Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 28 May 2020Categories: Artikel Populer, Headline

 Oleh: Ita Juwita

 

Pandemi Covid 19 telah membawa perubahan di hampir semua bidang, salah satunya adalah dunia Pendidikan. Aktivitas pembelajaran tak lagi dilakukan secara tatap muka langsung. Sekolah mulai menerapkan pembelajaran daring. Bentuk pembelajaran daring ada yang dilakukan melalui tatap muka secara virtual ataupun pemberian materi dan tugas secara online.

Banyak keluhan dari berbagai pihak setelah beberapa waktu menjalani pembelajaran daring terutama untuk jenjang SMA/SMK ke bawah. Keluhan ini diutarakan baik oleh pihak orang tua, peserta didik maupun oleh guru sendiri. Orang tua dan peserta didik merasa kewalahan dengan tugas yang diberikan oleh  guru. Di lain pihak, guru juga justru merasa lebih repot karena harus mempersiapkan materi untuk diberikan secara daring.

Pembelajaran daring memiliki karakteristik yang cenderung bersifat monoton, membutuhkan kemampuan teknis, interaksi yang minim baik antara guru dengan peserta didik maupun dengan sesama pesert didik. Karena pembelajaran dilakukan secara virtual maka dibutuhkan konsentrasi tinggi yang cepat, membuat pikiran mudah lelah. Berbeda dengan pembalajaran tatap muka yang memiliki keunggulan sensasi multidimensi.

Pembelajaran dilakukan di rumah mempunyai tingkat distraksi yang cukup tinggi terutama di dunia maya. Kondisi itu memungkinkan anak bebas untuk mengakses berbagai situs dan medsos di luar materi pembelajaran. Pembelajaran di rumah memiliki jam yang cenderung fleksibel. Waktu belajar tidak menuntut anak harus siap belajar pukul 07.00 seperti layaknya di sekolah.

Selain permasalahan di atas, kondisi orang tua yang masih bekerja selama pandemi, baik bekerja di rumah ataupun di luar rumah, tentunya memiliki keterbatasan untuk mendampingi dan memastikan putra-putrinya mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran daring.

Berdasarkan karakteristik pembelajaran daring yang kurang menguntungkan itulah maka diperlukan kemandirian dan  kedisiplinan peserta didik. Bagi anak yang tidak terbiasa berperilaku disipilin dalam belajar maka akan kesulitan mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran di masa pandemi ini semestinya dapat dijadikan momentum untuk melatih anak memiliki kebiasaan belajar yang mandiri dan disiplin. Walaupun sulit tapi tentunya tidak mustahil untuk dilakukan. Karakter kemandirian dan kedisiplinan adalah dua kunci utama bagi anak selama pembelajaran daring. Bahkan dua karakter itu, mandiri dan disiplin, akan menjadi faktor penentu kesuksesan anak di masa depan.

Bagaimana cara jitu yang perlu dilakukan orang tua agar anak memiliki kemandirian dan kedisiplinan dalam pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19? Keterampilan prasyarat apa yang dapat mendorong  peserta didik agar mempuyai kedisiplinan dan kemandirian yang baik? Jawabannya adalah Self Regulation (regulasi diri).  Baumeister menjelaskan regulasi diri sebagai sistem kesadaran manajemen individu yang berfungsi dalam mengarahkan pikiran, perilaku, dan perasaan untuk mencapai tujuan. Regulasi diri terdiri dari 4 komponen yaitu standar, motivasi, monitoring, dan kemauan.

Berdasarkan teori dari Baumeister ini maka kita dapat menumbuhkan dan memperkuat regulasi diri anak terutama dalam hal pembelajaran daring. Yaitu dengan mengaitkan keempat komponen regulasi diri dengan pembelajaran daring.

  1. Standar, dalam hal ini perilaku yang diharapkan. Orang tua harus menjabarkan secara rinci dan detail perilaku apa yang diharapkan selama pembelajaran daring. Tentunya standar ini perlu ditentukan tolak ukurnya.

aplikasi : anak tetap bangun pagi sama seperti saat pembelajaran di sekolah, anak tetap melaksanakan aktivitas belajar seperti saat di sekolah yaitu dari jam X hingga jam Y

  1. Motivasi, motivasi untuk dapat memenuhi standar yang ditetapkan perlu dikuatkan oleh orang tua.

Aplikasi : Penguatan motivasi dapat diberikan dengan pemberian reward saat anak berhasil untuk mencapai standar yang ditetapkan.

  1. Monitoring, ajari dan latih anak untuk dapat mentracking aktivitasnya kemudian minta anak untuk mengevaluasi apakah sudah sesuai dengan standar yang diterapkan.

Aplikasi : buatlah jadwal keseharian yang terstruktur, jelas dan menampilkan durasi waktu untuk setiap aktivitas. Durasi waktu belajar sebaiknya tidak terlalu lama agar anak terhindar rasa jenuh dan bosan.

Jadwal dapat diperkaya dengan tempat checklist agar anak dapat memonitor aktivitas mana yang belum terpenuhi. Usahakan urutan aktivitas di jadwal yang dibuat dapat semirip mungkin dengan aktivitas sehari-hari sebelum pandemi agar kebiasaan anak tetap terjaga.

  1. Kemauan, perilaku untuk mengatur diri adalah hal yang sulit maka diperlukan kekuatan mental atau kemauan yang kuat. Secara psikis anak perlu dikuatkan mentalnya agar mempunyai keteguhan dan ketekunan dalam menjalani pembelajaran daring. Berdasarkan penelitian, aktivitas mental mengontrol diri ternyata membutuhkan glukosa, sebagai bahan bakar otak, yang cukup banyak. Untuk itu, asupan sebagai sumber energi anak harus tersedia.

Aplikasi : sediakan camilan sehat anak, beri nutrisi yang sehat untuk menguatkan kemauan belajar anak selama belajar di rumah!

Ternyata cukup mudah ya untuk membentuk dan memperkuat regulasi diri  anak. Regulasi diri yang baik akan membantu anak untuk meningkatkan adaptasi dan fleksibilitas anak serta memungkinkan anak untuk menyesuaikan diri dengan lebih  mudah dalam lingkungan sosial yang beragam. Mari jadikan momentum ini untuk memperkaya soft skill anak! Selamat mencoba. (ita-1.20)

Referensi :

 Baumeister, Roy; Vohs, Kathleen. “Self-Regulation, Ego Depletion and Motivation”. Social and Personality  Compass 1 (2007)A