Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
M. Djoni Abdilah, S. Pd – KB-TK Islam Sultan Agung 2 Semarang
Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi anak yang mempunyai akhlak mulia. Oleh karenanya agar anak-anak bisa mempunyai perilaku yang mulai, yaitu akhlak baik atau terpuji, orang tua harus mempersiapkan sedini mungkin segala cara yang dapat membuat anak bisa memiliki akhlak yang diinginkan, yaitu anak mempunyai akhlaqul karimah atau akhlak yang baik
Akhlak yang baik bisa mulai diajarkan oleh ayah dan ibu sebagai orang tua sejak anak masih kecil, yaitu ketika anak masih berusia balita, atau bahkan mungkin bisa dikenalkan ke anak ketika masih dalam kandungan ibunya. Orang tua (ayah dan ibu) adalah teladan bagi anak-anaknya. Setiap tindakan dan perilaku orang tua pasti akan ditiru oleh si anak karena dilihat dan didengar secara langsung oleh anak-anak. Maka sebagai orang tua harus berhati-hatilah dalam mendidik anak-anaknya.
Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Peranan Agama dalam Kesehatan Mental berpendapat bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga, yaitu dari kedua orang tuanya. Orang tua menjadi yang utama dan pertama untuk mengenalkan dan mengajarkan ucapan atau tindakan kepada anak-anaknya. Ucapan atau tindakan yang baik dari orang tua adalah salah satu pendidikan yang sangat penting bagi anak di lingkungan terdekat, yaitu lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga adalah tempat yang tepat dan pertama kali untuk mendidik anak-anak sebelum ia mengenal lingkungan lain disekitarnya. Akan tetapi, mendidik anak tidak semudah membalikkan tangan. Perlu usaha yang keras dan cerdas serta dibarengi dengan ilmu, wawasan, dan pengetahun yang mumpuni, benar dan tepat agar dalam mendidik anak tidak salah jalan yang mengakibatkan anak malah mempunyai perilaku yang tidak baik. Tentunya hal tersebut tidak ingin terjadi pada setiap orang tua. Membangun karakter yang positif agar dapat menghasilkan akhlak yang terpuji bisa dilakukan orang tua dengan banyak hal, antara lain: mengajarkan pendidikan agama sedini mungkin, menanamkan tata krama sejak kecil, bercerita tentang akhlak terpuji lewat tokoh dongeng serta juga mengajarkan contoh kata-kata ‘ajaib’.
Kata-kata ‘ajaib’ ini merupakan suatu kata yang mungkin selama ini sering dan tidak sadar diucapkan atau juga sering didengar dari dan oleh banyak orang tua. Kata-kata ini mempunyai dampak yang begitu besar bagi tumbuh kembang anak dikemudian hari. Kata-kata ini begitu mudah dijumpai dan didengar oleh telinga. Dalam bukunya, Words Can Change Your Brain, Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman mengatakan bahwa sebuah kata punya kekuatan untuk mempengaruhi ekspresi gen yang mengatur stres fisik dan emosi. Lewat kata-kata orang tua bisa memberi contoh yang baik dalam hal jasmani dan rohani atau dengan kata lain yang berkaitan dengan perilaku anak.
Ada tujuh kata-kata ‘ajaib’ yang ayah dan ibu sebagai orang tua perlu ajarkan dan biasakan kepada anak supaya ia bisa dan terbiasa dengan kata-kata tersebut sejak dari kecil sehingga diharapkan dapat membentuk dan menumbuhkan sifat dan karakter yang positif, yang sangat baik untuk anak agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, yaitu akhlak yang baik atau terpuji.
Tujuh kata-kata ‘ajaib’ hendaknya dikenalkan kepada anak sebelum mengajarkan anak kata-kata lainnya. Kata-kata ‘ajaib’ itu adalah:
1. Salam. Kata salam ini pastinya sangat baik untuk anak. Kata salam ini tiap agama berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan agama orang tua dan si anak. Contoh pada agama Islam. Kata salamnya assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sedangkan untuk khalayak umum bisa berupa selamat pagi, selamat siang, selamat sore, serta selamat malam.
Kata salam merupakan sebuah bentuk untuk penghormatan atau menghormati orang (tua atau pun muda) dan juga sebagai bentuk doa untuk keamanan dan keselamatan. Membiasakan kata salam sebagai orang tua bisa mengajarkan ketika mau atau hendak pergi keluar rumah ataupun ketika akan pulang masuk rumah. Pembiasaan kata-kata salam ini akan membentuk jiwa dan pribadi anak yang penuh kasih sayang dan kedamaian pada anak.
2. Terima kasih. Rasa syukur atas pemberian dari Tuhan dan bantuan dari orang lain bisa dibiasakan dengan kata ‘terima kasih’. Kata ‘terima kasih’ ini menandakan memang manusia adalah makhluk lemah yang pastinya membutuhkan bantuan dari orang lain. Pembiasaan kata ‘terima kasih’ ini diajarkan oleh orang tua kepada anaknya ketika diberi suatu nikmat dari Tuhan atau diberi sesuatu oleh orang, baik itu ayah atau ibu, kakak, adik, tetangga, saudara, atau pun kepada orang yang belum kenal sekalipun.
3. Maaf. Pada dasarnya manusia juga bukan makhluk yang sempurna. Pasti pernah melakukan kesalahan baik itu sengaja ataupun tidak sengaja. Dengan adanya kata ‘maaf’ ini menandakan bahwa kita menyesal dan tidak ingin mengulangi perbuatan yang salah lagi. Kata ‘maaf” ini juga mempunyai manfaat untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain yang tadinya sedang ada masalah dengan kita. Pembiasaan kata ‘maaf’ mengajarkan ke anak untuk tidak cepat emosi atau marah tetapi mengajarkan untuk selalu rendah hati dan baik sangka pada orang lain.
4. Tolong. Sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Artinya adalah makhluk yang saling membutuhkan bantuan orang lain atau membutuhkan satu dengan yang lain. Kata ‘tolong’ ini adalah permintaan yang sopan atas bantuan dari orang lain. Meminta tolong adalah hal yang manusiawi dan lumrah dikarenakan memang manusia itu lemah tanpa bantuan orang lain. Dengan membiasakan kata ‘tolong’ mengajarkan kepada anak bahwa manusia itu saling membutuhkan, tidak bisa hidup sendiri dan juga membiasakan anak untuk tidak sombong kepada orang lain.
5. Permisi atau izin. Agar anak terbiasa untuk hidup tertib dimanapun ia berada, maka orang tua harus membiasakan kata ‘permisi atau izin’. Orang tua dapat mengajarkan kata ‘permisi’ ini ketika anak lewat atau berjalan di depan orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan juga kata ‘izin’ dibiasakan ketika anak mau atau ingin bermain ke rumah teman atau tetangga sehingga secara tidak sadar anak menghargai keberadaan orang tua dan juga ada arti anak pamit dulu ke orang tua.
6. Baik atau iya. Pengucapan kata ‘baik atau iya’ adalah suatu respon yang sederhana yang menunjukkan kesopanan dan suatu penghargaan terhadap orang lain. Pembiasaan kata ‘baik atau iya’ mengajarkan kepada anak-anak untuk selalu cepat tanggap dan respon setiap ada kesempatan sehingga anak cepat tanggap dan trampil. Ketika anak dipanggil oleh orang tua, maka si anak pun akan cepat merespon dengan jawaban baik atau iya.
7. Bisa. Kata-kata ‘bisa’ ini jarang sekali dikenalkan atau dibiasakan orang tua kepada anak-anaknya sehingga si anak menjadi minder dan tidak percaya diri. Ini juga dapat diartikan si anak kalah terlebih dulu sebelum berperang. Padahal zaman sekarang adalah era berkompetisi dan berjuang. Ketika anak sudah dikenalkan dengan kata ‘bisa’ maka anak akan berusaha semaksimal mungkin walau pada akhirnya memang tidak bisa. Akan tetapi disini diajarkan untuk berusaha atau berikhtiar dulu. Anak mempunyai mental pejuang bukan pecundang. InsyaaAllah dengan kata ‘bisa’ ini menumbuhkan rasa optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi pada anak.
Kata-kata ‘ajaib’ diatas sebenar sederhana dan mudah untuk dipraktekkan, akan tetapi jarang sekali orang tua menyadari akan arti penting pembiasaan kata-kata ‘ajaib’ tersebut diatas. Terkadang orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik atau jasmani saja, kebutuhan rohani atau batin lupa terpikirkan. Disini faktor keteladanan adalah faktor yang terpenting. Anak akan meniru semua ucapan dan tindakan dari orang tuanya. Memorinya akan merekam segala sesuatu yang ia lihat dan dengar. Dan itu semua akan menjadi pembiasaan budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bukunya yang berjudul Rangkuman Ilmu Mendidik, Djaka, Cs mengatakan bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang penting ialah kebiasaan dan perbuatan (prakteknya). Kebiasaan dan perbuatan orang tua pastinya dilihat dan didengar langsung oleh si anak, dan itu semua akan menjadi contoh atau teladan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu orang tua harus benar-benar memperhatikan setiap kata-kata yang keluar dari mulut dan tindak tanduk agar anak bisa dan terbiasa mencontoh atau meniru perkataan dan perbuatan yang baik dari orang tuanya. Karena orang tua adalah teladan pendidikan budi pekerti bagi anak-anaknya.
Biasanya untuk anak yang masih berusia dua tahun ia baru bisa meniru bebarapa kata saja, belum bisa semua. Akan tetapi ketika anak sudah beranjak ke usia tiga tahun, umumnya mereka semua sudah bisa mengerti dan memahami tujuh kata ‘ajaib’ sesuai dengan konteksnya. Minimal orang tua sudah berusaha untuk mengenalkan kata-kata yang positif ke anak dengan harapan si anak nantinya bisa memiliki atau mempunyai akhlak yang mulia, yaitu akhlak yang terpuji. Semoga. Wallahu A’lam bisshowab.