Kepala BBPMP Provinsi Jawa Tengah Nugraheni Triastuti Saat Memberikan Materi dan Putut J Wibowo Saat Memimpin Yel Yel PDM (Proaktif, Dinamis, Mandiri), Senin (12/9/22) di Gedung Soekarno.
Semarang – – Kepala BBPMP, Koordinator Widya Prada, dan Konsultan telah mengikuti Workshop Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia UPT Pauddikdasmen regional 1 di Tangerang pada tanggal 7 – 10 September di Hotel Novotel Tangerang.
Kepala BBPMP Provinsi Jawa Tengah, Nugraheni Triastuti, hari ini, Senin (12/9/22) mengadakan sosialisasi dibantu oleh konsultan untuk menyampaikan materi workshop Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia UPT kepada seluruh pegawai yang dilaksanakan di Gedung Soekarno.
Kegiatan Workshop yang berlangsung interaktif di ikuti oleh 216 orang dan dikelompokkan sesuai dengan wilayah masing-masing sesuai penugasan Widyaprada.
Sosial Style
Identifikasi Social Style (gaya sosial) merupakan instrumen penting yang harus dimiliki oleh Widyaprada dalam berkomunikasi dengan Pemda karena itu dapat membantu lebih memahami orang lain melalui dasar pengambilan keputusan dan kontrol dari orang-orang yang memiliki latarbelakang berbeda-beda.
“Semua pegawai BBPMP Provinsi Jawa Tengah harus memiliki identifikasi social style dengan berbagai kepentingan baik di dalam kantor maupun luar kantor terutama Pemerintah Daerah agar bisa membantu mengembangkan hubungan kerja”.
Identifikasi Gaya Driving yang berorientasi pada tugas dan hasil, identik dengan bergerak secara cepat, bersemangat untuk membuat keputusan, mengambil kekuasaan, dan terkadang ingin memegang kendali.
“Jika Widyaprada di wilayah dampingan bertemu dengan gaya driver, maka harus memakai pendekatan sabar karena gaya driver dinilai tidak kooperatif, tidak memiliki toleransi, sehingga dapat mengorbankan hubungan pribadi dalam jangka pendek bahkan panjang dalam mencapai tujuan komunikasi, gaya ini hanya perlu didengarkan”. Pesannya.
Identifikasi Gaya Expressive juga harus diketahui oleh Widyaprada yang memiliki kecenderungan bersedia mengungkapkan perasaannya kepada orang lain dianggap mewakili gaya sosial ini.
“Widyaprada juga harus tahu cara menghadapi Gaya Expressive yang memberikan reaksi secara impulsif dan terbuka dalam menunjukkan perasaan positif maupun negatif. Namun punya sisi menarik, banyak bicara, dan argumentatif. Orang dengan gaya ini hanya perlu diingatkan, terutama jika mereka berlebihan dalam berekspresi”. Pesannya lagi.
Identifijasi Gaya Amiable yang identik dengan sikap yang responsif, tetapi kurang asertif. Artinya, orang-orang yang bergaya ini memiliki kepedulian terhadap orang-orang di atas segalanya.
“Kita juga harus tahu cara menghadapi dengan gaya ini yang dianggap mudah bergaul dapat diandalkan dalam bekerja Sehingga ketika komunikasi ke daerah harus membawa data pendukung karena gaya ini cenderung menghindari konflik dan perlu diberi kepercayaan atau dipantik untuk berinisiatif” Pesannya memberi semangat kepada seluruh pegawai.
Identifikasi Gaya Analytical memiliki sikap asertif dan responsif terhadap orang lain. Mereka biasanya pendiam, logis, dan terkadang berhati-hati. Mereka cenderung tampak jauh dari orang lain dan mungkin tidak berkomunikasi, kecuali ada kebutuhan khusus untuk melakukannya.
“Gaya ini juga harus dipahami oleh semua komunitas yang ada di BBPMP Provinsi Jawa Tengah ketika berkomunikasi orang dengan gaya ini. Widyaprada perlu menggunakan pendekatan data yang cermat, gaya ini hanya perlu diakui atas kebenaran analisis mereka”. Tambahnya.
Metode Social Style Bercampur.
Sedangkan Syaifulloh yang sekilas membantu memberikan materi social style ini menyampaikan bahwa dalam berkomunikasi dengan pihak berkepentingan di Pemda, kita perlu memakai berbagai gaya dan pendekatan agar tujuan komunikasi dengan Pemda bisa tercapai karena menyesuaikan situasi yang dihadapi
“Gaya komunikasi dipengaruhi situasi yang dihadapi, kita semua bisa menggunakan gaya komunikasi berbeda-beda tergantung kondisi, bila kita ke Pemda dan menemui situasi yang tidak menguntungkan, maka kita harus jadi flexing dengan mengikuti situasi yang dihadapi, apakah lawan bicara sedang gembira, sedih, tertarik, bosan, marah, tertarik dengan apa yang kita komunikasikan. Maka udahlah komunikasi dengan situasi” Pesannya.
Sedangkan Slamet Trihartanto Wali Wilayah Kota Surakarta saat tanya jawab menyampaikan bahwa ketika menghadapi orang yang memiliki gaya pasif membutuhkan berbagai macam cara positif untuk mempermudah komunikasi.
Hal itu juga ditambahkan oleh Nani Roosdijati yang menyebutkan karakter tiap daerah memiliki karakteristik dan pendeketan dalam komunikasi agar dapat meyakinkan daerah mendukung program yang ditawarkan.
Dedi Gunawan juga mencermati Rapor Pendidikan yang dapat digunakan sebagai pintu masuk dalam melakukan komunikasi dengan Pemerintah Daerah agar kewajiban menyelesaikan masalah pendidikan di Daerah bisa diketahui oleh pemangku kepentingan.
Alif Noor Hidayati juga menambahkan terkait komunikasi masalah Rapor Pendidikan, ternyata setelah dicermati oleh pemangku Kepentingan di Daerah didapatkan data yang sangat banyak dan dibutuhkan Daerah dalam peningkatan mutu Pendidikan.
Kepala BBPMP Provinsi Jawa Tengah, Nugraheni Triastuti dalam paparan terakhirnya juga berpesan kepada seluruh pegawai agar menggunakan Core Values ASN sebagai sari dari nilai-nilai dasar ASN sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dalam satu kesamaan persepsi yang lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh seluruh ASN.
Materi selanjutnya akan dibahas dan diberikan berupa workshop agar seluruh pihak di BBPMP Provinsi Jawa Tengah bisa memahami dengan baik dan mengimplementasikannya di daerah Wali Wilayah masing-masing.