Published On: 16 April 2023Categories: Artikel Pendidikan, Artikel Populer, Berita

Oleh: Dr. Mampuono, M.Kom.
(Widyaparada BBPMP Jateng, Strategi Tali Bambuapus Giri)

Di era digital ini, perkembangan teknologi semakin pesat, terutama teknologi Artificial Intelligence (AI) yang semakin merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satu implementasi AI yang semakin populer adalah ChatGPT, program komputer berbasis teks yang menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP) untuk meniru cara manusia berbicara dan memberikan respons yang realistis dalam sebuah percakapan.

Terdapat berbagai manfaat dalam penggunaan ChatGPT, seperti kemudahan dalam berkomunikasi, penghematan waktu, dan lain sebagainya, namun yang perlu diwaspadai, setiap perubahan pasti membawa dampak, termasuk dampak negatif. Ini dibuktikan dari adanya fakta bahwa dalam beberapa kasus, ChatGPT dapat menimbulkan masalah, terutama ketika digunakan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan etika dan moral. Ini yang kemudian memunculkan kekhawatiran akan terjadinya pelanggaran privasi data dan penyebaran informasi yang tidak akurat. Belum lagi dampak-dampak negatif yang lain seperti ancaman pengambilalihan pekerjaan manusia, ketergantungan terhadap teknologi, sampai adanya kekhawatiran penjajahan oleh AI kepada umat manusia. Maka hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Oleh karena itu, para pengguna dan pemangku kepentingan dalam pengembangan teknologi ChatGPT, harus memperhatikan dengan hati-hati dampak negatifnya dan mencari solusi untuk mengatasinya.

Beberapa Dampak Negatif Penggunaan ChatGPT

Di luar banyaknya manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ChatGPT, ada juga beberapa dampak negatif yang perlu di waspadai keberadaannya, di antaranya adalah:

1. Penyebaran konten yang tidak etis atau berbahaya

ChatGPT dapat digunakan untuk membuat konten yang tidak etis atau berbahaya, seperti pemalsuan dokumen, penipuan online, atau konten pornografi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan dan regulasi yang ketat untuk memastikan bahwa ChatGPT tidak disalahgunakan untuk tujuan yang merugikan.

2. Meningkatnya kesenjangan digital

Penggunaan teknologi canggih seperti ChatGPT dapat meningkatkan kesenjangan digital antara mereka yang memiliki akses dan keahlian dalam teknologi dan mereka yang tidak. Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksetaraan dalam lapangan kerja dan kesempatan ekonomi.

3. Meningkatnya kekhawatiran tentang ancaman AI yang cerdas

Kemampuan ChatGPT untuk meniru cara manusia berbicara dan merespons membuat beberapa orang khawatir tentang dampak jangka panjang dari teknologi kecerdasan buatan. Ada kekhawatiran bahwa AI yang cerdas seperti ChatGPT dapat mengancam pekerjaan manusia dan menggantikan interaksi manusia yang sebenarnya.

4. Penyebaran informasi palsu dan hoaks

ChatGPT dapat digunakan untuk menghasilkan konten palsu atau hoaks dengan mudah dan cepat. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi yang tidak benar dan merugikan orang lain, serta menimbulkan ketidakpercayaan pada informasi yang sebenarnya.

5. Pelanggaran privasi

Penggunaan ChatGPT dapat mengancam privasi dan keamanan data pribadi pengguna. Sebagai contoh, ChatGPT dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi pribadi atau meretas akun media sosial pengguna. Perlu dilakukan tindakan pencegahan yang memadai untuk memastikan bahwa data pribadi pengguna tidak disalahgunakan atau disebarkan tanpa izin.

6. Penggantian tenaga kerja manusia

Dalam beberapa industri, ChatGPT dapat digunakan untuk menggantikan pekerjaan manusia yang lebih sederhana dan berulang. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan lapangan kerja dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.

7. Terabaikannya kemampuan bahasa manusia

Penggunaan ChatGPT yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan berbahasa secara alami. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan juga dapat mengabaikan pentingnya keberadaan bahasa manusia dan kemampuan komunikasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Ketergantungan pada teknologi

Penggunaan ChatGPT dan teknologi kecerdasan buatan lainnya dapat memicu ketergantungan pada teknologi, sehingga membuat orang semakin sulit untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan tanpa bantuan teknologi. Hal ini dapat menyebabkan masalah ketika teknologi gagal atau tidak tersedia.

Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT harus diimbangi dengan regulasi yang ketat, ketrampilan digital yang layak, kesadaran moral, dan pengawasan yang memadai untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang dapat dihasilkan.

Bagaimana solusinya ?

Untuk mengatasi dampak negatif dari ChatGPT, diperlukan tindakan yang tepat dan berkelanjutan. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Solusi untuk penyebaran konten yang tidak etis atau berbahaya

Untuk mengatasi dampak negatif ini, perlu dilakukan pengawasan dan regulasi yang ketat pada penggunaan ChatGPT. Diperlukan upaya untuk memonitor dan mengontrol konten yang dihasilkan oleh ChatGPT dan memastikan bahwa tidak ada konten yang tidak etis atau berbahaya yang diproduksi. Selain itu, perlu disediakan pelatihan dan edukasi bagi pengguna ChatGPT untuk memastikan bahwa mereka memahami konsekuensi dari penyalahgunaan ChatGPT.

2. Solusi untuk Meningkatnya kesenjangan digital

Untuk mengurangi kesenjangan digital yang disebabkan oleh penggunaan teknologi canggih seperti ChatGPT, perlu ada upaya untuk meningkatkan aksesibilitas teknologi dan memberikan pelatihan kepada orang-orang yang tidak terbiasa dengan teknologi ini. Dalam hal ini, pemerintah dan organisasi nirlaba seperti organisasi pendidik semacam PGRI, PTIC, IGI, Pergunu, dan lain lain dapat berperan penting dalam memberikan akses dan pelatihan teknologi kepada masyarakat yang membutuhkan.

3. Solusi untuk meningkatnya kekhawatiran tentang AI yang cerdas

Untuk mengatasi kekhawatiran ini, diperlukan upaya untuk memperjelas apa yang dapat dilakukan oleh AI seperti ChatGPT dan apa yang tidak dapat dilakukan. Penelitian dan pengembangan AI harus dipertimbangkan secara etis dan harus ada pengawasan yang ketat dalam penggunaannya. Selain itu, perlu dilakukan dialog dan diskusi dengan masyarakat umum untuk mengurangi kekhawatiran mereka tentang AI cerdas dan membantu mereka memahami manfaat dan potensi risiko dari teknologi ini.

4. Solusi untuk penyebaran informasi palsu dan hoaks

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memastikan bahwa pengguna ChatGPT memahami dan bertanggung jawab atas konten yang mereka hasilkan. Perlu dilakukan pelatihan penigkatan literasi digital untuk mengajarkan pengguna tentang bagaimana memeriksa dan memverifikasi informasi yang mereka terima dari ChatGPT dan menghindari menyebarkan informasi yang tidak benar. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dari informasi palsu dan hoaks dan pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.

5. Solusi untuk pelanggaran privasi

Solusinya dapat berupa perlindungan data yang lebih baik dan ketat dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Selain itu, perusahaan dan pengembang teknologi juga harus mematuhi regulasi dan kebijakan privasi yang berlaku untuk mencegah penyalahgunaan data.

6. Solusi untuk penggantian tenaga kerja manusia

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upskilling dan reskilling untuk tenaga kerja agar dapat mengadaptasi perubahan dan memperoleh keterampilan yang relevan dengan teknologi baru, sehingga mereka dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif.

7. Solusi untuk terabaikannya kemampuan bahasa manusia

Solusinya adalah dengan menekankan pentingnya kemampuan berbahasa secara alami dan komunikasi manusia dalam pendidikan dan pelatihan. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan juga dapat dikembangkan dengan mengintegrasikan bahasa manusia yang lebih alami dan konteks yang lebih luas.

8. Solusi untuk Ketergantungan pada teknologi

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pengembangan dan peningkatan keterampilan manusia dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang lebih mandiri. Selain itu, perusahaan dan pengembang teknologi juga harus mempertimbangkan keterbatasan teknologi dan memastikan bahwa manusia tetap menjadi pihak yang mengambil keputusan akhir.

Meskipun teknologi ChatGPT memberikan banyak manfaat, namun penggunaannya juga menimbulkan dampak negatif yang signifikan. Oleh karena itu, perlu adanya solusi yang tepat untuk mengatasi dampak negatif tersebut sebagaimana diuraikan di atas sehingga dampak negatif tersebut dapat diminimalkan. Selain itu, peningkatan kesadaran pengguna juga diperlukan agar mereka lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi ini.

Dalam mengatasi dampak negatif ChatGPT, tindakan yang tepat dan berkelanjutan juga harus dilakukan. Hal ini dapat mencakup perbaikan pada algoritma ChatGPT untuk mengurangi bias dan meningkatkan akurasi, pengembangan sistem keamanan yang lebih baik, dan pelatihan pengguna tentang cara menggunakan teknologi ini dengan bertanggung jawab. Selain itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara kemudahan dan dampak negatif teknologi ChatGPT. Dengan cara ini, teknologi kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan secara positif dan memberikan manfaat yang optimal bagi kehidupan manusia.

***

(Penulis, Dr. Mampuono, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC, Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas, dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau implementasi literasi produktif bersama dalam pembuatan pustaka digital mandiri berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.)

SUMBER BACAAN

  • Borji, Ali. “A categorical archive of ChatGPT failures.” arXiv preprint arXiv:2302.03494(2023).
  • Carvalho, I., & Ivanov, S. (2023). ChatGPT for tourism: applications, benefits and risks. Tourism Review.
  • Dwivedi, Y. K., Kshetri, N., Hughes, L., Slade, E. L., Jeyaraj, A., Kar, A. K., … & Wright, R. (2023). “So what if ChatGPT wrote it?” Multidisciplinary perspectives on opportunities, challenges and implications of generative conversational AI for research, practice and policy. International Journal of Information Management, 71, 102642.
  • Jalil, S., Rafi, S., LaToza, T. D., Moran, K., & Lam, W. (2023). Chatgpt and software testing education: Promises & perils. arXiv preprint arXiv:2302.03287.
  • Kasneci, E., Seßler, K., Küchemann, S., Bannert, M., Dementieva, D., Fischer, F., … & Kasneci, G. (2023). ChatGPT for good? On opportunities and challenges of large language models for education. Learning and Individual Differences, 103, 102274.
  • Kocoń, J., Cichecki, I., Kaszyca, O., Kochanek, M., Szydło, D., Baran, J., … & Kazienko, P. (2023). ChatGPT: Jack of all trades, master of none. arXiv preprint arXiv:2302.10724.
  • Lund, B. D., & Wang, T. (2023). Chatting about ChatGPT: how may AI and GPT impact academia and libraries?. Library Hi Tech News.
  • Malinka, K., Perešíni, M., Firc, A., Hujňák, O., & Januš, F. (2023). On the Educational Impact of ChatGPT: Is Artificial Intelligence Ready to Obtain a University Degree?. arXiv preprint arXiv:2303.11146.
  • Naumova, E. N. (2023). A mistake-find exercise: a teacher’s tool to engage with information innovations, ChatGPT, and their analogs. Journal of Public Health Policy, 1-6.
  • Taecharungroj, V. (2023). “What Can ChatGPT Do?” Analyzing Early Reactions to the Innovative AI Chatbot on Twitter. Big Data and Cognitive Computing, 7(1), 35.
  • Tlili, A., Shehata, B., Adarkwah, M. A., Bozkurt, A., Hickey, D. T., Huang, R., & Agyemang, B. (2023). What if the devil is my guardian angel: ChatGPT as a case study of using chatbots in education. Smart Learning Environments, 10(1), 15.