah Belajar Kunci Peningkatan Literasi
Interaksi peserta didik dengan masalah belajar, merupakan ruh pada pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran apapun, jika bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik pada pembelajaran, pasti akan mendekatkan peserta didik dengan masalah belajar yang sedang dijadikan tema atau topik.
Gambar 4, menjelaskan hubungan antara peserta didik dengan masalah belajar. sebaiknya masalah belajar merupakan masalah tematik. Selain itu, masalah belajar dapat juga berbentuk permasalahan konkrit yang terjadi di sekitar sekolah atau daerah, atau istilah kerennya adalah masalah belajar dengan mempertimbangkan kearifan budaya lokal. Pada saat peserta didik berinteraksi dengan masalah belajar secara aktif, biasanya mereka akan menggunakan beragam literasi yang sudah mereka miliki. Proses belajar inilah tanpa disadari oleh si peserta didik adalah meningkatnya literasi mereka.
Proses interaksi dengan masalah belajar, pada tahap awal akan membuat peserta didik memikirkan dari mana mereka memperoleh informasi atas masalahnya. Selanjutnya adalah proses memutuskan peserta didik, apakah akan mencari informasi dengan menggunakan internet atau ke perpustakaan dengan menggunakan buku atau media cetak lainnya. Bagi peserta didik, hal ini menunjukkan literasi apa yang sudah mereka miliki. Apabila literasi digital peserta didik sudah tinggi, mereka tentu akan memilih cara mencari informasi dengan menggunakan internet atau daring. Peserta didik sudah “pirso” kalau mencari informasi secara daring, akan lebih cepat menemukan informasi informasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Nah, proses pencarian ini tentu saja melibatkan literasi digital, literasi membaca dan literasi spesifik kearah permalahan belajar mereka.
Bagaimana maksud literasi kearah permasalahan? Begini, setiap masalah belajar, sebenarnya sudah memiliki alamat literasi sesuai dengan sifatnya, misal kearah literasi sains, literasi budaya ataupun literasi literasi finansial. Nah literasi bawaan inilah, nantinya juga tanpa disadari oleh peserta didik akan ikut berkembang seiring dengan proses belajar peserta didik. Seiring dengan peningkatan keterampilan literasi digital, baca tulis ataupun numerasinya.
Apa peran guru pada proses pembelajaran siswa aktif? Pada gambar 4, digambarkan secara sederhana bahwa guru dapat berperan sebagai pembimbing atan pendamping peserta didik saat belajar. Peran lain bagi guru adalah menjadi fasilitator. Guru, memberikan fasilitas pembelajaran dengan mendesain, mengembangkan dan merencanakan proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat berkontribusi maksimal, saat pembelajaran berlangsung. Semakin rapi rancangan guru, semakin maksimal hasil belajar peserta didik. In Sya Allah.
Penutup
Guru, mari kita beri kesempatan peserta didik waktu. Supaya mereka dapat berinteraksi secara maksimal dengan masalah belajar mereka. Pertumbuhan literasi bukan satu proses instan, melainkan pertumbuhan alamiah. Literasi akan berkembang, jika peserta didik diberi waktu untuk menumbuhkannya. Literasi dapat tumbuh subur, tentu saja jika memiliki lingkungan belajar yang sehat dan mendukung pertumbuhan si literasi itu sendiri.
Mari kita upayakan secara maksimal, sehingga peserta didik kita siap menghadapi ujian berbasis komputer dari secara mandiri. Tentu saja kita sangat ingin melihat anak didik kita memiliki nilai AKM tinggi bukan. Yuks damping mereka.
Daftar Rujukan
Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.
Dwiyogo, Wasis D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Raja Grafindo.
Douglas A.J. Belshaw.2011. What is ‘digital literacy’?.United Kingdom: creative common
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
-.-.-https://www.daftarpustaka.org/taksonomi-bloom/
—.2021. Asesmen Nasional. https://ubk.kemdikbud.go.id/