Ketua Wali Wilayah Penjaminan Mutu Pendidikan Kab. Sragen, Dr. Tartib Supriyadi, S.IP., M.Pd, Sudaryanta,S.Pd, M.Si dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Sragen, Drs. Suwardi, MM, Saat Pendampingan IKM2, Jumat (8/10/22).
Sragen. BBPMP Jateng. Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (BBPMP Jateng) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen melaksanakan Pendampingan Implementasi Pedoman Pembelajaran Paradigma Baru Tahap II.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Oktober 2022 ini diikuti oleh Komunitas Belajar jenjang SD. Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). Semua peserta telah mengikuti Coaching Clinik Implementasi Kurikulum Merdeka di BBPMP Jateng bebarapa waktu sebelumnya. Kegatan dengan pola focus group discussion (FGD) ini bertujuan untuk menguatkan Literasi dan Numerasi beserta pengelolaannya.
Ketua Wali Wilayah Penjaminan Mutu Pendidikan Kab. Sragen, Dr. Tartib Supriyadi, S.IP., M.Pd. dalam sambutannya menyampaikan bahwa ketertinggalan bangsa Indonesia sudah teramat jauh. “Saya mengikuti kegiatan diklat di Singapura tahun 2002, untuk menumpang angkutan umum sudah menggunakan e-money.
Saat ini kita baru mengunakan. Untuk memakai jalan toll”, ujar Koordinator Widyaprada ini untuk membuka wacana perlunya memanfaatkan teknologi dalam kehidupan. “Ketika kita naik ojek online, dengan tujuan ke sekolah, di tengah jalan kita bisa turun. Tapi ojek tersebut akan terus jalan hingga titik tujuan , kenapa? Karena akan terpantau apakah dia memenuhi tugas pada aplikasi tersebut atau tidak.
Demikian pula dengan IKM. Guru wajib mengikuti pelatihan mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar. Terpantau sekolah sudah login atau belum. Akun guru sudah digunakan atau belum. Topik yang sudah diselesaikan. Semuanya dijadikan rapor di setiap Senin dilaporkan dihadapan seluruh wali wilayah di 35 kabupaten kota.
Mari kita giatkan agar capaian kita melesat.” Alumnus Pasca Sarjana UNNES ini menyampaikan bahwa setiap daerah perlu merumuskan strategi yang paling mujarab sesuai situasi, kondisi dan local wisdom masing-masing.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Sragen, Drs. Suwardi, MM, menyampaikan bahwa saat ini kita sudah masuk ke kebijakan pusat. Kurikulum Merdeka. Mau tidak mau, suka tidak suka. Sekolah wajib melaksanakan sesuai pilihan masing-masing. Pelatihannya dilaksnakan dengan cara mandiri, melalui PMM.
Sekolah penggerak harus full terselesaikan. “Kabupaten Sragen, hampir 90% mengambil pilihan pertama, Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Belajar. Konsekuensi dari pilihan tersebut adalah menggunakan Kurikulum 13. Namun pola pikir sudah menuju Kurikulum Merdeka. Sudah jelas belum? Tanya Pak Wardi ke seluruh peserta pendampingan. Dijawab kompak oleh peserta: Jelas. “Tapi kan belum dilakukan.” Respon pembina pramuka Kab Sragen ini sambal tersenyum.
Dalam kebijakannya, Sragen tetap mempertahankan pola peningkatan mutu PTK emlalui KKG, MGMP, KKPS, K3S, MGMP, MKKS, MKPS dll. “Area ini yang paling efektif untuk komunikasi. Sebagai Komunitas belajar, Panjenengan nanti yang betugas untuk menyebarkan”, terang ketua PGRI Kabupaten Sragen ini. “Sragen capaian PMM yang paling rendah. Ini menjadi kesempatan. Saat ini masih K13, besok saat menggunakan Kurikulum Merdeka sudah siap” ungkap orang nomor 1 di Dinas P dan K Kab Sragen ini. “ Dinas akan menyurati sekolah.
Bulan Oktober sudah menyelesaikan Topik 1-4. Ini bukan hanya target kuantitas. Tapi juga kualitas. Di sana sudah ada urut-urutanya. Dicarikan solusi, menggunakan jam setelah pembelajaran usai hingga waktu absen pulang, jam 14. Ini kesempatan. Saya yakin selesai.” Motivasi Pak Kadis untuk menambah semangat para guru.
“Saya minta jadwal pertemuan gugus, kami akan datang sewaktu-waktu.
Sekolah punya rapor Pendidikan. Orang kerja kok tdk tahu rapornya terus mau apa? Rapor harus menjadi dasar untuk penyusunan program berikutnya. Panjenengan motornya. Kalau Panjenengan belum apalagi yang lain. Kalau ada kesulitan, disampaikan ke mentor nasional. “ tambah Pak Wardi. “Ora sah kesusu, alon-alon hasilnya maksimal. Kalau kesusu takutnya kelewatan.” Nasihat Pak Kadis sambil bercanda.
Kegiatan pendampingan dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan presentasi oleh peserta. Dibahas oleh sesame peserta maupun walwil. Selanjutnya hasil kegiatan diinput di link pelaporan. (Dar)