Published On: 13 November 2023Categories: Artikel, Artikel Pendidikan, Artikel Populer, Berita, Headline

Oleh: Dr. MRT (Dr. Mampuono R.Tomoredjo)

Ditulis dengan strategi Tali Bambuapus Giri

Pendahuluan

Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tanggal 10 November, bukan hanya sekadar momen mengenang jasa para pejuang kemerdekaan. Peringatan ini juga menjadi panggung untuk merenungkan peran penting guru dalam membentuk generasi yang memiliki semangat pembelajaran sepanjang hayat. Konsep guru yang terus belajar tidak hanya menciptakan teladan yang baik untuk siswanya, tetapi juga menyesuaikan dengan era modern yang didominasi oleh teknologi informasi dan kecerdasan buatan.

Bila kita kilas balik kejadian yang cukup dekat dengan moment pertempuran di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang kemudian kita peringati sebagai hari Pahlawan, kita bisa belajar dari apa yang dialami Jepang yang saat itu luluh lantak oleh pasukan Sekutu. Pada masa kelam pasca-bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki, Kaisar Hirohito menghadapi kehancuran negaranya. Dua kota terpenting rata dengan tanah, korban mencapai angka yang tak terbayangkan, dan masa depan Jepang dipenuhi ketidakpastian. Namun, di tengah keputusasaan, kisah kebangkitan dimulai dengan pertanyaan sederhana dari sang kaisar kepada para pejabatnya, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”

Pertanyaan itu mencerminkan kesadaran kaisar Hirohito akan peran vital para guru dalam merekonstruksi bangsa. Jumlah guru yang bertahan bukan sekadar statistik; mereka adalah agen perubahan. Kesetiaan mereka pada pendidikan membawa sinar harapan di tengah reruntuhan. Para guru membimbing generasi penerus, menyelamatkan inti kebudayaan Jepang, dan menciptakan pondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Kisah ini memperingatkan kita tentang pentingnya peran guru, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Dalam kehancuran total Jepang pasca-bencana nuklir, para guru dipercaya menjadi arsitek perubahan positif. Melalui investasi pada ilmu dan moral, Jepang pulih, dibimbing oleh generasi yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter dan semangat kebangsaan. Kehadiran mereka sebagai agen transformasi membawa Jepang keluar dari bayang-bayang masa lalu, menciptakan cerminan tentang betapa pentingnya peran guru dalam kehidupan sehari-hari. 

Bila kita refleksikan, hari Pahlawan bukan hanya tentang mengenang keberanian di medan perang, tetapi juga menghargai keberanian di kelas-kelas yang membentuk masa depan, di mana para guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pahlawan pendidik yang membentuk takdir masa depan bangsa. Di Indonesia, potensi luar biasa ini bisa muncul bilamana guru-guru kita bersikukuh mewujudkan diri sebagai pembelajar sepanjang hayat yang sesungguhnya.  Mereka  mahir dalam empat kompetensi intinya, kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional, serta  didukung oleh pemahaman dan dukungan masyarakat dan pemerintah. Melalui investasi ilmu dan moral, guru-guru kita dapat menjadi agen transformasi yang membimbing generasi, mengatasi tantangan, dan membentuk takdir negara menuju masa depan Indonesia yang lebih baik..

Guru sebagai Pembelajar Sepanjang Hayat

Guru, sebagai pilar utama dalam dunia pendidikan, memegang peran yang krusial dalam membentuk generasi penerus. Agar dapat menjadi agen perubahan yang efektif, guru harus memahami dan menerapkan konsep pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana dikehendaki oleh Undang undang Guru dan Dosen. Artinya, peran guru tidak hanya terbatas pada memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga melibatkan komitmen untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Semangat pembelajaran sepanjang hayat pada seorang guru bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi juga merupakan teladan bagi siswanya. Dengan menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak berhenti setelah meninggalkan bangku sekolah, guru menciptakan lingkungan yang mendorong siswa untuk mengadopsi sikap pembelajaran berkelanjutan. Inilah kunci untuk membangun generasi yang selalu berkeinginan untuk meningkatkan diri dan terus tumbuh.

Guru yang menjadi pembelajar sepanjang hayat tidak hanya mengajar dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi juga berbagi pengalaman belajar pribadi. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih mendalam antara guru dan siswa, di mana guru tidak hanya sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai mentor yang patut digugu dan ditiru. Dengan demikian, konsep pembelajaran sepanjang hayat tidak hanya menjadi teori, tetapi juga menjadi kenyataan yang dapat dirasakan oleh siswa.

Melalui pendekatan ini, guru membentuk lingkungan belajar yang dinamis dan memicu motivasi intrinsik siswa. Dengan terus mendorong semangat pembelajaran, guru menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi dan kreativitas yang kuat di dunia yang terus berubah. Dengan demikian, pembelajaran sepanjang hayat bukan hanya konsep, tetapi juga filosofi yang menjadi pondasi dari transformasi pendidikan.

Integrasi Teknologi dan Kecerdasan Buatan (AI)

Di era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0 yang diwarnai oleh kemajuan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI) yang difokuskan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, peran guru sebagai pembelajar sepanjang hayat memunculkan tantangan untuk mengintegrasikan elemen-elemen ini dalam proses pembelajaran. Keterampilan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan teknologi menjadi esensi utama dalam membuka pintu menuju pengalaman belajar yang lebih dinamis dan relevan bagi siswa.

Sebagai contoh, guru yang memanfaatkan AI text generator semisal ChatGPT, Perplexity, atau Google Bard dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merefleksikan pembelajaran dengan lebih efisien. Teknologi ini memberikan kemampuan kepada guru untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih variatif dan disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa. Seorang guru, misalnya, dapat menciptakan rencana pelajaran yang diferensiatif dan fokus pada kebutuhan belajar unik dari masing-masing siswa, menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih personal.

AI art generator, di sisi lain, memberikan guru kemampuan untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif. Dengan menggunakan AI art generator, seorang guru seni dapat memperkaya pengalaman visual siswa dengan gambar, infografis, dan diagram yang lebih dinamis. Ini memberikan kesempatan untuk lebih mendalam dan menyeluruh, membuat pemahaman siswa menjadi lebih nyata dan kontekstual.

Selain itu, penggunaan teknologi berbasis AI lainnya yang berkembang sangat dinamis semisal  AI voice Generator, A music generator, dan AI movie generator,  atau teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) memberikan dimensi baru dalam mendukung pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan VR untuk membawa siswa ke lokasi-lokasi yang sulit diakses secara fisik, seperti eksplorasi lapisan bumi atau kunjungan virtual ke museum di luar negeri. Dengan AR, guru dapat memperkaya lingkungan kelas dengan informasi tambahan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, seperti menampilkan model tiga dimensi saat menjelaskan konsep ilmiah.

Penguasaan teknologi oleh guru juga membuka akses lebih luas terhadap sumber daya pembelajaran. Integrasi media sosial, video pembelajaran, dan aplikasi edukatif menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan dinamis. Sebagai contoh, guru dapat menggunakan platform pembelajaran daring untuk memfasilitasi diskusi antara siswa dari berbagai lokasi atau memanfaatkan aplikasi augmented reality untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif.

Dengan demikian, penguasaan teknologi dan kecerdasan buatan bukan hanya menjadi kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi guru dalam era digital ini. Guru yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan bijak tidak hanya meningkatkan kualitas pengajaran, tetapi juga membentuk siswa untuk menjadi pribadi yang terampil dalam memanfaatkan sumber daya teknologi di kehidupan sehari-hari mereka. Melalui pendekatan inovatif ini, guru menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis, relevan, dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tuntutan dunia yang terus berubah.

Peringatan Hari Pahlawan dan  Apresiasi untuk Guru

Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum penting untuk tidak hanya merayakan perjuangan masa lalu, tetapi juga memberikan apresiasi yang sungguh sungguh kepada para pahlawan di era modern, termasuk peran luar biasa yang dimainkan oleh para guru. Guru yang bertransformasi menjadi pembelajar sepanjang hayat memainkan peran sentral dalam membentuk masa depan melalui pendidikan. Dengan terus mengembangkan diri dan mengintegrasikan teknologi informasi serta kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran, mereka menjadi katalisator utama dalam menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Apresiasi yang tulus terhadap para guru yang bersungguh sungguh belajar sepanjang hayat dan mendedikasikan diri untuk mencerdaskan bangsa sehingga layak disejajarkan sebagai pahlawan di bidang pendidikan seharusnya tidak hanya bersifat simbolis, melainkan tercermin dalam kebijakan pendidikan yang konkret dan progresif. Pengembangan profesional guru menjadi aspek utama yang perlu diperhatikan, di mana pelatihan yang terus-menerus dan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan. Selain itu, memberikan akses yang memadai terhadap teknologi pendidikan akan memperkuat peran guru sebagai inovator dalam pengajaran, membuka peluang pembelajaran yang lebih efektif dan relevan.

Peran pemerintah dan stakeholder pendidikan  dalam menciptakan insentif juga merupakan bagian integral dari apresiasi terhadap guru. Insentif tersebut tidak hanya bersifat finansial, melainkan juga mencakup pengakuan atas dedikasi dan inovasi guru. Dengan memotivasi guru untuk terus berkembang, baik dalam konteks pengetahuan maupun keterampilan mengajar, kualitas pendidikan secara keseluruhan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

Sebagai bagian dari peringatan Hari Pahlawan, masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan apresiasi kepada para guru. Peningkatan kesadaran akan nilai pendidikan dan peran strategis guru dalam membentuk karakter generasi mendatang dapat menciptakan dukungan yang lebih luas. Dengan demikian, apresiasi terhadap guru sebagai pahlawan tidak hanya menjadi slogan, tetapi menjadi landasan nyata bagi pembangunan pendidikan yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Kesimpulan

Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat memiliki peran sentral dalam menciptakan generasi pembelajar di era modern. Dengan menginternalisasi semangat pembelajaran yang berkelanjutan dan mengintegrasikan teknologi informasi serta kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran, guru menjelma menjadi pahlawan pendidikan.

Peringatan Hari Pahlawan seharusnya menjadi momen refleksi untuk menghargai peran krusial guru dalam membentuk masa depan bangsa. Dengan mendukung guru sebagai pahlawan di era modern, kita secara bersama-sama berinvestasi dalam pembangunan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

***

(Penulis, Dr. MRT atau Dr. Mampuono R. Tomoredjo, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC (Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas), dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri Berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Penulis juga pernah menjadi juara Guru Inovatif Asia Pasific Microsoft yang terus berbagi tentang penggunaan ICT Based Learning ).