Aset-Based Thinking: Membangun Presentasi yang Memikat dengan Simplicity. Tinggalkan Teori Teknik Presentasi Yang Njlimeti*
Oleh: Syaifulloh
Narasumber Teknik Presentasi Tanpa Njlimeti
Pada hari Selasa tanggal 11 September 2023, Tim BBPMP Jateng melakukan audiensi dengan PJ Walikota Salatiga. Tidak seperti biasanya ketika diterima untuk audiensi, kali ini Kepala BBPMP Jateng menyampaikan gagasan secara sederhana dan berimbang tanpa menggunakan presentasi yang bisa dilihat bersama-sama oleh peserta audiensi. Kepala BBPMP Jateng memberikan pengguatan kata dan kalimat yang mudah dicerna oleh peserta sehingga menimbulkan diskusi dan eksekusi kebijakan yang langsung diputuskan saat itu juga terkait regulasi SRD menjadi UPTD atas usulan kepala BBPMP Jateng.
Kepala BBPMP Jateng terlihat menggunakan kekuatan dirinya ketika menyampaikan ide dan gagasannya secara natural, tidak dibuat-buat, misalnya dengan membuat merdu suaranya yang malah membuat keluar dari konteks utama, atau memakai irama suara turun naik seperti teori tenik presentasi yanag umum diberikan oleh narasumber teori tenik presentasi.
Tidak selamanya teknik presentasi itu bisa dipakai, malah bisa jadi dengan berbagai teori teknik presentasi membuat takut atau minder untuk melakukan presentasi karena teorinya selangit yang intinya cocok untuk jualan barang . Tulisan ini merupakan penyadaran untuk kita semua. TERUTAMA NARASUMER TEKNIK PRESENTASI agar bis megerem diri ketika memberikan materi. Rasanya beum ada, sepanjang yang penulis ikuti pelatihan, narasumber teknik presetasi efektif YANG BISA MEMBERIKAN MATERI EFEKTIF. Narasumber kebanyakan terpaku membacakan presentasi sambil mempraktekkan materi yang ada di powerpoint nya. Mari kita gunnakan Aset Based Thinking untuk melakukan presentasi sesuai kekuatan diri. Tidak perlu terpengaruh narasumber teori teknik presentasi yang membaca materinya saja sudah berbelit-belit.
Ketika berbicara tentang presentasi, banyak dari kita mungkin terbayang dengan teknik-teknik canggih, efek visual yang memukau, atau narasumber terkenal yang berbicara di panggung besar. Namun, apakah semua itu benar-benar diperlukan untuk menyampaikan pesan yang kuat dan memikat audiens? Dalam pandangan saya, tidak selalu demikian. Mari kita bahas bagaimana menggunakan pendekatan yang berfokus pada aset (asset-based thinking) dalam melakukan presentasi tanpa harus terjebak dalam teknik-teknik rumit.
Aset-Based Thinking adalah pendekatan yang lebih berfokus pada apa yang kita miliki daripada apa yang kita tidak miliki. Ini berkaitan dengan mengenali kekuatan dan kelebihan yang kita miliki untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks presentasi, ini berarti bahwa kita harus berfokus pada aset yang ada pada diri kita sendiri dan pesan yang akan kita sampaikan.
Mengapa teknik-teknik presentasi yang rumit seringkali tidak efektif. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa mereka dapat membuat kita terlalu fokus pada tampilan visual, perangkat teknologi, dan persyaratan teknis lainnya. Hal ini bisa mengalihkan perhatian dari pesan yang sebenarnya ingin kita sampaikan. Selain itu, teknik-teknik tersebut seringkali hanya cocok untuk presentasi komersial yang berorientasi pada penjualan produk atau jasa, bukan untuk menyampaikan informasi yang sifatnya data.
Aset-Based Thinking: Membangun Presentasi yang Memikat dengan Simplicity. Tinggalkan Teori Teknik Presentasi Yang Njlimeti
“Membangun Presentasi yang Memikat dengan Simplicity” adalah pendekatan dalam pembuatan presentasi yang menekankan kesederhanaan dalam penyampaian pesan. Dalam konteks ini, simplicity berarti menghindari kompleksitas yang tidak perlu dan fokus pada esensi pesan yang ingin disampaikan kepada audiens.
Pendekatan ini mengakui bahwa presentasi yang terlalu rumit, dengan banyak elemen visual, teknologi canggih, atau bahasa yang sulit dimengerti, dapat membuat audiens merasa kebingungan dan gagal menyampaikan pesan utama dengan efektif. Sebaliknya, simplicity dalam presentasi berusaha untuk menjadikan pesan lebih mudah dimengerti, diterima, dan diingat oleh audiens.
Pendekatan presentasi yang mengusung konsep simplicity sangat penting dalam dunia komunikasi. Terlalu sering kita melihat presentasi yang terlalu rumit, dengan banyak elemen visual, teknologi canggih, atau bahasa yang sulit dimengerti. Sebagai akibatnya, audiens sering kali merasa kebingungan dan pesan utama dari presentasi tersebut gagal tersampaikan secara efektif. Dalam hal ini, simplicity dalam presentasi menjadi alternatif yang menarik.
Simplicity dalam presentasi mengusung prinsip bahwa kita harus fokus pada pesan utama. Identifikasi pesan inti dari presentasi Anda, dan jadikan itu sebagai fokus utama. Hindari penggunaan jargon atau bahasa teknis yang mungkin sulit dimengerti oleh audiens yang tidak memiliki latar belakang dalam bidang tersebut. Pesan utama harus dapat dirangkum dalam beberapa kalimat singkat yang mudah dipahami oleh siapa pun yang hadir dalam presentasi Anda.
Simplicity juga berarti menghindari kompleksitas yang tidak perlu. Terkadang, kita mungkin tergoda untuk menambahkan banyak elemen visual, efek khusus, atau teknologi canggih dalam presentasi kita. Namun, hal ini bisa mengalihkan perhatian dari pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, simplicity dalam presentasi mengajarkan kita untuk menggunakan elemen-elemen tersebut hanya jika benar-benar mendukung pesan kita.
Pendekatan simplicity dalam presentasi bertujuan untuk memudahkan penerimaan pesan oleh audiens. Dengan menyederhanakan pesan dan presentasi secara keseluruhan, audiens dapat lebih mudah memahami, menerima, dan mengingat informasi yang disampaikan. Ini memungkinkan presentasi untuk mencapai tujuannya dengan lebih baik, baik itu dalam hal mengedukasi, memotivasi, atau menginformasikan audiens.
Kesederhanaan (simplicity) dalam presentasi adalah konsep yang sangat penting dalam dunia komunikasi. Dengan fokus pada pesan utama, menghindari kompleksitas yang tidak perlu, dan memudahkan penerimaan pesan, presentasi dapat menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuannya. Simplicity memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih jelas, lebih terarah, dan lebih berkesan bagi audiens yang hadir.
Dalam melakukan presentasi, fokus pada apa yang kita miliki, bukan apa yang kita tidak miliki. Aset-Based Thinking membantu kita untuk merasa lebih percaya diri dan efektif dalam menyampaikan pesan. Dengan fokus pada pesan utama, penggunaan cerita, dan keterampilan komunikasi yang baik, kita dapat membuat presentasi yang memikat tanpa perlu terjebak dalam teknik-teknik yang rumit. Ingatlah bahwa tujuan utama presentasi adalah menyampaikan informasi yang berharga kepada audiens, bukan sekadar memamerkan kemampuan teknis atau visual.