Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 2 May 2020Categories: Artikel, Headline

Oleh: Dr. Alif Noor Hidayati, M.Pd.

Widyaiswara LPMP Jawa Tengah

 
 

2 Mei 2020 adalah peringatan hari pendidikan nasional yang sangat istimewa. Betapa tidak, tiga momen istimewa ada padanya, yaitu Hari Pendidikan nasional,  berada di bulan penuh berkah yaitu bulan Ramadlan, serta keberadaan siswa di rumah akibat pandemic covid19 yang me ‘memaksa’  berfungsinya pendidikan keluarga secara optimal. Tiga momen istimewa  tersebut patut menjadi bahan merenung sekaligus tempat belajar bagi kita semua, insan pendidikan, untuk semakin menumbuhkan kepedulian dan kepekaan sosial sebagai perwujudan keimanan kepada Allah, Tuhan YME.

Hari pendidikan nasional yang kita peringati setiap tanggal 2 mei, pada tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadlan, bulan dimana diperintahkannya berpuasa sebulan penuh bagi umat Islam. Bulan yang penuh dengan rahmah, saatnya pintu kebaikan dibuka selebar-lebarnya. Dan Allah berjanji melipatgandakan pahala ibadah dalam bulan ini, baik ibadah mahdloh (seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an) maupun ibadah sosial (seperti berbuat baik terhadap keluarga, banyak bersedekah, membantu orang yang sedang kena musibah, menghormati tetangga dan lainnya).

Bulan Ramadlan disebut juga bulan kedermawanan dan kesabaran. Dunia, termasuk Indonesia sedang dilanda wabah pandemic covid 19 yang mengharuskan social distancing dan physical distancing, berjaga jarak sosial dan fisik,  tetap tinggal di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19. Hal ini mengakibatkan banyak orang berkurang pendapatannya, bahkan kehilangan pekerjaan. Daya beli menurun, tingkat kesejahteraan berkurang. Bahkan untuk makan sehari-haripun sudah banyak yang merasa berat memenuhinya. Pada kondisi yang seperti ini sangat tepat bila yang memiliki kelebihan rejeki  berbagi kepada saudara, tetangga kiri kanan dan masyarakat yang membutuhkannya. Saatnya lebih dermawan bagi yang berkecukupan, mengulurkan tangan dan hati untuk sesamanya yang membutuhkan. Bukankah Allah Maha Pemberi. Bukankah Allah akan melipatgandakan 700x kebaikan bagi orang yang berderma di jalanNYa?

Sementara bagi yang terkena dampak, agar meningkatkan kesabarannya, sekaligus berupaya alternatif agar tetap bisa bertahan hidup. Meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yang di luar batas kemampuan hambaNYa.

Momen Hari pendidikan Nasional di tahun  2020 ini juga bersamaan dengan kebijakan belajar dari rumah. Dengan durasi yang cukup lama. Belajar dari rumah dimulai di akhir bulan maret 2020,  dengan batas akhir yang belum bisa diprediksikan, menunggu hingga wabah covid 19 mereda. Bisa sebentar atau lama. Waktu yang panjang ini mengharuskan anak-anak kita, para siswa berada di rumah. Jauh dari sekolahnya, jauh dari gurunya, jauh dari teman-temannya. Namun para siswa tetap bisa belajar secara daring dari guru atau dari sumber sumber belajar lain yang telah banyak diunggah oleh para ahli, pemerhati, atau praktisi pendidikan.

Ketika siswa berada di rumah, ia akan berinteraksi lebih intens dengan keluarganya. Ini lah saat yang sangat tepat bagi keluarga untuk lebih optimal mendidik anak-anaknya. Bahwa keluarga adalah sekolah bagi siswa, sekolah yang pertama dan utama. Pertama karena  bersama keluargalah, seorang siswa pertama kali akan berkomunikasi, berinteraksi dan menerima pendidikan. Baik buruk interaksi itu akan menjadi bekal  dalam membentuk kepribadiannya. Ajaran dan perilaku orang tua akan menjadi role model bagi anaknya. Ketika orang tua memberikan keteladanan positif maka gelombang positif akan menginternalisasi anaknya. Demikian halnya bila contoh kurang baik diberikan orang tua, maka anak akan lebih mudah menerima dan menirunya. Kondisi yang seperti ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang tua. Ajaklah anak berperilaku baik dengan menyusun jadwal kegiatan sehari-harinya di rumah. Integrasikan jadwal itu dengan kegiatan beribadah yang lebih baik. Gandengkan jadwal dengan mengelaborasikan kepekaan sosialnya, kepeduliannya terhadap lingkungan sekitarnya. Ajak anak berdisiplin waktu, terutama waktu untuk beribadah. Seperti sholat di awal waktu. Memenuhi tugas yang diberikan gurunya dengan waktu tepat. Menghargai waktu dengan mengisinya melalui hal-hal positif konstruktif.

Pendidikan di keluarga juga menjadi pendidikan yang utama. Apalagi karena masa belajar optimal  terjadi di rumah, dalam jangka waktu yang lama. Mendidik karakter  untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab atas diri dan lingkungannya dibangun dalam proses ini. Belajar di rumah bersama orang tua dan saudara, membuat anak akan belajar cinta kasih tulus sesama anggota keluarga. Anak akan merasakan, melihat dan mengalami bagaimana orang tua dengan kasih sayang merawat dan membesarkan mereka. Sehingga akan berkembang sikap menghargai dan menghormati orang tuanya.

Diskusi keluarga yang mencerminkan semangat gotong royong, menghargai pendapat orang lain akan muncul dalam berbagai kesempatan. Seperti diskusi tentang masa depan anak, diskusi pemilihan jurusan di sekolahnya, diskusi tentang lay out penataan interior rumah, atau diskusi ringan menentukan menu sahur dan berbuka puasa. Kemampuan berargumentasi terbangun juga dalam proses ini. Bertutur kata yang lemah lembut, sopan, dan dalam bahasa yang tertata rapi terbangun melalui penggunaan bahasa daerah atau bahasa ibu dalam percakapan sehari hari di rumah. Anak akan terbiasa bertutur kata baik, menggunakan kosa kata yang tepat. Lebih jauh akan mengasah kemampuannya berkomunikasi secara santun.

Di rumah, anak akan belajar banyak hal terutama membangun karakter, membangun akhlak mulianya. Orang tua dan saudara akan menjadi guru sekaligus sahabatnya. Demikian halnya, kegiatan sehari-hari akan membingkai pola kerjanya. Bagaimana lingkungan inti ini bekerja menginduksi impuls syaraf siswa. Mengasahnya dengan kebaikan, kesungguhan, tanggung jawab, dan kemandirian. Bila hal baik yang kita tebarkan kepada anak, maka hal baik pula yang akan mereka semai. Demikian pula sebaliknya bila gelombang keburukan yang ada, maka respon jelek yang akan mereka pancarkan. Mari kita bangun pendidikan lewat rumah-rumah, lewat hangatnya interaksi antar anggota keluarga, lewat keteladanan akhlak dari orang tua. Selamat Hari Pendidikan Nasional. Tetap di rumah, tetap belajar, tetap berperilaku baik.