Published On: 22 December 2022Categories: Artikel Pendidikan, Headline

Design Thinking*!!

Oleh: Sudaryanta

Coba perhatikan 5 tahapan penemuan GOJEK ini!
1. Untuk menghindari kemacetan dan kesulitan tempat parkir di Jakarta yang luar biasa, Nadiem Makarim lebih suka naik ojek disbanding dengan membawa mobil. Beliau juga merasakan bahwa masyarakat secara umum menghadapi permasalahan yang sama, sehingga membutuhkan transportasi alternatif. Selain itu, karena sering menggunakan jasa ojek, Beliau sangat memahami bagaimana susahnya kerja sebagai tukang ojek. Sudah biasa mereka ngepos di pangkalan dari matahari belum muncul hingga matahari sudah tak tampak lagi hanya untuk mengantar 2-3 orang. Mas Nadiem merasa prihatin, berempati dengan nasib para pengojek.

2. Mas Nadiem mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut. Masyarakat selaku konsumen menghadapai permasalahan kemacetan setiap saat. Di lain pihak, para tukang ojek menghadapi permasalahan terkait dengan rendahnya dan ketidakpastiannya dalam memperoleh pendapatan, walau mereka selalu stand by di pangkalannya. Konsumen Ketika membutuhkan jasa ojek kesulitan karena harus mendatangi pangkalan. Tukang ojek menunggu berjam-jam belum tentu dapat penumpang. Permasalahan inefisiensi pasar ini, menurut Mas Nadiem perlu terobosan baru, sehingga Beliau mendefinisikan problem statement: : “Masyarakat butuh transportasi alternatif untuk menghindari kemacetan Jakarta dan tukang ojek butuh kepastian penghasilan (penumpang)”.

3. Berdasarkan adanya keresahan masyarakat ibu kota, nasib tukang ojek dan rumusan pernyataan masalah tersebut, Mas Nadiem mengajukan beberapa ide sebagai solusi. Salah satunya dengan menciptakan penghubung antara kebutuhan penumpang dengan pengojek.

4. Terciptalah, pada tahun 2010, sebuah call center untuk 20 tukang ojek. Ini sebuah prototype yang mendapat respon positif dari masyarakat luas. Setelah itu, dikembangkanlah Aplikasi Gojek.

5. Pada tahun 2015, Gojek merilis aplikasi Go-Ride. 800 orang tukang ojek berbondong-bondong mendaftar, dari semula hanya 20 orang. Tahapan test ini berhasil. Gojek sukses menjadi penghubung mitra ojek online dengan konsumen yang membutuhkan transportasi alternatif untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Kemudian Gojek terus mengembangkan layanannya, bukan hanya mengantar orang tapi juga barang, makanan, belanja dan lain-lain.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dilihat bahwa design thinking sangat berkaitan dengan penciptaan terobosan/inovasi dalam mengatasi permasalahan melalui penemuan ide-ide alternatif di luar pakem/kebiasaan yang itu-itu saja (out of the box). Ini menjadi sebuah proses untuk memecahkan masalah yang kompleks dengan menitikberatkan kepentingan pengguna.

Dalam hal ini, solusi atas kebutuhan menjadi fokus. Ide-ide dikembangkan menjadi produk nyata (hands on) yang dapat diuji (test) secara langsung apakah benar-benar sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Proses ini menuntut terobosan inovatif yang benar-benar baru dan segar melalui kreatifitas tingkat tinggi, dimulai dengan mencari esensi permasalahan, menciptakan desain untuk menjawab permasalahan tersebut. Bisa jadi akan membutuhkan proses yang berulang untuk benar-benar memahami apa yang dibutuhkan pengguna.

Terdapat 5 tahapan dalam design thinking, meski tidak harus dilakukan secara berurutan, sebagai berikut:

1. Empathize
Pada tahapan paling krusial ini, kita harus menaruh empati untuk mengenal pengguna dan memahami keinginan, kebutuhan, dan tujuan mereka. Tahap ini mengharuskan  untuk meninggalkan asumsi terhadap pengguna dan mulai memahami mindset pengguna. Misal dengan menggunakan pertanyaan WHAT, menanyakan apa yang dilakukan pengguna, HOW, bagaimana mereka melakukannya, dan WHY, mengapa mereka melakukannya. Ketiga pertanyaan tersebut akan membantu melakukan observasi yang objektif. Pemahaman sisi psikologis – emosional ini, bisa dilakukan dengan interaksi langsung maupun cara lainnya. Misalnya dengan menganalisis catatan dan feedback yang diberikan pengguna dalam berbagai kesempatan.

2. Define
Setelah mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengguna, tugas selanjutnya adalah menganalisis untuk identifikasi masalah atau hambatan yang dialami pengguna. Kemudian definisikan problem statement.

3. Ideate
Berdasarkan pemahaman atas permasalahan dan keluhan pengguna serta problem statement yang jelas, disusunlah ide-ide kreatif sebagai solusi masalah melalui proses kreatif tingkat tinggi. Tahapan ini dapat memanfaatkan Teknik brainstorming, roleplay, mind mapping dan lain-lain.

4. Prototype
Pilih ide yang paling ‘wow’, kemudian ubah menjadi sesuatu yang tampak. Prototype merupakan produk belum jadi, simulasi, sample yang dapat mengevaluasi ide dan desain yang sudah dirancang. Di tahap ini, solusi yang ditawarkan bisa jadi diterima, diperbaiki, dirancang ulang, bahkan ditolak, karena yang terpenting adalah mempertanyakan ulang apakah produk yang ada sudah dapat menjawab permasalahan pengguna.

5. Test
Pada tahap ini, saatnya menguji prototype kepada pengguna. Meski tahap ini berada di akhir, bukan berarti proses design thinking telah selesai. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, design thinking adalah metode non-linear. Proses testing bisa jadi memunculkan kekurangan atau celah dari proses design thinking lainnya. Kalau begitu, harus memperbaiki hasil dari proses yang rumpang. Misalnya, setelah dilakukan testing ternyata pengguna tidak terlalu membutuhkannya. Bisa jadi, problem statement yang dirumuskan kurang tepat. Maka, kamu harus mengulang kembali identifikasi masalah di tahapan define, lalu menentukan kembali ide-ide sebagai solusi masalah agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Kelima tahapan ini diharapkan dapat menjadi langkah penemuan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan. (Dar)

*Diolah dari berbagai sumber.