Oleh Dra. Rini Rusmiasih, M.Pd.
Bermain, perlukah?
Bermain adalah hal yang menyenangkan. Di dalam kehidupan anak-anak permainan memiliki kedudukan yang tak remeh. Boleh dikatakan bahwa bermain mengisi kehidupan anak-anak, mulai dari ia bangun tidur sampai tidur lagi. Permainan menjadi elemen penting dalam laku kehidupan anak-anak. Manfaat permainan anak-anak bagi kemajuan jiwanya dengan timbulnya ketajaman pikiran, kehalusan rasa serta kekuatan kemauan. Dengan kata lain anak berlatih menguasai diri, menginsyafi kekuatan orang lain dan melakukan siasat atau sikap tepat serta bijaksana. Secara terperinci bermanfaat untuk mendidik perasaan diri, sosial, disiplin, tertib, setia, kesanggupan, waspada, siap menghadapi segala keadaan, tidak mudah putus asa, membiasakan berpikir riil, sehingga anak terus sanggup berjuang untuk mencapai tujuannya. (Dewantara, 2004: 248). Anak-anak gemar bermain disebabkan sisa kekuatan dalam jiwa dan dalam masa pertumbuhan. Sehingga anak selalu dinamis. Semua permainan dilihat dari bentuk dan isinya dapat dikatakan bersifat latihan pancaindra. Nyatalah bahwa permainan anak besar sekali faedahnya terhadap tumbuh kembang anak baik jasmani dan rohani, dipandang dari biologis, psikologis dan pedagogis.
Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak jaman dulu. Biasanya permainan dilakukan secara berkelompok. Kegiatan bermain ini membawa mereka pada kegiatan sosial, bermasyarakat, peduli lingkungan, dan kebersamaan yang erat. Ciri kedaerahan sangat mewarnai dalam permainan tradisional. Unsur tradisi dan kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu menjadikan penanda sebuah permainan tradisional. Permainan tradisional banyak macamnya, diantaranya layangan, jamuran, benthik, setinan, cublak-cublak suweng dan lain sebagainya. Bermain permainan tradisional dapat melatih mengembangkan sikap karakter gotong royong, jujur, disiplin, mandiri, peduli, serta mengembangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan mental emosional, kreatifitas anak, serta melatih perkembangan motorik anak.
Sulit diingkari bahwa berbagai permainan tradisional tampaknya mulai tergeser dengan munculnya berbagai permainan yang lebih modern dan mudah didapat. Permainan era modern dengan game online atau mengunduh di komputer atau gadged. Permainan tradisional cenderung melibatkan banyak orang sedangkan dalam permainan modern tidak. Bahkan pada permainan modern, satu orang manusia bisa menjalankan permainan, karena lawannya adalah mesin, komputer. Pola permainan tradisional yang melibatkan banyak teman sebaya merupakan sarana sosialisasi yang baik. Anak memahami karakter lingkungan sosialnya dari karakter masing-masing teman bermain dalam permainan tradisional. Pola permainan tradisional mengandaikan interaksi dan interelasi antarmanusia, sedangkan pada permainan modern interaksi dan interelasi itu disubtitusi dengan mesin.
Anak-anak sudah tidak kenal lagi berbagai bentuk permainan tradisional, hanya beberapa permainan tertentu saja yang kadang dimainkan. Apabila tidak ada upaya-upaya untuk memperkenalkan kembali jenis-jenis permainan tradisional akan semakin menghilang. Hal-hal yang turut mendukung hilangnya permainan tradisional diantaranya;
- Perkembangan teknologi yang menawarkan dan menyuguhkan berbagai permainan elektronika yang dianggap lebih menarik, lebih praktis, dan bervariasi. Anak lebih suka duduk berlama-lama di depan televisi tanpa melakukan aktifitas apapun. Berbagai macam acara tontonan dikemas menarik disajikan untuk mereka. Tanpa teman pun anak bisa menikmati tontonan yang disuguhkan televisi dan anak merasa terhibur. Hal ini berbeda dengan permainan tradisional yang umumnya memerlukan teman untuk bermain.
- Di era globalisasi, anak lebih krasan dan senang melihat layar handphone dan bermain game online. Bersama teman tetapi tetap asik dengan gadged masing-masing tanpa ada aktifitas komunikasi dan bersosialisasi. Untuk mengisi waktu luang anak-anak mengisi kegiatan yang berbau modern, misalnya makan direstoran siap saji yang menyediakan menu modern atau nongkrong di kafe. Tanpa disadari hal ini akan semakin menggeser keberadaan permainan tradisional.
- Lahan atau tempat bermain bagi anak menyempit. Tidak adanya lahan yang cukup untuk bermain bersama membuat beberapa jenis permainan tidak dapat dimainkan. Di daerah perkotaan beberapa permainan sudah tidak dikenal lagi. Di pedesaan umumnya masih ada lahan yang luas, sehingga masih dikenal beberapa jenis permainan tradisional karena masih ada tempat untuk bermain bersama.
Contoh Permainan Tradisional
Salah satu contoh permainan tradisional adalah Bakiak Raksasa. Bakiak adalah alas kaki berupa sandal yang terbuat dari papan kayu yang memanjang dengan pengikat karet ban atau lainnya yang berfungsi sebagai selop. Sedangkan raksasa artinya besar sekali melebihi ukuran biasa. Bakiak Raksasa adalah sandal yang terbuat dari kayu berukuran sangat besar, bisa dipakai oleh 3 orang atau lebih.
- Pemain Bakiak Raksasa : 3 tim/lebih
- Alat/bahan : Sandal bakiak untuk 2-3 orang
- Tempat bermain : Lapangan, halaman luas
- Cara Bermain :
Setiap tim terdiri dari 2-3 orang atau menyesuaikan kapasitas karet pada sandal bakiak.
Anggota tim bersiap di garis start sejajar dengan tim yang lain. Misi utama dari permainan ini yaitu adu cepat agar menjadi yang pertama mencapai garis finish. Untuk mencapai garis akhir tersebut bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan konsentrasi dan kerjasama serta kekompakkan antar anggota tim. Para pemain bisa meneriakkan komando seperti Kanan! Kiri! Kanan! Kiri! Seiring kaki mereka melangkah. Tak jarang pula ada pemain yang kesulitan sehingga terjatuh di tengah-tengah arena. Hal ini menjadi tugas teman-teman grupnya untuk membantu berdiri lagi sehingga secara bersama-sama dapat melanjutkan perjalanan menuju garis finish. Pemenang adalah tim yang mencapai garis finish lebih dulu. Karakter yang dilatihkan dalam permainan ini adalah karakter kerja sama, mandiri, percaya diri, cinta damai.
Bagaimana Melestarikan Permainan Tradisional?
Permainan tradisional merupakan salah satu kearifan lokal daerah yang tetap dianggap penting karena memiliki fungsi positif bagi kehidupan seseorang sebagai pribadi maupun kehidupan bermasyarakat, memupuk jiwa gotong royong, kerja sama, tanggung jawab, mandiri, kreatif, jujur, peduli, pantang menyerah, sabar, teliti, dan sebagainya. Untuk itu penting kiranya melestarikan keberadaan permainan tradisional.
Bagaimana cara melestarikan permainan tradisional? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya;
- Mendokumentasikan dengan menggunakan tulisan, foto, video, film.
- Mengenalkan kembali permainan tradisional dengan mengadakan lomba-lomba atau festival permainan tradisional,
- Di sekolah-sekolah guru mengenalkan kepada siswa tentang permainan tradisional dan memberikan kesempatan serta sarana prasarana untuk memainkannya.
Dengan mengenalkan dan memainkan kembali permainan tradisional berarti melestarikan aset budaya bangsa yang penuh dengan kearifan, kebersamaan, dan keramahtamahan. Bermain bisa dimanfaatkan untuk olah raga dan juga olah jiwa. Hal ini berguna untuk perkembangan budi pekerti kanak-kanak, maupun untuk meluhurkan kebudayaan bangsa sendiri, yaitu sifat kepribadian bangsa yang merdeka. Kebersamaan, kesabaran, kejujuran, kemandirian, sportifitas, kepedulian, dan kebesaran hati, tertantang dalam sebuah permainan.
Yuk, Bermain, karena bermain butuh teman.
Bahan Bacaan
Dewantara, Ki Hajar. 2004. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta; Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
juara 2 lomba cipta artikel kategori tenaga kependidikan
dalam rangka memperingati HUT RI ke-75