Published On: 26 July 2024Categories: Berita, Berita Daerah, Headline

Dorong Kolaborasi Atasi Masalah Anak Tidak Sekolah di Boyolali

Boyolali – – Para pemangku kepentingan pendidikan di Boyolali berkumpul dalam satu forum untuk membahas permasalahan anak tidak sekolah (ATS). Forum ini dipimpin langsung oleh Sujina, Waliwilayah BBPMP Jateng untuk Kabupaten Boyolali Gedung PGRI pada Jumat (19/7/2024).

Acara di ikuti oleh Mulyoni, S.Pd, MM (Kabid Bidang SMP), Drs. Setyawan (Kabid Bidang SD), Nur Wachid Ari P, SP, MM (Kasi PNFI Bidang PAUDNI), Ery Purwo Nugroho, SE, MM (Kasubag Perencanaan), Hestiningsih, A.Md (Operator Dapodik), Sri Hestrini Tyas Wijayanti, S.pd, MM (Ketua MKPS SMP), Suroto, S.Pd, M.Pd (Ketua MKKS SMP), Joko Haryanto, S.Pd (Ketua KKKS SD), Muh. Nayiri, S.Pd, M.Pd (Ketua KKPS SD), Dwi Suparni, S.Pd, M.Pd (Pengawas TK), Beyanto, S.Pd (Penilik KoordPAUD Dikdas LS Kec. Selo), Erina Verawati, S.Pd (Pengurus IGTKI), Sujiyanti, S.Pd (Pengurus HIMPAUDI), Amelia Puspitasari, S.Psi, MM (Kasi SMA Cabang Dinas Wilayah), Maryanto, S.Pd., M.Pd (Pengawas SMA Cabang Dinas Wilayah), Bambang Prihantoro, S.Pd, MM (Ketua/Pengurus MKKS SMA), Dwi Amini Setyawati, S.Pd (Pengelola/Kepala PKBM Paket A), Anik Sulastri, S.Pd (Pengelola/Ketua PKBM Paket B), Wiryawan, ST (Pengelola/Ketua PKBM Paket C), Amirudin (Bapperida)

Dalam sambutannya, Sujina menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam mengatasi masalah ATS. “Permasalahan anak tidak sekolah bukan hanya tanggung jawab Dinas Pendidikan saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua. Baik pemerintah, masyarakat, sekolah, hingga keluarga,” tegas Sujina.

Sujina juga memaparkan data terbaru mengenai angka ATS di Kabupaten Boyolali. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. “Angka ini sangat memprihatinkan Kita harus segera bertindak untuk mengubah situasi ini,” imbuhnya.

Salah satu poin penting yang dibahas dalam forum ini adalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka ATS. Selain faktor ekonomi, juga diidentifikasi faktor sosial budaya, geografis, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, para peserta forum menyepakati beberapa langkah strategis. Di antaranya adalah:

1. Meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang angka ATS-nya tinggi.

2. Memberikan bantuan finansial bagi keluarga miskin yang memiliki anak usia sekolah.

3. Menyediakan program pendidikan alternatif seperti pendidikan nonformal dan paket A, B, C untuk anak yang putus sekolah atau kesulitan mengikuti pendidikan formal.

4. Membentuk tim pendamping untuk anak-anak yang berisiko putus sekolah.

5. Meningkatkan kualitas data terkait ATS dan pemantauan terhadap pelaksanaan program-program yang telah dirancang.

Sujina optimis bahwa dengan adanya komitmen dan kolaborasi dari semua pihak, masalah ATS di Kabupaten Boyolali dapat diatasi. “Saya yakin, jika kita semua bekerja sama, kita dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita,” tutup Sujina.

Para peserta forum pun menyambut positif inisiatif ini. Mereka berkomitmen untuk berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata. Harapannya, melalui kolaborasi yang erat, angka anak tidak sekolah di Kabupaten Boyolali dapat ditekan secara signifikan.