Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 27 September 2019Categories: Berita

Srondol Kulon, LPMP Jawa Tengah – Dalam rangka menyiapkan petugas pengumpulan data di kabupaten/kota pada kegiatan pengumpulan data mutu pendidikan tahun 2019, LPMP Jawa Tengah menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang sampai saat ini sudah angkatan ke-IX. Bimtek dilaksanakan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 26 sampai dengan 28 September tahun 2019 dengan pola 24 (dua puluh empat) jam pelajaran bertempat di LPMP Jawa Tengah, Jl. Kyai Mojo, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang. Peserta sejumlah 326 orang yang terbagi menjadi 8 (delapan) kelas. Peserta angkatan IX terdiri dari Pengawas SD/SMP/SMA/SMK Kabupaten Magelang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Kudus, Kabupaten Klaten, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Boyolali dan Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah.

Kepala LPMP Jawa Tengah, Drs. Harmanto, M.Si, dalam sambutannya mengatakan bahwa fokus utama dalam kegiatan pengumpulan data mutu pendidikan adalah data mutu. Data mutu berasal dari sekolah dalam bentuk rapor mutu. Rapor mutu merupakan hasil terjemahan dari komponen dan indikator Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dituangkan dalam instrumen pemetaan dimana isinya adalah kondisi riil sekolah. Setiap indikator menunjukkan ketercapaian standar. Standar tersebut dituangkan menjadi 5 (lima) kategori capaian yaitu menuju SNP 1, SNP 2, SNP 3, SNP 4, dan SNP. Saat ini, di Jawa Tengah belum ada sekolah yang mencapai level SNP, namun disisi lain hasil penilaian akreditasi banyak sekolah yang sudah mendapatkan akreditasi A. Antara predikat di rapor mutu dan akreditasi sama-sama menilai ketercapaian standar nasional. Hanya saja rapor mutu merupakan hasil penilaian internal, sedangkan akreditasi adalah hasil penilaian eksternal. Sekolah mendapatkan akreditasi A, seharusnya di rapor mutu pun sekolah sudah mencapai SNP. Jika terjadi perbedaan, artinya sekolah menilai dirinya lebih rendah dari akreditasi dan merasa memiliki kekurangan yang harus dipenuhi. Ada 2 pendekatan pemanfaatan indikator, antara lain pendekatan tidak langsung dimana sekolah melakukan analisis data mutu terlebih dahulu sebagai bahan untuk melakukan tindak lanjut dan pendekatan langsung dimana dari indikator yang ada langsung menentukan tidak lanjut. Pendekatan langsung bisa jadi adalah yang paling tepat, dimana dari indikator yang ada langsung ditindaklanjuti. Hal ini untuk menghindari terjadinya bias. Indikator yang belum terpenuhi langsung digunakan sebagai bahan tindak lanjut. Sebagai contoh, guru belum mampu melakukan analisis KI-KD. Dari indikator ini langsung ditindaklanjuti dengan mengadakan kegiatan atau pelatihan terkait analisis KI KD.

Mengakhiri sambutannya, Drs. Harmanto, M.Si. mengharapkan agar pengawas sekolah memiliki buku log harian yang merupakan penuntun untuk melakukan pembinaan di sekolah. Yang isinya pengawas sekolah telah melakukan apa terhadap sekolah yang mana beserta dengan rinciannya. Melalui kegiatan pengumpulan data mutu ini, pengawas sekolah bisa bersinergi dengan LPMP Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta terlibat aktif dalam kegiatan pengumpulan data mutu sampai dengan tindak lanjutnya. (JP)