Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Dra.Suminarsih, M.Si, Widyaiswara LPMP Jawa Tengah
A. Pendahuluan
Sejak 2 Maret 2020 virus Corona (Covid-19) mulai melanda Indonesia. Sampai 12 April 2020, tercatat 1,7 juta kasus, 401.157 sembuh, dan 108.544 meninggal (Kompas, 12/04/2020). Hal tersebut mebawa dampak pada berbagai sektor di Indonesia. Dunia pendidikan salah satunya.
Adanya pandemi Corona (Covid-19) menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Hal ini bertujuan untuk mencegah semakin menyebarnya Covid-19. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan instruksi melalui SE No.4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), salah satunya adalah kebijakan Belajar dari Rumah (BDR).
Pelaksanaan BDR dilaksanakan melalui pembalajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Sesuai surat edaran pembelajaran difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, salah satunya membahas tentang pendemi Covid-19. Pembelajaran dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan kondisi masing-masing termaasuk mempertimbangkan akses/fasilitas belajar di rumah.
Perjalanan program Belajar dari Rumah ternyata terdapat beberapa permasalahan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)menerima aduan terkait pelaksanaan BDR. Salah satu aduannya adalah anak-anak stres akibat diberi banyak tugas secara online. Hal tersebut disampaian oleh Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis pada Rabu (18/3/2020). Perkembangannya dilaporkan pula masuk laporan tentang beban tugas dan waktu pengumpulan yang memberatkan siswa dan orang tua (Jum’at, 20/3/2020).
Menyikapi hal tersebut, untuk mendapatkan data otentik pelaksanaan BDR di Kota Semarang, khususnya jenjang SD maka dilakukanlah survey sederhana kepada guru-guru peserta Diklat Pembelajaran HOTS bagi Guru SD Semarang Barat, yang saat ini sedang persiapan melanjutkan diklat secara online mengunakan zoom dan google classroom. Survey dilaksanakanmenggunakan google Classroom dengan responden sebanyak 20 orang, dari 48 peserta (42% dari jumlah peserta).
Tujuan dari survey tersebut adalah untuk mengetahui apakah para guru memahami regulasi yang mendasari pelaksanaan BDR, kegiatan belajar apa saja yang dilaksanakan, apa kelebihan dan kekurangan dari BDR, serta bagaimana respon dari siswa dan orang tua. Survey dilaksanakan secara terbuka sehingga responden dapat mengisi sesuai dengan apa yang diketahui dan dirasakan. Dengan demikian maka dapat diketahui secara lebih luas informasi terkait.
Artikel ini akan memaparkan bebarapa solusi untuk mengatasi kelamahan/hambatan BDR, baik dari pemerintah, lembaga/organisasi kemasyarakatan dan kajian dari beberapa sumber.
B. Pembahasan hasil Survey
Survey terbuka terkait pelaksanaan Belajar dari Rumah melalui google classroom dengan responden 20 orang guru peserta diklat Diklat Pembelajaran HOTS bagi Guru SD Semarang Barat diperoleh hasil sebagai berikut:
- Regulasi sebagai dasar pelaksanaan BDR.
Hasil survey terkait regulasi pelaksanaan BDR adalah sebayak 80% responden menyebutkan SE Mendikbud No.4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Desease (Covid-199); 30 % Gubernur 440 Tahun 2020 tentang Antisipasi Risiko Penularan Infeksi Covid pada Area Tempat Kerja, Fasilitas Umum dan Transportasi Publik di Jateng; 50% menyebutkan SE Walikota Semarang No, B/1395/440/III/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Diasease (Covid-19) di Lingkungan lnstansi Pemerintah Kata Semarang; 5% menyebutkan SE Dinas Pendidikan P/32984/4440/III/2020 tentang Layanan Penyelenggaraan Pendidikan dalam Rangka Pecegahan Penularan dan Penyebaran Covid-19; dan 20% hanya menyebutkan karena Covid-19.
Dari hasil survey menujukkan sebagian besar guru memahami regulasi terkait pelaksanaan BDR dan hanya 5% yang hanya menyebutkan covid-19 tanpa menyebutkan regulasinya.
- Kegiatan yang dilaksanakan selama BDR.
Pada pernyataan kegiatan apa saja yang dilakukan antara guru dan siswa selama BDR. Hasil yang didapat sangat variasi, diantaranya 100 % artinya 20 orang guru menyebutkan menggunakan WatsApp Grup (WAG); 25% guru menggunakan zoom; 50% guru penugasan mengerjakan soal-soal; 40% menugaskan membuat proyek berupa video; 25% guru menggunakan google classroom; 45% guru menggunakan google formulir; 15% guru menggunakan quizizz; dan 5% guru menggunakan webex.
Dari hadil survey menunjukkan sebagian Guru SD di Semarang Barat guru sudah menggunakan berbagai sumber dan media belajar, tidak hanya mengerjakan soal-soal namun secara bervariasi tugas-tugasnya dan sudah menggunakan TIK dalam pembelajaran.
- Kelebihan BDR
Survey yang dilakukan terbuka ini menanyakan kelebihan pelaksanaan BDR yag diisi oleh guru dengan subyek guru, siswa dan orang tua. Dari sisi guru hasilnya sebagai berikut: 80 % guru menyatakan menjadi lebih faham tentang penggunaan TIK dalam pembelajaran daring; 40% guru mengamati siswa lebih kreatif; 20% guru menyatakan efektif dari sudut penggunaan kertas (paper less); dan 40% guru menyatakan hasil penilaian langsung kelihatan.
Dari sisi siswa hasilnya adalah 20% bertambah wawasan; 20% termotivasi; 80% merasa senang karena luwes dapat mengatur waktu belajar; 80% bertambah keterampilan TIK; dan 20% menyatakan senang karena tidak memakai seragam.
Dari sisi orangtua hasilnya 80% komunikasi antara guru, siswa dan orangtua meningkat; 100% mendampingi belajar; 30% dapat mengawasi siswa saat pendemi Covid-19.
Hasil utama adalah meningkatnya kemampuan guru maupun siswa dalam penggunaan TIK, dan meningkatnya komunikasi yang baik antara guru, siswa dan orangtua.
- Kekurangan BDR
Seperti halnya kelebihan BDR, kekurangan ini juga diisi menurut guru dengan subyeknya guru, siswa dan orang tua. Hasil suvey dari guru adalah 50% merasa kurang maksimal dalam memberikan materi/pelajaran; 40% tidak maksimal dalam melaksanakan penilaian; 30% belum terbiasa menggunakan berbagai cara TIK; 40% pembelajaran kurang efektif.
Kekurangan dari sisi siswa adalah 25% perlu pendampingan lebih dari orangtua; 20% kurang sosialisasi dengan teman; 20% kesulitan bertanya jika ada masalah.
Hasil survey untuk orang tua adalah 50% keterbatasana HP/laptop; 20% kendala di jaringan internet; 50% biaya kuota meningkat; 25% kesulitan membagi waktu karena bekerja; 20% kadang salah komunikasi.
Data menunjukkan guru berpendapat kelemahan BDR adalah kurang efektifnya pembelajaran, siswa perlu pendampingan yang lebih, dan keterbatasan sarana maupun kemampuan orangtua.
- Respon Siswa terkait BDR
Pengisian respon siswa ini dilakukan melalui pertanyaan guru kepada siswa terkait BDR. Hasil survey terbagi dua respon positif dan negatif sebagai berikut. Respon positif, 60% anak bersemangat belajar hal baru; 80% tepat waktu mengerjakan tugas; 80% senang belajar TIK; 30% senang belajar di rumah; 40% senang nilai langsung kelihatan; 60% guru tidak tergantikan.
Respon negatif adalah 35% bosan; 60% kurang interaksi dengan guru; 20% sedih tidak bertemu teman; 15% kurang bimbingan; 15% minder jika tidak punya HP; 20% orangtua lebih galak.
Siswa mendapat pengalaman belajar hal-hal baru dan TIK, namun perlu bimbingan sehingga merasa guru tidak tergantikan dengan TIK. Perlu mendapatkan solusi bagi anak yang tidak punya HP.
- Respon Orangtua terkait BDR
Survey terhadap respon orangtua dilakukan dengan cara guru menayakan bagaimana pendapat orangtua terkait BDR. Hasilnya terbagi dua ada yang positif dan negatif. Respon positif sebagai berikut, 40% antusias; 50% meningkat komunikasi dengan guru; 40% mendampingi anak belajar; 30% membantu mengumpulkan tugas; 60% nyaman dan aman karena anak di rumah pada masa pendemi Covid-19.
Respon negatif didapat 30% khawatir tidak maksimal mendampingi belajar; 40% mengeluh karena banyaknya tugas; 30% kuwalahan menjawab pertanyaan siswa; 40% biaya lebih banyak; 20% jadi guru dadakan; 30% tidak punya HP yang sesuai, dan 30% tidak paham TIK.
Antusisme orangtua mendukung BDR terlihat dalam mendampingi belajar dan nyaman aman anak di rumah. Perlu mendapat solusi keterbatasan alat dan kemampuan orang tua
Hasil survey di atas menunjukkan pandangan positif pelaksanaan BDR baik dari sisi guru, siswa dan orang tua. Namun perlu diberikan solusi untuk mengatasi keterbatasan baik dari guru, siswa dan prang tua, berikut adalah solusi untuk mengatasinya.
C. Pembelajaran Aktif solusi Belajar dari rumah
Program BDR merupakan upaya Kemdikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat di masa pendemi Covid-19. Pelaksanaannya pasti menyisakan masalah yang perlu penyempurnaan. Retna komisoner PKAI menyayangkan kebijakan Kemdikbud dan Dinas Pendidikan setempat tidak melakukan persiapan terhadap guru, maka perlunya diterbitkanya petunjuk teknis pembelajaran dari rumah (Detik.com, 30/3/2020). Hasil survey terhadap responden peserta diklat dari Kecamatan Semarang Barat juga menunjukkan data perlunya solusi untuk penanganan
Beberapa solusi yang telah dilakukan untuk memperbaiki program BDR telah dilakuakan berbagai fihak. Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud telah mengeluarkan berbagai kebijakan mulai pemanfaatan rumah belajar, program belajar melalui TV, dan menerbitkan Panduan Pembelajaran jarak Jauh dan pembiayaan. Lembaga masyarakat memberikan berbagai vasilitas belajar online gratis, Ide-ide baik untuk memperbaiki BDR.
- Panduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Tanggal 20 Maret 2020, Kemdikbud melalui Portal “Bersama Hadapi Corona” menerbitkan Panduan PJJ yang diberi nama “Pembelajaran 5M”. belajar di rumah, belajar di sekolah tetap berpihak pada siswa dengan cara menciptakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa. Tujuan dari PJJ adalah mendorong kolaborasi orangtua, guru dan siswa, serta anak mendapatkan personalisasi pengalaman belajar yang bermakna, menantang, dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
Pembelajaran “5M” dalam Panduan PJJ sebagai berikut:
M1: Memanusiakan hubungan, artinya relasi positif yang saling memahami antara guru, siswa dan orangtua.
M2: Memahami Konsep, dimaksudkan bukan sekedar menguasai konten tetapi menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan.
M3: Membangun Keberlanjutan, yaitu memandu siswa mengalamai rute perjalanan belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui umpan balik dan berbagi praktik baik.
M4: Memilih tantangan, praktik pembelajaran yang memandu siswa menguasai keahlian melaui proses yang berjenjang dengan pilihan tantangan yang bermakna.
M5: Memberdayakan konteks, yaitu dengan melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas sebagai sumber belajar sekaligus kesempatan berkontribusi terhadap perubahan.
Petunujuk teknis dari “5M” diuraikan dalam anjuran dan hal-hal yang perlu dihindari, selengkapkanya dapat dipelajari pada https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/panduan-pembelajaran-jarak-jauh/
- Metode Pembelajaran Aktif “MIKiR” Mengaktifkan Siswa.
Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto memberikan kontribusi pemikiran dan praktik pembelajaran baik pendidikan di Indonesia. Misinya adalah mengembangakan potensi individu dan memperbaiki taraf hidup melalui pendidikan berkualitas yang transformatif.
Menghadapi pendemi Covid-19 dan mendukung SE.Mendikbud Np.4 Tahun 2020, Tanoto Foundation memperkenalkan pembelajaran aktif yang diberi nama “MIKiR”, meliputi Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi.
“MIKiR” merupakan tips-tips kegiatan atau pengalaman serta hal-hal yang perlu dihindari. Guru akan banyak berperan sebagai fasiltator agar siswa lebih aktif
Tisp pertama, yaitu Mengalami, siswa difasilitasi untuk lebih banyak melakukan kegiatan atau pengamatan. Seperti melakukan percobaan, pengamatan, dan berwawancara, dengan menggunakan alat adan bahan yang tersedia di rumah. Guru cukup memberikan penugasan dan mendampingi siswa dalam pembelajaran. Jadi, siswa sendiri yang menemukan atau melakukannya secara langsung.
Yang harus dihindari adalah memberikan tugas mencatat, merangkum, dan menjawab soal-soal tanpa bimbingan . hindari berkunjung ke rumah siswa saat pendemi Covid-19 berlangsung.
Tips kedua, yaitu Interaksi dengan mamanfaatkan fitur aplikasi seperti WAG, google classroom, Zoom, Webex, dll untuk menjalin interaksi antara guru dan siswa dengan guru sebagai fasilitator. Proses pertukaran gagasan, dikusi atau saling meberikan komentar masih dapat dilakukan secara online.
Tips ketiga, yaitu Komunikasi dapat berupa hasil karya siswa yang dikirim melalui berbagai fitur aplikasi dan media sosial. Hal ini melatih siswa mengungkap gagasan dan menumbuhkan percaya diri sehingga tertantang memiliki inisiatif sendiri.
Tips keempat, yaitu Refleksi yang mengacu pada evaluasi proses belajar yang melibatkan guru dan siswa melalui: melihat kembali pengalaman sebagai bahan evaluasi; guru memandu siswa melakukan refleksi dengan membuka ruang tanya jawab tentang kesuliatan dan pendapat siswa, reflesi juga dapat melibatkan orangtua.
- Prosedur Belajar dari Rumah mendukung pembelajaran aktif
Pemikiran sederhana penyempurnaan dari BDR meliputi persiapan, pelaksanaan dan pengendalian. Kegiata aktivitas tersebut diperlukan agar BDR dapat dilakukan secara efektif.tawaran prosedur tersebut sebagai berikut:
Implementasi BDR menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Maka keberhasilan BDR harus ada keterlibatan antara tri pusat pendidikan. Kaitan usulan prosedur ini dibahas peran KS, guru, siswa, dan orangtua. Penjabarannya sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Kepala Sekolah:
a) Menyusun kebijakan terkait Belajar dari Rumah(BDR) bagi guru, tenaga kependidikan dan siswa, berdasarkan regulasi yang berlaku.
b) Mencari informasi tentang kondisi kesiapan orangtua misal, akses orangtua terhadap teknologi, pola kerja orangtua dan tingkat pendidika orang tua.
c) Menyusun jadwal baru agar semua mata pelajaran dapat ditempuh semua siswa dengan cukup waktu (secara proporsional) selama program BDR berlangsung. Bagi guru kelas menyesuaiakan pembelajaran tematik.
d) Memfasilitasi guru dalam menyusun bahan ajar dan bahan evaluasi versi dalam jaringan (daring/online) dan luar jaringan (luring/off line). Versi luring mengantisipasi bagi daerah yang mengalami keterbatasan fasilitas daring , atau siswa/orang tua yang belum memiliki fasilitas yang memadai.
e) Bentuk daring dapat menggunakan jaringan virtual yang ada misal: Rumah Belajar, Qipper School, Ruang Guru, Google Classroom, Webex, Zoom dan virtual aplikasi lainnya, dapat pula menggunakan grup WAG.
f) Bentuk luring misal memberikan tugas menggunakan buku/bahan cetak yang ada serta memanfaatkan sumber-sumber belajar di sekitar siswa.
g) Membuat mekanisme BDR.
h) Memfasilitasi guru untuk melakukan tes/evaluasi daring/luring.
i) Memastikan bahan belajar dan penilaian oleh guru sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa, tingkat usia dan perkembangan siswa.
j) Mengomunikasikan pelaksanaan BDR secara terbatas dengan guru, komite dan orangtua untuk mendapat dukungan.
k) Membuat surat edaran kepada orang tua terkait BDR.
2) Guru :
a) Menganalisis kompetensi siswa sebagai bahan menyusun aktivitas belajar siswa.
b0 Belajar daring bagi yang belum terbiasa.
c) Menyusun bahan BDR secara daring, dapat menggunakan fasilitas yang ada. Bentuk belajar mandiri jangan hanya kegiatan menyelesaikan soal-soal dan tugas lainnya tanpa ada kegiatan pendalaman materi namun dapat dilakukukan menguatakan pendidikan kecakapan hidup, pengembangan karakter dan menggunakan topik-topik terkini.
d) Wajib memberikan alternatif alamat link dalam bahan BDR agar memberikan kemudahan bagi siswa dalam belajar, sisanya siswa dapat mengembangkan sendiri oleh siswa sesuai kreatifitasnya.
e) Jika di daerah setempat terdapat daerah yang dimungkinkan keterbatasan akses internet atau sebagaian orang tua/siswa belum memiliki sarana yang dipersyaratkan, maka guru wajib memberikan bahan belajar mandiri versi luring .
f) Untuk memantau hasil kegiatan belajar siswa, guru menyiapkan mekanisme tagihan hasil belajar siswa dalam bentuk yang dipilih guru. Tagihan dapat disetorkan langsung dalam jaringan atau dibuat portofolio dn dikumpulkan secara berkala dengan mekanisme yang disepakati.
g) Guru dapat menyusun bahan BDR dan penilaiannya secara mandiri atau bergabung dalam satu sekolah, antar sekolah, KKG/MGMP dalam pembinaan KS dan PS.
h) Menyiapkan jurnal pemantauan BDR.
3) Siswa:
a) Menyiapkan buku siswa, sarana prasara yang dapat digunakan untuk BDR, misal HP dll.
b) Menyiapkan diri untuk belajar daring/luring.
4) Orangtua:
a) Memfasilitasi sarana prasarana yang diperlukan selama BDR baik daring/luring
b) Altif berkomunikasi dengan KS dan guru.
c) Memotivasi siswa untuk siap belajar daring/luring
b. Pelaksanaan
1) Sekolah:
a) Menyampaikan surat edaran kepada orang tua yang berisi ajakan kepada orang tua yang berisi:
– Penjelasana mekanisme BDR
– Larangan melakukan perjalanan ke luar wilayah.
– Anjuran menjaga pola hidup sehat.
– Melakukan pemantauan kesehatan seperti yang dianjurkan
– Mengikuti petunjuk pencegahan COVID-19
– mekanisme dan jadwal belajar di rumah
– memfasilitasi siswa untuk belajar daring/luring sesuai kemampuan.
– memantau kegiatan BDR
-berkomunikasi aktif dengan guru mata pelajaran/guru kelas/wali kelas/guru BK.
b) Memantau aktifitas guru di sekolah/di rumah dalam melaksanakan BDR.
c) Memberikan bantuan jika terdapat kendala pelaksanaan BDR.
d) Membuat jurnal kegiatan BDR.
e) Koordinasi dengan pengawas dan dinas pendidikan terkait pelaksanaan BDR.
2) Guru:
a) Memberikan bahan belajar dan sumber-sumber BDR dan evaluasi sesuai jadwal.
b) Memastikan BDR efektif dan siap berkomunikasi dengan siswa belajar.
c) Memberikan arahan dan konsultasi saat siswa mengalami kesulitan.
d) Memastikan siswa belajar sesuai jadwal.
e) BDR dengan metoda daring guru dapat memantau hasil belajar dan penugasan melalui link tertentu, misal: google.doc , grup WAG , dll.
f) Memotivasi belajar siswa.
g) Melakukan refleksi hasil BDR.
3) Siswa
a) Melaksanakan BDR sesuai jadwal
b) Mengerjakan tugas-tugas secara daring/luring.
c) Berkomunikasi dengan guru jika mengalami kesulitan.
d) Mengumpulkan tugas tepat waktu.
e) Setelah selesai melaksanakan BDR tetap dimaksimalkan berkegiatan di rumah bersama keluarga.
f) Menjaga kesehatan dengan menjaga hidup sehat dan istirahat yang cukup.
4) Orangtua
a) Memantau dan membimbing kegiatan BDR agar siswa belajar sesuai jadwal.
b) Bekomunikasi dengan sekolah/guru jika mengalami kesulitan.
c) Jika memungkinkan memberikan informasi kegiatan BDR melalui foto atau bentik lain.
d) Memfasilitasi kelancaran BDR.
c. Pengendalian
1) Sekolah
a) Membuat jurnal kerja guru selama BDR
b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksnaan BDR, contoh melakukan observasi, wawancara atau dokumen keterlaksanaan BDR secara daring/luring.
c) Memastikan hasil belajar siswa (portofoliso) dan hasil evaluasi siswa menggunakan link yang sdh disediakan.
d) Melaporkan kepada pengawas sekolah/dinas pendidikan tentang efektifitas dan efisensi pelaksanaan BDR
2) Guru
a) Guru memantau kegiatan siswa menggunakan jurnal baik daring/luring.
b) Melaporkan kepada kepala sekolah terkait BDR
3) Orangtua
a) Bersedia memberikan masukan tentang pelaksanaan BDR.
b) Membantu mengawasi dan membimbing siswa selama BDR
Prosedur tersebut akan membantu kelancaran BDR dan keefektifannya dapat terpantau dengan baik. Perlu kerjasama berbagai pihak.
D. Penutup
Keberhasilan BDR merupakan tanggung jawab tri pusat pendidikan. Pemerintah/Kemdikbud menerbitkan regulasi terkait BDR, menerbitkan Pedoman Teknis PJJ, dan pembiayaan . Sekolah sebagai ujung tombak BDR menyiapkan prosedur BDR sampai mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pemantauan. Masayarakat dalam hal ini orangtua mematuhi dan mendukung program BDR, dan lembaga swadaya masyrakat memberikan dukungan baik program, paket-paket belajar dan pembiayaan.
Sinergitas tersebut merupakan bukti kebersamaan dalam bersama hadapi Corona. Semoga pendemi ini dapat segera berakhir, agar pembelajarn dapat berjalan normal kembali. Disiplin, kerjasama dan saling mendukung mendjadi kunci sukss.
Sumber:
SE Mendikbud No.4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Desease (Covid-199)
Panduan Pembelajaran Jarak Jauh, https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/panduan-pembelajaran-jarak-jauh/, diakses 10 April 2020
Pembelajaran Aktif MIKiR, Tanoto Foundation https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/21/220623071/merdeka-belajar-dari-praktik-mikir-pertanyaan-kritis-sampai-pengelolaan?page=2, diakses 12 April 2020
Siswa Belajar dari Rumah, KPAI: Anak-anak Stres Dikasih Banyak Tugas
https://news.detik.com/berita/d-4944071/siswa-belajar-dari-rumah-kpai-anak-anak-stres-dikasih-banyak-tugas, diakses 19 April 2020