Published On: 9 January 2020Categories: Artikel, Headline

Kajian dalam kurikulum 2013 adalah siswa diminta untuk mengenal lingkungan agar menjadi siswa yang memiliki sikap serta berketerampilan yang baik sehingga pengetahuan bukan hanya sekedar teori belaka. Buku tema yang dibuat oleh kementerian pendidikan dan sudah beredar di kalangan sekolah bertindak sebagai pegangan guru serta siswa yang didalamnya adalah blue print yang selanjutnya dikembangkan sendiri oleh guru kelas untuk menyampaikan konsep materi sehingga siswa tidak mengahafal teori tetapi siswa mampu menemukan sendiri pemahamannya. Hal ini tentu menjadi point of center bagi para guru untuk diperhatikan pula empat kompetensi dasar guru yang meliputi kompetensi pedagogik dalam menguasai materi dan proses pendidikan, kompetensi kepribadian dalam rangka menumbuhkan sebagai sosok yang mencerminkan kepribadian yang stabil hingga menjadi teladan untuk siswa-siswa, sedangkan  kompetensi sosial untuk menjalin komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan dengan warga sekolah dan kompetensi profesional yang menguasai dalam bidang yang ditekuninya sebagai pelaku pendidikan.

Empat kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut dapat menjadi alternatif dalam mengasah hingga mengembangkan kemampuan siswa baik kemampuan pada bidang akademik maupun non akademik. Pada buku tema untuk guru dan siswa yang digunakan memiliki karakteristik pada setiap jenjang kelasnya. Pada SD kelas 1 terdapat lima muatan pembelajaran yang diajarkan yang meliputi PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, SBDP dan PJOK. Pada muatan pembelajaran PPKn khususnya pada semester genap menekankan pada pancasila baik tentang sila-sila Pancasila, simbolnya, pengamalan sila-sila Pancasila, aturan yang terdapat di sekolah di rumah dan karakteristik masing-masing individu yang ada di rumah maupun di sekolah. Hal ini tentu menjadi jembatan bagi siswa untuk mengenal serta memahami diri sendiri, teman, lingkungan keluarga, sekolah bahkan mengenal pula negaranya.

Pengenalan pembelajaran guru juga perlu membidik dengan memberikan contoh yang ada di kelas yaitu dengan cara siswa diarahkan oleh guru untuk mengamati temannya sehingga diharapkan siswa akan mengetahui karakteristik temannya yang lazimnya siswa akan menyebutkan fisik dari temannya selanjutnya guru dapat meneruskan dengan bagaimana sikapnya saat belajar di kelas, bagaiamana saat siswa melakukan tanggungjawab piket, kedisiplinan berseragam, kedisiplinan waktu untuk sampai di sekolah dan pulang sekolah. Adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menumbuhkan menjawab yang beragam maka secara tidak langsung siswa mampu belajar tentang karakteristik temannya masing-masing kemudian siswa mampu mengenal satu dengan yang lainnya.

Selain pada muatan pelajaran PPKn, ada pula Bahasa Indonesia dimana dapat dimanfaatkan materi pembelajaran dengan peristiwa pagi, siang, sore dan malam hari yang diungkap konsep materi melalui pertanyaan kenapa kalau pagi hingga sore hari tidak gelap? kemudian disusul dengan pertanyaan kenapa kalau malam hari itu gelap? dari ungkapan pertanyaan yang diawali dengan kata tanya “kenapa” akan membuat siswa mencari-cari jawabnnya melalui pengalaman bahkan melalui materi yang pernah dibaca  sehingga pembelajaran yang terjadi akan lebih hidup karena siswa bukan menjadi pendengar atau subjek pasif dalam kegiatan belajar mengajar namun semua itu dapat dengan mudah diubah menjadi siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar serta bukan lagi tentang hafalan dan ingatan isis materi namun kontekstual dari pengalaman yang disinkronkan dengan pokok materi atau konsep inti dari materi yang benar. Hal ini akan menjadikan siswa mampu dilatih untuk berpikir tingkat tinggi pada tataran C4 yaitu analisis peristiwa sederhana yang disesuaikan dengan jenjang kelas. Pertanyaan yang nantinya disuguhkan pada masing-masing siswa dengan awalan “kenapa” kemudian siswa akan mencari jawaban pada lingkungan sekitar baik  sekolah, rumah masyarakat, pengalaman sehari-hari serta pengalaman belajar dari kehidupannya.

Pengambilan contoh dalam memberikan masalah misalkan pada pemecahan masalah matematika tentang soal cerita untuk materi penjumlahan dan pengurangan maka perlu diungkap tentang benda-benda yang sering mereka jumpai dalam lingkungannya hal ini tentu akan menjadikan siswa semakin membumi artinya mengenal lingkungan sekitar walaupun secara tidak langsung akan memupuk peka terhadap lingkungan dan sosial. Roh dari kurikulum 2013 adalah menjadikan siswa-siswa dapar mengenal lingkungannya dengan baik sehingga diarapkan nantinya akan mencintai lingkungan menjaga dan melestarikan keutuhan lingkungan hingga negara serta bangsanya.

Salah satu contoh penerapan yang mudah bagi siswa untuk mengetahui konsep pemecahan masalah secara kontekstual dengan cara memberikan permasalahan penjumlahan dengan mengambil subjek yaitu permen sehingga anak dapat membawa permen ke sekolah yang dapat digunakan untuk berhitung baik penjumlahan maupun pengurangan. Demikian ini maka siswa akan lebih mudah paham bagaimana membedakan model pemecahan masalah pengurangan atau penjumlahan. Selain itu, siswa dapat memanfaatkan batu-batu kecil yang diambil di sekitar  rumah atau lingkungan sekolah dimana dapat digunakan untuk mendapatkan konsep dari membilang bilangan sehingga siswa tidak perlu membeli sempoa dengan harga yang mahal cukup dengan menggunakan batu. Hal ini menjadikan lingkungan sekitar siswa menjadi media dalam pembelajaran.

Dikaji pula pada muatan pelajaran SBDP dimana siswa diajarkan tari gerakan menirukan gerakan hewan dan tumbuhan. Bukan melulu tentang bagaimana bentuk materi yang ada di dalam buku pegangan guru dan siswa namun guru dapat mengeksplor dari lingkungan untuk dapat dijadikan sebagai media pembelajaran seperti menirukan ayam dan kelinci. Ada pula gerakan menirukan gerakan tumbuhan di antaranya ada gerak pohon tertiup angin, gerakan pohon tertiup angin ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Hal ini tentu bukan awam lagi bagi siswa bagaimana gerakan kelinci saat melompat apakah diawali dengan sikap berdiri atau jongkok, gerakan ayam saat mengepakkan sayap, bagaimana bentuk paruh ayam yang dapat diperagakan dengan menggunakan tangan siswa demikian dapat menjadikan pembelajaran yang membumi tidak abstrak karena siswa belajar dengan bekal pengalaman dan media pembelajaran yang diambilkan dari lingkungan para siswa pula.

Laila Nurul Sufa – SD Negeri 1 Kalipucangwetan (Welahan, Jepara)