Published On: 22 August 2016Categories: Artikel Populer

LPMP Jawa Tengah menyelenggarakan sambung rasa dengan Anies Rashid Baswedan, Ph.D. , mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada hari Kamis, 18 Agustus 2016. Kegiatan tersebut diikuti oleh 400 pengawas SD, SMP, SMA dan SMK Provinsi Jawa Tengah yang sedang mengikuti pelatihan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. “Sejak jadi menteri, saya hendak ke LPMP namun belum bisa, sehingga jadi seperti hutang, untuk itu ketika ada kegiatan di Semarang saya mampir”,  ujar Pak Anies.

Pak Anies memberikan motivasi kepada seluruh hadirin agar terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan. “Cita-cita atau visi adalah apa yang ingin kita raih, namun misi adalah apa yang harus kita tunaika. Ketika misi kita adalah mencerdaskan kawan sebangsa, di posisi manapun misi tersebut tetap dijalankan” kata Pak Anies dalam sambutannya. Posisi bisa berganta-ganti, namun memajukan pendidikan tidak tergantung  posisi, dimanapun siap untuk ikut memajukan pendidikan.

Para pengawas merupakan sosok yang dipilih dari para guru terbaik. Mereka telah memiliki ilmu dan pengalaman yang mumpuni dalam bidang pendidikan. Terutama dalam urusan hilir, sebagai ujung tombak di lapangan. Para pengawas diharapkan terus mendorong penciptaan sekolah sebagai taman.  Persis dengan filosofi Bapak Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Tempat belajar yang penuh tantangan namun menyenangkan. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut ternyata mirip dengan praksis pendidikan di Finlandia, yang emnajdi referensi dunia.

Budaya belajar yang meneyenankan di sekolah harus menajdi pegangan. Anak-anak dan guru bersuka hati ketika mulai pembelajaran. Bersuka hati ketika sedang belajar. Namun berat hati ketika menhakiri jam belajar di sekolah. Bila belajar membahagiakan, yang blajar bukan hanya siswa namun guru juga akan ikut belajar.

Tantangan  dalam pembelajaran cukup besar. Para siswa adalah generasi abad 21, gurunya abad 20 dengan sekolah yang merupakan produk abad 19. Guru yang akan selalu diingat oleh siswa adalah yang menyenangkan atau bahkan menyebalkan. Maka jadilah guru yang menyenankan dan menginspirasi agar diingat sepanjang masa. Pada dasarnya, yang membuat siswa suka atau tidak suka pada suatu pelajaran adalah faktor gurunya. Dalam pertemuan-pertemuan internasional dibahas topik apakah guru bisa digantin dengan teknologi. Guru yang mengajar secara mekanistik bisa diganti dengan teknologi. Namun guru yang menagajr dengan hati tak kan pernah tergantikan.

Dalam kesempatan tersebut peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Diantaranya adalah implementasi full day school di daerah pinggiran, kekurangan jumlah guru PNS, guru wiyata bakti yang tidak bisa masuk ke sistem dapodik, serta tantangan terhadap ekposure lingkungan dan tayangan media yang tidak sesuai dengan pembalajaran karakter. 

Dalam kesempatan tersebut Pak Anies mendorong para guru untuk mengajak para siswa melihat suatu fenomena melalui sudut pandang yang berbeda. Misal, dalam kasus pejabat tersandung kasus korupsi, tekankan pada para anak muda yang dengan gagah berani menagkap koruptor  dan menegakan hukum. Dalam kasus pendidikan kita yang amsih tertinggal dibanding singapura, bisa dilihat dari sisi yang berbeda. 4 % dari siswa yang memeoeroleh nilai tertinggi di Indoinesia jumlahnya sudah melampaui seluruh siswa di Singapura, sehingga pasti kita kan bisa mengalahkannya. Peristiwa apapun jadikan inspirasi sehingga siswa semakin percaya diri.