Seri mengenal model pembelajaran berbasis aktivitas peserta didik
Lulud Prijambodo Ario Nugroho *)
Proses pembelajaran discovery merupakan suatu proses yang sudah sangat dikenal bagi kalangan guru di seluruh lapisan jenjang. Baik itu jenjang sekolah dasar, menengah pertama atau menengah atas. Model pembelajaran discovery juga telah banyak dimodelkan oleg para guru. Jujur saja model ini, memang banyak diminati oleh guru dan peserta didik, karena proses pembelajarannya sekaligus dapat memberikan gambaran nyata bagaiaman suatu pengetahuan baru, disadari oleh “seseorang” dan kemudian dinyatakan sebagai suatu penemuan baru. “seseorang” tersebut, dikenal dengan nama ilmuwan. Yah, pembelajaran discovery memang suatu proses pembelajaran, dengan memberikan pengalaman belajar bagi para peserta didik dengan cara merunut cara seorang ilmuwan menemukan pengetahuan baru.
Proses belajar dengan cara merunut bagaimana suatu pengetahuan ditemukan, dapat memberi kepercayaan diri bagi peserta didik. mereka berperilaku seperti para ilmuwan. Metode ilmiah diterapkan pada proses belajar ini, sehingga peserta didik dapat bangga dan percaya bahwa mereka dapat belajar seperti para ilmuwan. Hal ini sejalan dengan apa yang disarikan dari tulisan andamsari (2018), yaitu proses pembelajaran merupakan jantung dari Pendidikan. Selain itu, Percaya diri peserta didik perlu dipupuk, sehingga hasil belajar dapat semakin maksimal. Dengan proses ini pula, maka peserta didik dapat belajar sebagai seorang ilmuwan sekaligus sebagai seorang pragmatis pula, yaitu mereka belajar untuk memanfaatkan pengetahuannya pada kehidupan praktis mereka.
Dengan azaz manfaat dan praktis ini pulalah, maka pembelajaran discovery dapat diterima dan dimanfaatkan oleh seluruh guru dari beragam jenjang dan mata pelajaran. Satu harapan muncul, yaitu memanfaatkan pengetahuan konseptual, menjadi suatu pengetahuan kontekstual dan berujuang pada keterampilan metakognitif peserta didik.
Ragam aktivitas belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran discovery, dapat dikembangkan oleh guru. Namun, pada pembelajaran berbasis jaringan internet, tentu saja tidak mudah untuk diterapkan. Kesulitan utamanya adalah beban pekerjaan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dan tentu saja kemampuan guru dalam mengendalikan proses belajar mereka. Inilah kondisi “lost learning”.
Tujuan
Tulisan ini disusun untuk memberikan informasi bagi pendidik, sebagai salah satu alterbnatif aktivitas saat mereka menerapkan model pembelajaran discovery pada pembelajaran berbasis aktivitas secara online ataupun blended.
Pembelajaran Blended Elektronik Discovery
Menurut Darmawan (2014) bahwa pembelajaran elektronik dapat secara maksimal menumbuhkan kemandirian peserta didik dalam belajar, karena pembelajaran elektronik kunci kesuksesannya terletak pada kemandirian belajar para peserta didik. Adapun Pembelajaran blended elektronik pada tulisan ini, merupakan suatu inovasi pembelajaran elektronik bauran antara proses belajar tatap muka (baik secara online maupun tatap muka langsung) dan juga proses belajar secara mandiri (baik proses belajar mandiri atau ber kolaborasi dengan teman sebaya, pun dengan sumber belajar).
Sepakat dengan yang disampaikan oleh andamsari (2018), bahwa jantung pembelajaran terletak pada aktivitas belajar peserta didik. Adapun permasalahan mendasar penerapan model pembelajaran discovery pada modal blended sebenarnya adalah pada penggunaan sumber belajar yang bersifat Hyper. Sumber belajar hyper tersimpan secara terbuka pada beragam sumber belajar terbuka. bagaimana guru dapat mengemas suatu proses belajar discovery menjadi suatu proses belajar aktif dengan beragam aktivitas bagi peserta didiknya. selama ini, kita mengenal model pembelajaran discovery sebagai sebuah pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif. Peserta didik diajak untuk berinteraksi dengan sumber belajar non hypermedia secara langsung. Mereka, terlibat secara aktif dengan sumber belajar berupa bacaan dan juga terlibat dengan peraga ataupun alat dan bahan penunjang pembelajaran semacam praktikum dalam rangka menguji hasil penemuan para ilmuwan terdahulu. Kegiatan mereka “bukan virtual”.
Saat model pembelajaran discovery diterapkan secara blended, maka semua sumber belajar disediakan secara virtual, atau biasa disebut sebagai hypermedia pembelajaran. semua perangkat pembelajaran disiapkan secara virtual, dan apabila mereka memerlukan perangkat pembelajaran secara real, maka mereka harus menyediakan secara mandiri. Dalam hal ini, maka proses pembelajaran blended dengan menerapkan model pembelajaran discovery, sudah bergeser kepada penerapan model pembelajaran yang lebih abstrak. Itulah sebabnya para peserta didik mulai menemui kesulitan belajar secara lebih mendalam. Terutama untuk peserta didik jenjang sekolah dasar, karena dasar pemikiran anak usia 6 sampai dengan 12 tahun masih memerlukan suatu tindakan konkrit.
Prosedur Pembelajaran
Prosedur pembelajaran blended elektronik discovery, bukan merupakan prosedur rumit. Sebenarnya tidak ada perbedaan prosedur pembelajaran antara discovery menual dengan prosedur blended discovery. Perbedaannya adalah pada pembelajaran blended, guru harus menentukan proses apa yang harus dikerjakan guru saat peserta didik belajar mandiri, dan saat peserta didik belajar secara tatap muka.
Penentuan kapan peserta didik belajar tatap muka dan mandiri ini, tentunya juga merubah strategi pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru. Sebagai contoh pada sebuah pelajaran matematika, sementara waktu tatap muka sudah ditetapkan oleh sekolah 1 minggu sekali selama enam puluh menit. Pada kondisi normal, pelajaran matematika (misal 6 jam pelajaran) nah apa yang dikerjakan oleh guru saat akan melakukan kegiatan tatap muka, drill soal kah, atau memberi contoh soal kah? Perlu diingat, tentunya pelajaran matematika tidak hanya sekadar memberi contoh soal atau men”drill” peserta didik. karena, jika demikian, maka pemberian pelajaran matematika akan menjadi tidak bermakna.
Dalam hal ini, guru harus jeli dalam memilih dan memilah materi pelajaran, dan langkah pembelajaran yang akan diterapkannya, sehingga peserta didik tidak terjebak pada kegiatan belajar monoton dan membosankan. Sebagai gambaran, pada tabel 1, ditampilkan prosedur pembelajaran discovery dengan moda pembelajaran blended. pada tabel, sengaja disajikan kedua prosedur pembelajaran dari kedua model pembelajaran secara terpisah. Harapan dari pengembang, tentu saja, guru dapat mengintegrasikan antara kedua model pembelajaran tersebut sampai ditemukan suatu format seimbang, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi semua pihak yang terlibat selama proses pembelajaran,
Bagi guru jenjang sekolah dasar, jujur mereka perlu didampingi saat akan menerapkan model pembelajaran ini, karena situasi tiap daerah memiliki kemampuan dan ketersediaan beragam terkait perangkat pembelajaran. bahkan mode pembelajaran jarak jauh luring pun dapat saja menjadi pilah terbaik bagi mereka. Karena, ada juga guru jenjang sekolah dasar yang menerapkan mode pembelajaran “guling” guru keliling. Penerapan model pembelajaran discovery, tentu akan sangat merepotkan mereka, jika tidak didampingi diawal pembelajaran tatap muka terbatas ini. penentuan moda dan prosedur inilah kunci kepiawaian guru dalam membelajarkan peserta didik.
Tabel 1. Prosedur pembelajaran blended dan prosedur pembelajaran discovery
Aktivitas belajar peserta didik
Pengembangan aktivitas belajar peserta didik, dilakukan berdasarkan pada tahap pembelajaran dan moda belajar yang dialami oleh peserta didik. Pada tulisan kali ini, sengaja pengembang tidak memberi contoh langsung aktivitas belajar peserta didik. Guru, tentu saja sudah mampu merancang aktivitas belajar peserta didik tanpa contoh dari pengembang. Hanya saja pengembang ingatkan, aktivitas belajar peserta didik seperti apa yang sebaiknya dikembangkan oleh guru.
Semakin detil aktivitas belajar peserta didik, biasanya akan semakin memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan mengajarnya. Mengukur keberhasilan mengajar guru termasuk kegiatan evaluasi diri. Diharapkan terjadi perbaikan perbaikan rancangan pembelajaran oleh guru secara mandiri.
Pada pembelajaran discovery, dengan moda apapun, sebaiknya guru mengarahkan keterampilan peserta didik untuk mampu melakukan suatu kegiatan belajar yang bersifat “problem solving”, yaitu suatu proses berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Memang langkah pembelajaran discovery sudah dirancang supaya peserta didik mendapat pengalaman tentang langkah langkah berpikir dan bekerja untuk memecahkan suatu masalah. Adapun gambaran sederhana proses pemecahan masalah tersebut disajikan secara sederhana pada gambar 1.
Gambar 1. Pengembangan kegiatan pembelajaran discovery untuk melatih keterampilan “problem solving” peserta didik
Saat mengembangkan aktivitas belajar peserta didik, hendaknya guru berhati hati. Berdasarkan pada beberapa pengamatan, guru hendaknya memperhatikan beberapa aspek. Aspek aspek tersebut adalah: a) beban belajar peserta didik; b) ketersediaan sumber belajar baik dalam bentuk cetak ataupun hypermedia pembelajaran; c) keberagaman hypermedia (semakin beragam semakin menyenangkan); d) ketersediaan perangkat pendukung belajar di sekitar peserta didik; e)kompleksitas berpikir peserta didik (berpikir HOTS, Kritis dan kreatif) disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik; dan f) ketercapaian tujuan belajar peserta didik.
Penutup
Guru, demikian lah sedikit gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran blended discovery dengan tujuan untuk memberikan pengamalan belajar bermakna lagi menyenangkan bagi peserta didik. pada tulisan ini sengaja pengembang pengin memberikan sarana bagi guru untuk mengembnagkan aktivitas belajar menarik. Karena menarik adalah kata kunci menyenangkan dan bermakna.
Mari kita coba, dan bagi guru jenjang sekolah dasar ataupun menengah, apabila berkesulitan dalam menerapkan suatu model pembelajaran silakan hubungi kami, Pengembang Teknologi Pembelajaran di LPMP Provinsi Jawa Tengah. Bagi kami, media pembelajaran secanggih apapun, tidak akan memberikan manfaat maksimal tanpa penerapan model pembelajaran yang sesuai.
Daftar Pustaka
Andamsari, CS. 2018. Rancangan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning Yang Memanfaatkan Sumber Belajar Untuk Jenjang SMP. Pustekkom. Kemdikbud.Jakarta.
Fathirul, AN.2020. DESAIN BLENDED LEARNING: Desain Pembelajaran Online Hasil Penelitian. Scopindo Media Pustaka. Surabaya
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Rosalina,G. (2016). Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. Volume 1, Nomor 1, hal.379
Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.
Darmawan, D. (2014). Pengembangan E-Learning: Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ibnu, T, 2014. Mendesain model pembelajaran inovatif, progressif, dan konstektual : konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013. Jakarta: Kencana
Sutrisno, 2008.. Pembelajaran Inkuiri. www.Google.com
Sanjaya Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.jakarta: Kencana Perdana Media Group.
*) Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda LPMP Jawa Tengah.