_Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia._
Demikian terjemahan pada salah satu ayat al Quran, kitab suci umat Islam. Dalam salah satu tafsir, ayat tersebut mengandung pengertian bahwa pentingnya menyelamatkan nyawa manusia.
Atas dasar kemanusiaaan, itulah tujuan utama dari para pendonor yang mendonorkan darahnya melalui unit transfusi darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan donor darah ini bekerjasama dengan Poliklinik Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (BBPMP Jateng).
Sarjono, salah satu pendonor menuturkan, ia rutin mendonorkan darahnya dalam setiap kegiatan donor darah. Bahkan dari kartu donor yang diperlihatkannya, sudah beberapa kali Sarjono mendonorkan darahnya dalam setahun belakangan ini.
“Saya rutin donor darah. Ini kartu selalu saya bawa. Bagus buat kesehatan saya juga. Yang penting bisa bermanfaat untuk orang lain yang membutuhkan,” kata Sarjono.
Sarjono, pegawai BBPMP Jateng ini juga menyebutkan, baginya menyelamatkan nyawa manusia, salah satunya dengan donor darah. “Kita tidak mengetahui, darah kita nanti dipakai siapa dan dimana. Tapi yang pasti itu menolong mereka yang membutuhkan,” sambungnya.
Koordinator poliklinik BBPMP Jateng Tri Setyaningsih menyebutkan kegiatan donor darah di BBPMP Jateng rutin digelar. “Kita secara reguler tiap 3 bulan sekali. Di awal tahun ini kita kerjasama dengan UTDRS Kariadi,” kata Tri disela-sela pelaksanaan donor darah yang dipusatkan di ruang sekretariat panitia BBPMP Jateng, Jum’at (03/02/23).
Lebih lanjut dikatakan Tri, ini kali kedua pihaknya bekerjasama dengan UTDRS Kariadi. Selain dengan RS Kariadi, BBPMP Jateng dikatakan Tri juga bekerjasama donor darah pada unit transfusi darah PMI Kota Semarang.
Menurut Tri, adanya kegiatan donor darah di dalam kantor BBPMP Jateng ini memang diharapkan oleh para pegawai. “Mereka yang mau donor tidak perlu keluar kantor untuk donor darah. Memudahkan pegawai juga kalau ada disini,” imbuh Tri.
Beberapa kali pelaksanaan, animo pegawai yang ikut serta dalam donor darah cukup tinggi. Sewaktu masih bernama LPMP, rata-rata 30 orang pegawai yang ikut serta.
“Kini setelah reorganisasi penggabungan 2 lembaga orangnya lebih banyak 2 kali lipat. Jadi kali ini kami target 100 orang pendonor,” pungkas Tri.
Sementara itu, koordinator tim pelaksanaan donor darah dari UTDRS Kariadi, dokter Vanessa Mutiara, mengatakan, kebutuhan darah di RSUP Dr. Kariadi cukup tinggi. Hal ini dikarenakan rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan utama dari fasilitas kesehatan di Jawa Tengah.
“Rata-rata kebutuhan darah di RSUP Dr. Kariadi 5000-6000 kantong darah per bulan. Kebutuhan darah tertinggi pada saat tindakan operasi, itu bisa mencapai 10-12 kantong darah,” lanjut Vanessa.
Sehingga lanjut Vanessa, unit transfusi darah ini cukup vital di rumah sakit. “Unit ini baru berdiri 3 tahun berdiri. Kami keliling ke instansi dan bergerak juga di komunitas masyarakat. Setiap bulan ada 12 kegiatan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan kali ini UTDRS Kariadi menyiapkan 4 brankar (kasur lapangan) dan 2 tim yakni tim unit transfusi yang terdiri dari aftaper dan dokter serta tim humas sebagai dokumentasi pelaksanaan kegiatan.
Tim teknis transfusi darah ada yang disebut aftaper. Dalam kamus kesehatan, aftaper merupakan orang yang menyadap atau menyeleksi darah.
“Aftaper ini semacam penyeleksi. Calon pendonor sebelum dilakukan transfusi di skrining dulu, di analisis riwayat calonnya, apakah memenuhi sesuai syarat-syarat minimum pendonor darah,” kata Vanessa.
Dokter yang kesehariannya bertugas di Patologi Klinis RSUP Dr. Kariadi ini menerangkan diantara syarat calon pendonor yakni harus berbadan sehat dan tidak mengkonsumsi obat-obatan ataupun jamu 3 hari sebelumnya.
Selain itu, rentang usia sebaiknya dari usia 17 tahun hingga 60 tahun. Berat badan minimum 45 kg, kadar hemoglobin 12,5 gr% – 17gr%. Tekanan darah rentang bawah 60-100mmHg dan rentang atas 100-160mmHg.
“Ini juga menjadi salah satu keuntungan calon pendonor, mereka akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan lengkap. Kalaupun batal menjadi pendonor darah, skrining ini menjadi peringatan bagi kesehatannya,” kata Vanessa.
Syarat ketat ini pula yang membuat Supriyadi dan Putut Wibowo batal menjadi pendonor darah pada kesempatan tersebut. Kedua pegawai BBPMP Jateng ini saat di analisis riwayatnya belum memenuhi syarat.
Putut Wibowo batal karena belum memenuhi syarat jarak antar waktu mendonorkan darahnya. Ia belum genap 2 bulan lalu donor darah. Itu terbaca dari kartu donornya.
Sementara Supriyadi setelah di cek hemoglobinnya melebihi ambang batas 17 gr%. Ia tidak dapat melanjutkan transfusi darah. “Saya sudah berusaha, tapi ternyata lagi tinggi tensi dan hemoglobinnya. Lain waktu saya ikut lagi,” pungkas Supriyadi. (LUB)