Oleh: Dr. Mampuono, S.Pd., M.Kom.
(Tali Bambuapus Giri)
Cita-cita Sang Anak
Setiap anak, sebagaimana yang dialami penulis pada waktu kecil, memiliki alasan dan motivasi yang unik dalam memilih cita-citanya, termasuk cita-cita menjadi seorang guru. Cita-cita ini mencerminkan keinginan mereka untuk belajar, berkembang, memberikan kontribusi, dan membentuk masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Banyak anak bercita-cita menjadi guru yang berdedikasi karena mereka terinspirasi oleh pengaruh dan peran penting guru dalam hidup mereka. Penulis sendiri pada saat masih di sekolah dasar pernah bercita cita menjadi seorang guru karena kekaguman penulis pada guru. Bagi penulis, guru adalah sosok yang pintar, terhormat, pandai bercerita, terpelajar, rapi, hidup teratur, wangi, selalu naik sepeda jenki yang kami semua tidak miliki karena pada saat itu sepeda adalah barang mewah di desa kami.
Guru menjadi mentor, pemandu, dan inspirator yang membantu anak-anak dalam belajar, tumbuh, dan menemukan minat mereka. Pengaruh positif dari guru dapat membuat anak-anak terinspirasi untuk memberikan kontribusi yang sama dalam kehidupan orang lain melalui profesi guru.
Menjadi seorang guru memberikan kesempatan untuk membantu anak-anak tumbuh, belajar, dan mencapai potensi mereka. Guru dapat melihat langsung hasil kerja mereka ketika siswa mencapai kesuksesan akademik, mengatasi tantangan, atau mengembangkan keterampilan baru. Rasa pemenuhan dan kepuasan yang dirasakan ketika berkontribusi pada perkembangan generasi mendatang dapat menjadi faktor motivasi bagi anak-anak untuk memilih karir sebagai guru.
Anak-anak yang memiliki hasrat untuk belajar dan rasa ingin tahu yang kuat sering kali tertarik pada profesi guru. Mereka ingin terus belajar dan mengembangkan pengetahuan mereka sendiri serta berbagi pengetahuan tersebut dengan orang lain, terutama dengan generasi muda.
Dalam masyarakat di mana guru dihormati dan dianggap penting, anak-anak dapat terpengaruh oleh penghargaan dan apresiasi yang diberikan kepada guru. Peran model dari guru-guru mereka yang menginspirasi dan berdedikasi juga dapat memicu minat anak-anak untuk mengikuti jejak mereka.
Banyak anak memiliki keinginan kuat untuk membawa perubahan positif dalam dunia ini. Mereka melihat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai perubahan tersebut dan merasa bahwa menjadi guru adalah cara yang efektif untuk memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan orang lain dan masyarakat.
Setujukah Jika Anak Kita Menjadi Guru?
Profesi guru di tanah air menghadapi tantangan besar di tengah perubahan zaman yang terus berlangsung. Fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa menjadi seorang guru belumlah merupakan pilihan karir yang menjanjikan. Bahkan masih banyak guru yang harus hidup prihatin dengan gaji masih jauh dari upah minimum buruh pabrik sekalipun. BIsa dikatakan bahwa mereka hidup sebagai guru dengan penghasilan yang belum layak disebut sebagai mencapai di atas standar kemiskinan.
Namun, di tengah pertanyaan ini, sebagai orangtua, masihkah kita setuju ketika anak-anak di usia dininya telah mendeklarasikan keinginan mereka untuk menjadi guru? Pertanyaan ini menggambarkan dilema yang kompleks dalam memilih profesi menjadi seorang guru. Walaupun menjadi guru adalah suatu panggilan mulia dan penting dalam masyarakat, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam bidang ini, terutama terkait dengan kesejahteraan dan pengakuan profesi.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap profesi memiliki tantangannya sendiri, dan tidak ada pekerjaan yang sempurna. Keputusan menjadi guru harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang panggilan tersebut, nilai-nilai personal, spiritual, sosial dan keinginan untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan generasi mendatang.
Sebagai orangtua, kita perlu melakukan pertimbangan yang cermat dan realistis dalam membantu anak memutuskan apakah ingin menjadi guru atau tidak. Dalam mendukung anak-anak dalam cita-cita mereka, amat penting bagi orang tua untuk memberikan pemahaman yang jujur tentang tantangan dan komitmen yang terlibat dalam menjadi seorang guru. Jika anak memiliki dedikasi yang kuat dan memahami komitmen yang diperlukan, sebagai orangtua, kita dapat memberikan dukungan dan mempersiapkannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang guru yang baik.
Selain itu, sebagai masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk mendukung perbaikan sistem pendidikan dan kesejahteraan guru. Ini termasuk memberikan pengakuan yang pantas terhadap profesi guru, memperbaiki kondisi kerja, meningkatkan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan kompensasi yang layak bagi guru. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi guru dan mendorong anak-anak yang berbakat untuk mengembangkan karir di bidang pendidikan.
Tantangan
Tantangan dan PR besar yang masih dihadapi dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan guru perlu terus diatasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi para guru. Berikut ini adalah beberapa PR besar yang perlu menjadi perhatian.
1. Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan guru merupakan aspek penting dalam menarik dan mempertahankan individu yang berkualitas dalam profesi ini. Untuk meningkatkan kesejahteraan guru, perlu dilakukan upaya perbaikan terhadap gaji dan tunjangan mereka. Selain itu, jaminan sosial yang memadai, peluang pengembangan karir, dan fasilitas kerja yang memadai juga harus menjadi fokus perhatian. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan pengakuan dan nilai sosial terhadap profesi guru serta memberikan insentif yang mendorong individu untuk memilih karir menjadi guru.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang diperlukan untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pendidikan dan pelatihan yang baik bagi para calon guru sejak awal. Program pendidikan guru yang komprehensif dan konten kurikulum yang relevan harus diperkuat. Selain itu, penting juga untuk menyediakan program pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi para guru, sehingga mereka dapat terus mengikuti perkembangan terkini dalam bidang pendidikan.
3. Pengakuan Profesi Guru
Pengakuan dan apresiasi yang pantas perlu diberikan kepada para guru atas peran dan kontribusinya dalam membentuk masa depan generasi muda. Hal ini dapat dilakukan melalui penghargaan, peningkatan status sosial, dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan pendidikan. Guru juga harus memiliki otonomi dan kebebasan dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta mengadopsi pendekatan inovatif dalam pengajaran.
4. Infrastruktur pendidikan
Meningkatkan infrastruktur pendidikan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Beberapa daerah, terutama di pedesaan, mungkin masih memiliki keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana pendidikan. Perlu dilakukan investasi dalam pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah, peralatan pembelajaran, dan teknologi pendidikan yang memadai.
5. Kesetaraan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan
Kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan juga perlu diatasi. Upaya perlu dilakukan untuk menyediakan akses pendidikan yang sama baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ini dapat melibatkan penyediaan sarana transportasi, program beasiswa, dan dukungan tambahan untuk daerah-daerah terpencil.
6. Kualitas kurikulum dan pembelajaran
Peningkatan kualitas kurikulum dan pembelajaran juga menjadi tantangan. Kurikulum harus relevan, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengembangkan keterampilan 21st century seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Pembelajaran juga perlu melibatkan pendekatan yang inovatif dan menarik bagi siswa agar mereka dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar.
7. Inklusi dan keadilan pendidikan
Penting untuk mempromosikan inklusi dan keadilan pendidikan, sehingga semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa diskriminasi. Ini termasuk memberikan dukungan bagi siswa dengan kebutuhan khusus, memperhatikan keragaman budaya, dan mengurangi kesenjangan sosial dalam akses pendidikan.
Meskipun masih ada tantangan yang perlu dihadapi, menjadi guru tetap merupakan panggilan yang mulia dan penting dalam membentuk masa depan generasi mendatang. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, masyarakat, dan orangtua, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi para guru. Hal ini akan membuat anak-anak yang bercita-cita menjadi guru melihat bahwa profesi ini tetap menjanjikan dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pendidikan dan masyarakat.
Langkah Konkret
Selain mengatasi tantangan dan PR besar yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa langkah konkret yang dapat diambil untuk mendorong anak-anak yang bercita-cita menjadi guru dan mempersiapkan mereka sejak dini yang di antaranya dapat di jabarkan berikut ini.
1. Pendidikan dan Informasi
Berikan anak-anak akses kepada informasi yang akurat dan objektif mengenai profesi guru, termasuk tantangan dan keuntungan yang terkait dengannya. Diskusikan dengan mereka tentang peran penting guru dalam masyarakat dan dampak positif yang dapat mereka berikan kepada siswa dan komunitas.
2. Pembelajaran dan Pengalaman
Dorong anak-anak untuk mengambil peran sebagai pemimpin dan pengajar di lingkungan sekitar mereka. Libatkan mereka dalam kegiatan seperti mentoring teman sebaya, membantu di pusat pembelajaran, atau menjadi sukarelawan di program pendidikan. Hal ini akan membantu mereka memperoleh pemahaman praktis tentang apa yang diperlukan untuk menjadi guru dan memperkuat minat mereka.
3. Kunjungan ke Sekolah dan Interaksi dengan Guru
Ajak anak-anak untuk mengunjungi sekolah-sekolah dan bertemu dengan guru-guru yang berpengalaman. Mereka dapat melihat langsung kerja seorang guru, berbicara dengan mereka tentang pengalaman mereka, dan mendapatkan wawasan tentang karir ini.
4. Dukungan dan Pengembangan Bakat
Jika anak menunjukkan minat dan bakat dalam mengajar dan membimbing orang lain, berikan dukungan yang positif dan fasilitasi pengembangan bakat mereka. Bantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan penguasaan materi yang relevan untuk bidang pendidikan.
5. Diversifikasi Pilihan Karir dalam Pendidikan
Tunjukkan kepada anak-anak bahwa pendidikan bukan hanya tentang menjadi guru di kelas tradisional. Ada banyak peran lain dalam bidang pendidikan seperti peneliti pendidikan, pengembang kurikulum, konselor, administrator sekolah, atau spesialis pendidikan khusus. Mengenalkan mereka pada berbagai opsi ini dapat membantu mereka mempertimbangkan alternatif karir yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka.
Selama proses ini, penting bagi orangtua untuk memberikan dukungan emosional dan mendengarkan aspirasi anak-anak mereka. Setiap keputusan karir harus didasarkan pada minat dan komitmen yang kuat. Dalam hal menjadi guru, perlu diingat bahwa meskipun tantangan masih ada, ada juga potensi besar untuk memberikan dampak positif yang signifikan pada kehidupan siswa dan masyarakat.
Akhirnya, sebagai bagian dari masyarakat, kita harus memprioritaskan pendidikan dan memberikan penghargaan yang layak kepada guru-guru kita. Melalui perubahan sistemik dan upaya kolaboratif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi para guru dan membuka pintu bagi generasi mendatang untuk memasuki profesi ini dengan keyakinan dan semangat.
Keputusan Akhir
Keputusan akhir mengenai setuju atau tidaknya sebagai orangtua terhadap cita-cita anak menjadi guru akan sangat tergantung pada pemahaman dan nilai-nilai pribadi setiap orangtua. Namun, jika anak-anak dengan tegas dan dengan pemahaman yang matang telah menyatakan keinginan mereka untuk menjadi guru, sebagai orangtua, penting untuk memberikan dukungan dan pemahaman yang komprehensif tentang tantangan dan komitmen yang terkait dengan profesi ini.
Sejak dini, kita dapat mempersiapkan mereka dengan memberikan informasi yang akurat tentang peran dan tanggung jawab seorang guru, melibatkan mereka dalam pengalaman pembelajaran dan bimbingan, serta mengembangkan keterampilan komunikasi dan kepemimpinan yang relevan.
Kita juga perlu untuk memberikan pemahaman yang seimbang dan realistis tentang tantangan yang ada dalam profesi guru, termasuk masalah kesejahteraan dan pengakuan profesi. Diperlukan perjuangan yang gigih bagi seorang guru sehingga memiliki berbagai nilai tambah atau bahkan bisa mendapat predikat sebagai guru bertaraf nasional atau internasional misalnya, sehingga kesejahteraan menjadi lebih baik dan profesionalitas mereka lebih diakui. Kita juga perlu mempertimbangkan apa yang terbaik untuk anak-anak kita secara keseluruhan, termasuk minat dan bakat mereka yang lain.
Akhirnya, sebagai orangtua, keputusan setuju atau tidak setuju terhadap cita-cita anak menjadi guru adalah keputusan yang pribadi. Namun, jika anak-anak telah menunjukkan keinginan yang tegas dan memahami tantangan yang terkait dengan profesi ini, memberikan dukungan dan persiapan yang tepat dapat membantu mereka mengembangkan karir yang bermakna dalam bidang pendidikan.
(Penulis, Dr. Mampuono, M. Kom. adalah widyaprada BBPMP Jawa Tengah, Ketum PTIC, Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas, dan penggerak literasi dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau implementasi literasi produktif bersama dalam pembuatan pustaka digital mandiri berbasis AI dengan memberdayakan metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Penulis juga pernah menjadi juara Guru Inovatif Asia Pasific Microsoft yang terus berbagi tentang penggunaan ICT Based Learning ).
Referensi
Anwar, M. (2018). Menjadi guru profesional. Prenada Media.
Garmo, J. (2013). Pengembangan karakter untuk anak: Panduan pendidik. Kesaint Blanc.
Haryawan, S., Muchtar, B., & Syofyan, R. (2019). Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru dan Lingkungan Keluarga Terhadap Miinat Menjadi Guru. Jurnal Ecogen, 2(3), 218-226.
Honig, A. S., & Nealis, A. L. (2012). What do young children dream about?. Early Child Development and Care, 182(6), 771-795.
Indrianti, E. D., & Listiadi, A. (2021). Pengaruh lingkungan keluarga, prestasi belajar, dan kesejahteraan guru terhadap minat menjadi guru akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi (JPAK), 9(1), 13-24.
Lam, B. H. (2012). Why Do They Want to Become Teachers? A Study on Prospective Teachers’ Motivation to Teach in Hong Kong. Asia-Pacific Education Researcher (De La Salle University Manila), 21(2).
Marzuki, A., Armereo, C., Septianti, D., & Seto, A. A. (2020). Pengaruh Kompensasi, Motivasi Dan Lingkungan Terhadap Minat Menjadi Guru Pada Lulusan Sma Di Kota Palembang. E-Mabis: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis, 21(2), 127-136.
Moss, J. D. (2020). “I was told to find what broke my heart and fix it:” College students explain why they want to become teachers. Cogent Education, 7(1), 1734284.
Setiawan, D., & Sitorus, J. (2017). Urgensi tuntutan profesionalisme dan harapan menjadi guru berkarakter (Studi kasus: Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Batubara). Cakrawala Pendidikan, (1), 122-129.
Stiegelbauer, S. (1992). Why We Want To Be Teachers: New Teachers Talk about Their Reasons for Entering the Profession.
Utamy, R., Ahmad, S., & Eddy, S. (2020). Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Journal of Education Research, 1(3), 225-236.